Rabu, 18 Juli 2012

Tips Agar Blog Ramai dikunjungi dan Agar Orang Betah Berlama – lama di Blog

awalludinhasyim.blogspot.com

Tips Agar Blog Banyak Pengunjung saja belum cukup, namun setelah dikunjungi adalah memikirkan cara agar orang lain betah berlama-lama didalam blog kita.

Saat kita pertamakali membuat blog yang diimpikan adalah blog tersebut memiliki banyak pengunjung dan juga memiliki banyak pembeli (bagi blognya yang digunakan untuk promosi) namun kadang bagi pemula yang difikirkan adalah cara instan agar blog banyak dikunjungi. Akibatnya promosi yang berlebihan dan minimnya info yang didapat membuat blog setelah dibaca seaat langsung ditinggalkan pengunjung.

Ada tips agar blog anda ramai dikunjungi dan tips agar pengunjung betah berlama-lama di blog sobat. Yang terpenting bagi yang memulai menulis diblog adalah jangan terburu-buru mengejar trafict secara besar-besaran. yang utama dilakukan adalah menjalani tips agar blog ramai dikunjungi berikut ini. :) “.

Berikut ini ada 8 tips utama agar blog sobat mendapatkan pengunjung

1. Buatlah blog dengan satu tema dengan 5-10 konten utama.

Tema adalah tujuan blog sonbat diciptakan. contohnya blog sobat bertema resep makanan. maka yang dibututuhkan adalah 5-10 konten atau postingan tentang resep-resep makanan. Jadi bukan resep makanan namun postingan tentangnya misalnya; sejarah resep makanan. mengapa ditemukan resep, dibalik rahasia resep makanan, dan lain-lain yang setema dengan blog sobat. Perbedaan tema dengan postingan akan memperparah blog sepi pengunjung jadi usahakan membuat blog yang setema.

2. Tulislah artikel tips no 1 dengan panjang minimal setengah lembar HVS ukuran Folio atau kurang lebih 550 kata. Ini akan memperikan kesan kepada pengunjung bahwa disinilah yang mereka cari itu lengkap. Jangan biasakan menulis inti-inti saja. dan juga istilah-istilah yang hanya dipahami oleh sebagian kecil orang. Gunakanlah istilah yang berlaku umum. dan jika dirasa perlu, beri penjelasan pada istilah yang tidak umum yang digunakan diblog.

3. Gunakan kalimat baku saat menulis postingan

Ini sangat penting, penggunakan kata baku akan membuat semua golongan memahami isi konten blog anda. Bahkan jika diterjemahkan dalam bahasa asing dengan google translate misalnya maka orang asingpun akan mudah memahami isi dari blog anda. Jangan sekali – kali menggunakan bahasa yang disingkat-singkat, apalagi besar kecilnya tidak karuan contoh: (Km4Rin Aq pULg) Wah yang baca pasti kabur.

4. Gunakan Read More

Buatlah pengunjung penasaran dengan menambahkan readmore, mengapa? karena dengan read more pengunjung akan melihat cuplikan-cuplikan blog sobat yang membuat pengunjung penasaran untuk membaca semua artikel blog sobat :) . Kalau sobat belum tau cara buat read more, klik disini

5. Anjurkan orang lain untuk berkomentar

Untuk menganjurkan pengunjung meninggalkan komentar, sahabat bisa menyertakan pertanyaan pada tiap posting, seperti misalnya: “Bagaimana menurut anda?” atau “Anda punya tips lain?” dan lain-lainnya yang sahabat bisa kembangkan sendiri. intinya sobat harus mengunakann bahasa yang interaktif dalam membuat postingan.

6. Temukan ide-ide baru dalam membuat postingan, usahakan jangan membahas masalah yang itu-itu saja atau yang lama. Carilah ide-ide yang baru. jadi masalah boleh sama namun ide harus berbeda.

7. Gunakan template yang sejuk dipandang mata dan enak dilihat. Kalau saya menggunakan template yang dimodif dengan garis-garis lengkung. Fungsinya agar blog tampil tidak terlalu kaku, dan enak dipandang mata. serta warna juga harus sejuk kalau kami menghindari warna gelap.

8. Jadwalah posting artikel, artikel usahakan selalu update minimal adalah 1 kali dalam seminggu. sehingga saat pengunjung datang kedua kalinya dan melihat hal-hal baru. tentu meraka akan merasa senang berlama-lama di blog sobat sembari menanti tips-tips yang lain

demikian Tips Agar Blog Ramai dikunjungi dan Agar Orang Betah Berlama – lama di blog yang dapat disampaikan. Silahkan mengopas seluruh artikel ini tanpa memodifikasi namun jangan lupa mencantumkan sumbernya  :)

Semoga Bermanfaat…

 

 

Tips cepat skripsi

Tips cepat skripsi 

awalludinhasyim.blogspot.com

Sekedar beberapa tips pribadi supaya skripsi cepat beres. Dengan cara-cara ini alhamdulillah, dengan izin Allah skripsi saya bisa dikerjakan dalam waktu sekitar 3 bulan.

Fokus

Jadikan skripsi sebagai pekerjaan utama, bukan sampingan atau paruh waktu. Lebih untung lagi kalau di semester akhir sudah tidak ada kuliah lagi, sehingga bisa lebih terarah. Di semester ini, saya sengaja tidak mencari kesibukan lain selain jadi asisten praktikum. Segala organisasi, panitia, pekerjaan, dan yang lainnya (kalau ada) sengaja disingkirkan.

Kerjakan setiap hari

Istirahat atau refreshing beberapa hari tentu boleh, tapi jangan sampai lebih dari satu minggu. Bahkan kalau perlu hari Sabtu dan Minggu tetap dikerjakan, dari pagi sampai malam. Biar saja dibilang yang nggak-nggak oleh orang lain.

Sering bertemu pembimbing

Paling tidak seminggu satu kali, bertemu dengan pembimbing untuk konsultasi dan melaporkan progress. Kalau setiap hari dikerjakan, tentu akan selalu ada progress.

Cari topik yang sudah dipahami

Sebisa mungkin, jangan mencari topik penelitian yang baru akan dipelajari saat penelitian. Saya sendiri mengambil topik yang tidak terlalu rumit dan sudah ada pengetahuan tentangnya, sehingga saat dikerjakan tinggal menerapkan saja apa yang sudah dipahami.

Cari topik yang sumber datanya mudah didapat

Jangan mencari topik yang untuk mencari datanya saja memakan waktu lama. Nanti waktu penelitian akan habis hanya untuk mengumpulkan data saja. Data yang saya gunakan untungnya tersedia di internet, dan data lainnya didapat dari kuesioner yang juga disebar di internet.

Barangkali itu saja. Alhasil, walaupun selama pengerjaan (2 – 3 bulan) seperti orang autistik antisosial yang setiap hari di depan komputer terus, alhamdulillah kan setelah waktu tersebut bisa bebas sebebas-bebasnya. Bersakit dahulu, bersenang kemudian.

Agar Blog Baru Ramai Dikunjungi

Salah satu harapan seorang blogger adalah agar blognya sering dikunjungi oleh para websurfer. Blog yang “berhasil” adalah blog yang ramai oleh para pengunjung, baik yang iseng, kesasar, sampai yang benar-benar punya niatan berkunjung. Yah, walaupun blog ini tidak ramai dikunjungi, tapi akan ane ceritakan beberapa cara atau tips atau trik agar blog menjadi sedikit lebih “ramai”, terutama jika blog Anda masih terhitung baru.

Salah satu parameter seringnya blog dikunjungi adalah banyaknya komentar. Bukan patokan utama memang, mengingat tidak semua pengunjung akan meninggalkan komentarnya. Namun banyaknya komentar yang muncul bisa digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu blog. Juga merupakan sebuah kebanggaan kesenangan tersendiri saat tulisan kita ramai dikomentari orang, walaupun komentarnya bernada menentang, atau hanya komentar sampah dan spam :)

Maka, berikut saya sampaikan beberapa tips dari ane agar blog baru Anda banyak pengunjung dan komentarnya.

1. Buatlah tulisan yang bermanfaat

Ini yang susah dan perlu pengorbanan berat. Namun blog Anda akan ramai dikunjungi jika Anda membuat tulisan yang menarik walaupun frekuensi posting masih jarang. Jangan terlalu panjang juga. Kalau memang belum mampu, copy-paste saja dengan syarat tetap mencantumkan sumbernya. Dan jangan membuat blog yang isinya hasil kopian doang.

Ane pernah posting sebuah tulisan hasil kopian sebuah situs, dan hasilnya luar biasa, dan merupakan rekor tertinggi kunjungan di blog ini. Namun, bagaimanapun juga tulisan hasil karya sendiri akan lebih baik.

2. Jangan terlalu sering posting

Ya, jika blog Anda memang masih blog “kemarin sore” alias belum lama dan belum memiliki rating dan relasi yang banyak (seperti saya). Pengalaman ane, kalau terlalu sering posting (misalnya beberapa kali sehari), komentar yang muncul tidak akan banyak. Biarkan satu tulisan Anda bertahan selama beberapa hari, agar search engine sempat mengindeks tulisan Anda dan teman Anda pun sempat meninggalkan komentar. Tapi jangan sampai lebih dari seminggu supaya blog Anda tidak dicap “jarang di-update”.

3. Potonglah tulisan Anda di halaman depan

Maksudnya, jangan menaruh tulisan lengkap di halaman depan blog. Potonglah tulisan sehingga yang tampil di halaman depan adalah paragraf awal saja atau prolog tulisan, dan pengunjung harus mengklik “Read More” atau sejenisnya untuk membaca tulisan lengkap. Kenapa? Karena jika Anda menggunakan WordPress, kotak untuk mengetik komentar baru akan muncul setelah Anda mengklik judul tulisan atau “Read More” tersebut.

Jika Anda menaruh tulisan utuh di halaman depan, kemungkinan pengunjung tidak akan meninggalkan komentar karena kotak isian komentar tidak muncul. Jadi, dengan cara ini pengunjung seperti “dipaksa” untuk membaca tulisan lengkap dan meninggalkan komentarnya.

4. Sering-seringlah meninggalkan komentar di blog lain

Seringlah main ke blog lain, dan tinggalkan komentar disana. Bila perlu sertakan link ke alamat blog Anda. Jangan cuma sekali, misalnya “salam kenal” saja. Lakukanlah secara rutin dan jadilah “komentator tetap” di blog teman Anda tersebut. Insyaallah teman Anda tersebut juga akan menjadi “komentator tetap” di blog Anda. Saya sendiri sudah membuktikannya :)

Selain itu, ikutilah forum, milis, atau perkumpulan blogger dan saling bertukar link antar anggota.

5. Rajinlah membalas komentar pengunjung

Hal ini akan membuat blog Anda seolah-olah terurus. Juga menunjukkan penghargaan Anda kepada pengunjung blog yang sudah bersusah payah meninggalkan komentar.

6. Pakailah WordPress :)

Jangan pakai blogger/blogspot :) Kata orang, blogspot sangat merepotkan saat hendak menulis komentar. Saya juga agak kerepotan saat hendak menulis komentar, ada yang harus login dulu, ada yang perlu halaman khusus untuk berkomentar, dan sebagainya. Jangan pakai multiply juga :) karena multiply sangat tertutup dan hanya yang punya account multiply saja yang bisa meninggalkan komentar.

Pakailah WordPress :) karena sangat mudah dan terbuka dalam hal komentar-komentaran. Kotak komentar langsung dibawah tulisan, dan Anda hanya perlu mengisi nama dan email saja, kecuali sang admin blog tidak mengizinkan.

Mungkin hanya itu tips yang saya punyai; trik yang selama ini ane terapkan di blog ini (kecuali tips pertama), dan seperti inilah rata-rata hasilnya, yaitu kira-kira 7 komentar per tulisan. Sudah lumayan untuk ukuran blog-blogan yang belum genap setahun berdiri.

Bila Anda punya trik-trik tersendiri, silakan berbagi dengan kami…

3 (tiga) Hal Yang Menyebabkan Blog Anda Tidak bisa Diakses

3 (tiga) Hal Yang Menyebabkan Blog Anda Tidak bisa Diakses

Saat sedang sibuk melakukan optimasi SEO pada intuisiblog.com, tiba-tiba muncul tulisan bahwa intuisiblog.com tidak bisa diakses. Padahal pada saat itu detik-detik terakhir mengikuti kontes SEO Indonesia Pancen Houye. Beruntung blog saya masih menduduki posisi kedua. Baca artikel saya mengenai SERPpengumuman pemanang Kontes SEO Indonesia Pancen Houye.
Setelah googling, saya menemukan jawaban dari Klikhost.com mengenai hal Yang Menyebabkan Blog Anda Tidak bisa Diakses. Ternyata ada 3 (tiga) Hal Yang Menyebabkan Blog Anda Tidak bisa Diakses, antara lain :
Server –> Jaringan Internet –> User
Dari 3 (tiga) Hal Yang Menyebabkan Blog Anda Tidak bisa Diakses, kita bisa identifikasi sendiri apa yang jadi penyebab masalah ini.
1. Server hosting memang DOWN
Cara tercepat untuk memastikan apakah hosting Anda down adalah dengan bertanya pada provider hosting Anda. Tanyakan apakah server memang down atau tidak. Jika ternyata jawabannya lama, Anda bisa cek sendiri dengan menggunakan proxy. Semisal hidemyass.com ataupun zendproxy.com. Jika memang juga tidak bisa diakses lewat proxy, maka Anda harus segera beritahu admin hosting Anda. Tetapi jika web Anda bisa dicek lewat proxy, berarti server tidak down.
2. IP Address Anda diblokir oleh salah satu HOP
Perjalanan akses dari PC Anda menuju server tentunya melalui beberapa lintasan router yang disebut sebagai HOP. Jika IP Address anda ternyata diblokir oleh salah satu HOP/Router tersebut maka secara otomatis Anda tidak bisa melanjutkan perjalanan menuju server. Yang sering jadi masalah adalah pada HOP ISP Anda.
Nah caranya tahu dimana letak putusnya koneksi Anda ke server adalah dengan menggunakan perintah TRACE ROUTE.
Caranya yaitu (pada windows) :
1. Start -> All programs -> Accesories -> Command Prompt
2. Ketikkan : tracert namadomain.com
Akan muncul lintasan router. Dan jika hasilnya tidak ada yang terputus,maka…
3. IP Anda terblokir oleh firewall server
Ini adalah kemungkinan yang sering terjadi sekarang. Terutama pada hosting cPanel. IP Anda terblokir otomatis oleh server akibat :
- Akses yang terlalu tinggi sehingga server menganggapnya sebagai salah satu bentuk ddos
- Login ke cPanel/FTP/Email dengan menggunakan username dan pasword salah lebih dari 5 kali
Solusinya yaitu tanyakan pada provider Anda apakah IP ISP Anda terblokir oleh server. Cara mengetahui IP ISP Anda adalah dengan membuka www.whatismyipaddress.com
Jangan lupa dukung KOMODO ISLAND IS THE NEW 7 WONDERS OF THE WORLD. Semoga bermanfaat

Artikel Kami Lainnya:

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL BELAJAR SKI


 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang masalah
Kegiatan pembelajaran disekolah merupakan transfer ilmu pengetahuan dan nilai nilai kepada murid secara formal disetiap lembaga pendidikan. Guna meraih hasil yang maksimal berbagai aspek pendidikan terus di perhatikan. Seperti kurikulum yang selalu disempurnakan agar selalu sesuai dengan konteks perkembangan zaman, atau metode pengajaran yang terus berkembang guna mencapai suatu metode yang dinilai paling efektif dalam  proses pembelajaran. Materi dan pelajaran yang diajarkan kepada siswa beragam memungkinkan suatu mentode tertentu bisa saja cocok untuk sebuah mata pelajaran namun belum tentu sama untuk mata pelajaran yang lain. Dengan alasan ini kemudian lahirlah metode-metode pembelajaran yang begitu beragam.
Dalam dunia pendidikan guru adalah salah satu komponen manusia yang memegang peranan sangat penting dalam proses belajar mengajar sebagai upaya pembentukan sumber daya manusia yang potensial dalam segala hal. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan tranfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar agar menjadi generasi yang mempunyai kemampuan keilmuan sekaligus kepribadian yang baik.
Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar, dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam  belajar, yang berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru di tuntut lebih profesional dalam menjalankan tugasnya tugas keprofesional guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 pasal 20 (a) tentang guru dan dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Mengenai perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran guru dituntut untuk selalu kreatif dalam mengajar dengan mencari dan menggunakan cara-cara atau metode yang dinilai efektif dalam mendidik dan memberikan pelajaran pada murid-muridnya.
Berkaitan dengan pembentukan karakter, pendidikan agama menjadi sangat penting untuk diberikan kepada murid karena berkaitan erat dengan pembentukan perilaku dan moral. Berhasil atau tidaknya perilaku tersebut terlepas dari bagaimana guru memilih cara dan metode mengajar agar muridnya mempunyai perilaku dan moral sebagai mana yang  diharapkan.
Sejak pendidikan dasar pada anak-anak memerlukan dorongan dan rangsangan sebagai mana pohon memerlukan air dan pupuk. Minat dan cita- cita anak perlu ditumbuh kembangkan kearah yang baik dan terpuji melalui pendidikan. Cara memberikan pendidikan atau pengajaran agama haruslah sesuai dengan perkembagnan psikologis anak didik. Oleh karena itu dibutuhkan pendidik yang memiliki jiwa pendidik dan agama, supaya gerak- geriknya menjadi teladan dan cermin bagi murid-muridnya.[1]
Kemampuan menyerap anak dalam proses pembelajaran biasanya berbeda-beda setiap usia. Pada saat memasuki sekolah dasar siswa  sebagai seorang anak yang sangat rentan bila tidak di arahkan dan dibimbing dengan benar. Metode yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan agama pada anak usia sekolah dasar tentu berbeda dengan metode yang dilaksanakan untuk orang dewasa. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakia Darajdat sebagai berikut : “anak-anak bukanlah orang dewasa yang kecil, kalo kita ingin agar agama mempunyai agama bagi mereka hendaklah disampaikan dengan cara-cara lebih kongkrit dengan bahasa yang dipahaminya dan tidak bersifat dogmatif saja”.[2]
Anak-anak usia sekolah dasar merupakan sosok individu yang mempunyai pikiran dan pengalaman yang terbatas. Mereka hidup dengan akal pikiran dan alam yang nyata, senang coba-coba dan cenderung untuk ikut ikutan. Mereka belum memikirkan soal-soal maknawi yang abstrak dan hukum-hukum umum.
Penggunaan metode bermain peran dalam pelajaran sejarah kebudayaan islam sangat penting untuk dipertimbangkan. Hanya saja cara penyampaiannya tentu disesuaikan dengan usianya.
Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka metode bermain peran merupakan salah satu tehnik penyampain dalam proses pendidikan yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan tehnik bermain peran dalam penyampaian materi pelajaran akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya secara baik, oleh sebab itu metode bermain peran adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi siswa,  hal ini adalah salah satu cara untuk merangsang anak agar tertarik untuk belajar Sejarah Sebudayaan Islam.
Ada beberapa hal yang mendorong peneliti untuk membahas masalah ini, dan menjadikan pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai objek bahasan, diantaranya :
1.      Pelajaran Kebudayaan Islam (SKI) sebagai ilmu yang mempelajari tentang nilai budaya dan perilaku tokoh Islam masa lalu penting diberikan kepada anak usia sekolah dasar untuk mengimbangi serbuan kebudayaan dan figur tokoh lain di luar islam yang tak jarang memberikan pengaruh yang kurang positif terhadap perkembangan anak usia tersebut.
2.      Pendidikan sejarah merupakan media setiap siswa untuk bisa belajar dari sejarah
3.      Secara umum siswa tertarik dengan sejarah tergantung dari cara penyampaian dan metode bermain peran bisa menjadi alternatif yang menarik bagi siswa. Pengaruh bermain peran yang baik disampaikan kepada anak didik sangat besar terhadap perubahan hasil belajar anak
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas maka peneliti mencoba mengatahui tentang pelaksanaan metode bermain peran yang di terapkan pada siswa melalui penelitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI KELAS V MI PRIMA JATI MURNI BEKASI”

B. Identifikasi Masalah
Rendahnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam  MI PRIMA khususnya di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain : metode mengajar guru, media mengajar, relasi guru, penghargaan, kritikan, teguran, umpan balik dan motivasi serta minat sendiri. ( Slamento, 1988 ).
Maka dari itu peneliti perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu. Adapun masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.      Pelaksanaan bermain peran terhadap hasil belajar  Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA
2.      Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA
3.      Pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA

C. Pembatasan Masalah
Sasaran penelitian mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang bertempat di MI PRIMA, waktu 17 Mei 2012 sampai dengan 03  Juli 2012. Masalah yang ingin peneliti bahas dalam skripsi ini perlu pembatasan terlebih dahulu agar arah dan sasaran yang akan dibahas menjadi lebih jelas dan teratur.
Adapun masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini dibatasi pada :
“Pengaruh Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di Kelaas V MI PRIMA Jati Murni Bekasi”

D. Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
  1. Bagaimana pelaksanaan bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA?
  2. Bagaimana hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA?
  3. Bagaimana pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui pelaksanaan bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA
  1. Untuk mengetahui hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA
  2. Untuk mengetahui pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA

F. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Prima Jati Murni Bekasi, diharapkan dapat memberikan berbagai kegunaan antara lain:
a.       Bagi penulis penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan penulis dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat dari bangku perkuliahan
b.      Bagi sekolah dapat dijadikan sebagai rujukan dan pertimbangan dalam evaluasi kurikulum sekaligus diharapkan dapat memberikan masukan khususnya kepada guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam
c.       Untuk Kepala Sekolah hasil penelitian ini akan sangat berguna sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Prima dalam meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam
d.      Untuk pembaca umum
G. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang setiap babnya terdiri dari sub-sub yang secara terperinci sebagai berikut :
BAB 1       : PENDAHULUAN
Dalam bab ini peneliti menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Sistematika Penelitian.
BAB  II     : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang akan mendukung penelitian ini dari metode-metode yang menjadi dasar bagi analisa permasalahan yang ada dan pemecahan tersebut. Landasan teori ini didapat dari studi pustaka mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian skripsi ini.
BAB III     : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti menguraiakan tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, dan teknik analisis data.


BAB IV    : HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti menguraikan Deskripsi Obyek Penelitian, Fakta atau Temuan Penelitian dan Analisa Data Penelitian.
BAB V      : PENUTUP
Dalam bab ini akan menjelaskan kesimpulan yang merupakan rumusan dari analisa dan pembahasan bab-bab sebelumnya, dan dari kesimpulan tersebut akan dihasilkan saran-saran yang dapat dipergunakan alternatif pemecahan masalah yang akan dihadapi  guru dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.













 BAB II
            LANDASAN TEORITIK

A.    Bermain Peran
1.  Pengertian Bermain Peran
Bermain peran adalah kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula.[3]
Bermain peran (role play) disebut juga main simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi atau main drama. Menurut Erik Erikson ( Neni Aryani, 2010:21 ) main peran ada dua yakni, Main Peran Besar ( makro ) dan Main Peran Kecil ( mikro ). Main peran besar menggunakan alat dengan ukuran sesungguhnya, anak dapat menggunakan alat tersebut pada kegiatan mainnya. Dalam bermain ini anak mengekspresikan ide-idenya dengan memerankan seseorang atau sesuatu  ( mengaduk-aduk pasir dalam mangkuk untuk membuat kue pura-pura ) atau dengan objek ( menggunakan kursi sebagai mobil ).[4]
Main peran Kecil ( mikro ) anak memainkan peran melalui alat bermain atau benda yang berukuran kecil atau mini ( boneka orang atau binatang,dan rumah boneka ). Pada saat  main ini anak bertindak sebagai dalang yang merupakan otak penggerak yang menghidupkan alat bermain tersebut untuk memainkan suatu adegan, peran-peran dalam skenario main peran.
Berdasarkan teori Jean Piaget ( Neni Aryani, 2010:26 ), main peran dimulai ketika anak melakukan tindakan yang tidak bisa diterapkan dalam kehidupan nyata. Misalnya, seorang anak yang mengaduk-aduk pasir dalam mangkuk dengan sendok dan pura-pura makan. Dan mengulang ingatan yang menyenangkan, seperti melihat botol susu dan meminumnya pada boneka.[5]
Melalui main peran anak dapat melebihi tahap perkembangannya saat ini. Sebagai contoh : pada kehidupan nyata, anak yang berusia tiga tahun tidak pandai menyetrika pakaian, namun ketika main peran anak tersebut bisa melakukan kegiatan menyetrika pakaian sama seperti yang dilakukan orang dewasa. Vygotsky juga mengatakan bahwa main peran yang bermutu membutuhkan pegetahuan dan dukungan orang dewasa yang mampu memberi pijakan dalam main peran anak (Vygotsky  (Neni Aryani, 2010:27)).[6]
Pendapat Erik Erikson adalah suatu jalan untuk mengembangkan pengendalian diri terhadap keinginannya. Erik juga melihat bahwa main peran adalah suatu cara bagi anak untuk memahami tuntutan-tuntutan dari luar yang datang setiap hari. Misalnya, anak usia dini ketika melihat pesawat terbang, pada waktu itu juga berkeinginan menaiki pesawat tersebut. Jika anak usia enam tahun yang melihatnya, tetap ada hasrat untuk menaikinya. Namun, ia mengerti bahwa pesawat tersebut tidak bisa berhenti tiba-tiba. Ada urutan yang harus dilalui untuk dapat menaikinya.[7]
Dalam penelitiannya, Sara Smilansky (1968 )  menemukan anak yang memiliki sedikit pengalaman main peran terlihat mendapatkan kesulitan dalam merangkai kegiatan dan percakapan mereka. Terlihat kaku, monoton dan mengulang-ngulang perilaku, kesulitan dalam mengembangkan sebuah tema, pikiran dan permainan, kesulitan untuk mengaitkan pengalaman- pengalaman yang mereka miliki.[8]
Sedangkan Catherine Garvey ( Mayke S. Tejdasaputra, 2001:33), menemukan bahwa pada umumnya anak-anak menyukai bermain peran ( dramatik ), mulai main ibu- ibuan dengan bonekanya, main sekolah-sekolahan, atau menjadi ayah dan ibu.[9] Bermain dramatik semacam ini membantu anak mencobakan berbagai peran sosial yang diamatinya, memantapkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya, melepaskan ketakutan dan kegembiraannya, mewujudkan khayalannya, selain bekerja sama dan bergaul dengan teman-temannya.
Turner dan Helms ( 1993 ) lebih menyoroti kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi anak. Kegiatan bermain memberikan kesempatan pada anak untuk bergaul dengan anak lain dan belajar mengenal aturan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.[10]
 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bermain peran berarti mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-orang tertentu dalam posisi yang membedakan peranan masing-masing.
2. Tujuan Bermain Peran
Metode pembelajaran bermain peran ( role playing ) digunakan untuk mencapai tujuant-tujuan sebagai berikut :
a.       Membantu anak dalam memahami perasaan dan pikiran orang lain yang ditampilkan dalam tingkah laku masing-masing.
b.       Memberikan kesempatan pada anak untuk memainkan peran-peran yang beragam dengan tujuan agar mereka mengerti, menghormati dan memiliki empati akan peran- peran yang ada di sekitar mereka.
c.        Memiliki sikap positif lainnya pada diri anak, yang merupakan bekal mereka dalam interaksi sosial di masyarakat pada kehidupannya kelak.
d.       Membantu anak agar mampu menghargai pendapat orang lain.
3. Manfaat Bermain Peran
Melalui pengalaman main peran yang kaya dan bermutu anak akan mendapatkan manfaat bagi perkembangannya,[11] antara lain:
a.          Kemampuan dalam berbahasa yang baik dan benar
1.      Pengungkapan kata-kata yang lebih baik ( berbicara lebih jelas )
2.      Setiap bermain peran kosakata akan bertambah
3.      Memiliki pengembangan bahasa dan menggunakannya lebih benar saat terjadi komunikasi dengan orang lain.
b.       Kemampuan berfikir  yang tinggi
1.      Menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih tinggi
2.      Memiliki pengalaman yang kaya dalam memainkan peran-peran di sekitarnya
c.          Kemampuan dalam sosial emosional
1.      Bermain dengan teman sebaya lebih banyak
2.      Anak dapat  belajar bekerja sama dengan yang lain
3.      Mampu menyelesaikan masalah dengan berbicara
d.      Memiliki kreatifitas dan imajinasi yang tinggi
1.      Inovasi lebih banyak : saat mendapati benda yang diinginkan tidak ada, hal tersebut tidak menjadi hambatan baginya dalam bermain karena anak dapat mengalihkan dengan benda lain sebagai pengganti benda yang tidak ada tersebut.
2.      Lebih imajinatif : dapat meluaskan ide main pada kegiatan main yang dilakukan.
e.          Memiliki rentang konsentrasi yang panjang
1.      Konsentrasi lebih panjang : perasaan senang dalam bermain membuat anak tidak merasakan waktu yang terus bergulir
2.      Kemampuan perhatian lebih besar : memusatkan perhatian kepada sesuatu menjadi lebih terperinci dan teliti.

B.     Hasil Belajar
1.      Pengertian Hasil Belajar
            Hasil belajar menurut Abdurahman adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif mantap.[12]
            Menurut AJ Romizowski, hasil belajar adalah merupakan keluaran (out put) dari suatu sistem pemrosesan masukan (in put) pelajaran. Masukan dari sistem tersebut berupa macam-macam informasi, sedang keluaranya adalah perbuatan atau kinerja (perfomance).[13]
            Juliet mengemukakan hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan.[14]
Menurut Benjamin S Bloom, Hasil belajar adalah pencampaian bentuk perbuatan prilaku yang cenderung manatap dari ranah kgnitif, afektif dan psikomotor dari proses belajar yang dilakukan daloam waktu tertentu.[15]
            Menurut Sujana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.[16]
            Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu bentuk perubahan perilaku akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan, kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima bermacam-macam informasi dan pengalaman belajar, sehingga terbentuk perilaku yang mantap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotornya.
            Hasil belajar dapat dikelompokan ke dalam dua macam yaitu :
1.      Pengertian, yang terdiri dari empat kategori yaitu:
a.       Pengetahuan tentang fakta
b.      Pengetahuan tentang prosedur
c.       Pengetahuan tentang konsep
d.      Pengetahuan tentang prinsip
2.      Keterampilan, terdiri dari 4 kategori yaitu:
a.       Keterampilan berpikir (kognitif)
b.      Keterampilan untuk bertindak (motorik)
c.       Keterampilan beraksi atau bersikap
d.      Keterampilan berinteraksi[17]
Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penelitian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan melainkan juga sikap dan keterampilan.
Dengan demikian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah baik itu pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2.      Tujuan Instruksional Belajar
Pada prinsipnya, hasil belajar meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman proses belajar siswa, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cita dan rasa, maupun karsa.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator ( penunjuk adanya prestasi belajar ) di kaitkan dengan jenis- jenis prestasi yang hendak diukur.[18]
Dalam sebuah situs yang membahas taksonomi Bloom, di kemukakan tentang teori Bloom yang menyatakan bahwa tujuan belajar siswa untuk mencapai tiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melelui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam menerima hasil pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka untuk lebih spesifiknya, penulis akan menguraikan ketiga ranah yang terdapat dalam teori Bloom tersebut :
a.       Cognitif Domain ( ranah kognitif ) yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilan berpikir.
1.      Pengetahuan ( Knowledge )
Berupa kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.[19]
2.      Pemahaman ( Comprehension )
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari.[20] Pemahaman juga dapat dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, diagram, arahan, peraturan dan lain sebagainya.
3.      Aplikasi ( Application )
Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru.[21] Pada tingkat ini seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, dan teori.
4.      Analisis ( Analysis )
Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk memerinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.[22]  Pada tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi kedalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubunganya, mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. ( http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi)
5.      Sintesis ( Synthesis )
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan pola baru.[23] Seseorang pada tingkat sintesis akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. (http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi)
6.      Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.[24] Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau setandar yang ada untuk memastikan nilai efektifitas atau manfaatnya. (http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi)

b.      Affective domain ( Ranah Afektif ) berupa perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi aeperti minat, sikap, apresiasi dan tata cara penyesuaian diri. (http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi). Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif.
c.         Psykomotor Domain ( Ranah Psikomotor ) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan mesin. (http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi)
Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini di sedut “ motorik “ karena keterampilan ini melibatkan langsung otot, urat dan persendian sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampilan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi  gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan  Automatisme” yaitu gerak -  gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.
Perubahan salah satu atau dari ketiga ranah  tersebut yang dialami siswa dari proses belajar. Keberhasilan dapat diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang di capai siswa, baik buruknya dari hasil belajar dapat dilihat dari pengukuran yang berupa evaluasi.

3.      Indikator Prestasi Belajar
Banyak guru yang merasa sukar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya mengenai apakah pelajaran yang telah dilakukannya berhasil dan apakah buktinya? Untuk menjawab pertanyaan itu terlebih dahulu harus ditetapkan yang menjadi kriteria keberhasilan pengajaran, baru ditetapkan alat untuk menaikan keberhasilan belajar secara tepat yang meliputi tiga efek kognitif ( daya serap siswa terhadap pelajaran ), afektif dalam hal ini penguasaan dalam gerakan dan psikomotor berupa perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik, yang dirangkum dalam daftar nilai siswa.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Tempat dan Waktu Penelitian
      Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Prima  yang beralamat di Kp. Sawah RT 002/02 Jati Murni Kec. Pondok Melati, Kota  Bekasi 17431 Telp. (021) 84596154. Adapun waktu penelitian adalah dari 17 Mei sampai dengan 03 Juli  2011.
B.     Metode Penelitian
      Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitataif. yaitu sebuah metode untuk menghasilkan data- data berupa kata- kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati, data yang terkumpul berupa kata- kata, gambar atau dokumentasi lainnya bukan berupa angka.(http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi)
C. Subyek Penelitian
Madrasah Ibtidaiyah Jati Murni terdiri dari guru kelas dan peserta didik kelas V dengan jumlah keseluruhan peserta didik sebanyak 16 orang anak. Yang dijadikan subyek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V tempat peneliti mengajar yang berjumlah 16 peserta didik.
D. Teknik Pengumpulan Data
      Adapun langkah -langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data ini adalah:
a.      Observasi
Observasi adalah suatu cara dalam memperoleh data dengan mengamati atau mengalami langsung peristiwa yang diteliti. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh lebih optimal dari segi kepercayaan, perilaku yang tampak, kebiasaan dan sebagainya. Teknik ini digunakan mengingat adanya asumsi bahwa terdapat sejumlah data yang perlu diangkat melalui pengamatan dan pencatatan langsung di lokasi tempat berlangsungnya penelitian.
b.      Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam perlengkapan yang bertujuan memperoleh informasi.[25]
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak dicapai melalui observasi dan angket. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah :
1.      Kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Prima untuk memperoleh data deskripsi tentang sekolah Madrasah Ibtidaiyah Prima, mulai dari sejarah berdirinya sampai kepada program yang sedang berjalan.
2.      Guru Madrasah Ibtidaiyah Prima yaitu untuk memperoleh data tentang hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas V.
c.       Studi Dokumentasi
        Study dokumentasi dalam penelitian ini adalah melalui hasil penelitian yang berupa evaluasi hasil belajar anak pada semester I yang berupa laporan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas V dalam bentuk raport semester I dan foto-foto hasil kegiatan anak selama bermain peran.

E. Instrumen Penelitian
      Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.[26] Karena peneliti menggunakan metode kualitatif maka instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri. Untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar sejarah kebudayaan islam di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Prima, Jati Murni, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, penulis membuat kisi – kisi instrument penelitian sebagaimana terlampir ::
No
Variabel
Pertanyaan
Sumber Data
1.
Variabel X :
Bermain Peran
1.      Apakah bermain peran cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya rangsangan ( stimulasi ) ?
2.      Bagaimana perubahan yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia anak ?
3.      Apakah bermain mempertinggi semua aspek pertumbuhan dan perkembangan anak ?
4.      Apakah anak belajar melalui pengalaman yang konkret ?
5.      Apa saja tujuan dari bermain peran ?

Guru
2.
Variabel Y :
Hasil belajar
1.      Apakah individu yang tinggi hasil belajarnya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam  mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain ?
2.      Apakah hasil belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap sejarah kebudayaan islam ?
3.      Apakah dengan hasil belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam anak dapat memahami sejarah kebudayaan islam ?
4.      Apakah  anak  mudah dalam memahami sejarah kebudayaan islam ?
5.      Apa saja manfaat dari memahami sejarah kebudayaan islam ?
Guru

F. Teknik Analisis Data
      Analisa data adalah suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintegrasikan. Dalam proses analisa data ini digunakan statistik sederhana dengan penghitungan prosentase, yaitu dengan menggunakan rumus– rumus :
P    =   f   x 100 %
     n
          Keterangan rumus :
P    =  Prosentase pendapat responden
f     =  Frekuensi jawaban responden
n    =  Jumlah responden
100%         =  Jumlah angka tetap
      Dengan penafsiran tersebut, maka data diketahui komposisi besar kecilnya persentase dari setiap alternative jawaban yang dipilih responden.








BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.    Deskripsi Obyek Penelitian
1.   ABSTARKSI YAYASAN PRIMA
            Yayasan ini diresmikan di hadapan notaris : Netty Maria Machdar, SH,  Komp. Perkantoran Harmoni Mas, Jl. Kunir Blok A/3, Tanggal 11 September 2001 dan berdomisili di : Kp. Sawah RT 002/002 Jati Murni Kec. Pondok Melati Kota Bekasi 17431 Telp. (021) 84596154 DENGAN NAMA YAYASAN PRIMA (PERGURUAN ISLAM MAFATIHUL MA’ARIF ) dengan harapan dapat Prima terus membina dan meningkatkan kualitas umat Islam di Kampung Sawah dan sekitarnya.
Yayasan PRIMA bergerak berbagai bidang salah satunya adalah bidang Pendidikan. Hal ini  di dasari bahwa pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan dalam Islam merupakan suatu kewajiban. Dengan ilmu umat dapat ditinggikan derajatnya baik di dunia maupun akhirat. Bersama jama’ah pengurus yayasan membentuk :
a.   PENDIDIKAN FORMAL :  TPQ ( Taman Pendidikan Qur’an ), RA ( Raudhatul Athfal ), MI ( Sekolah Dasar Islam ) Terpadu, MTs ( Madrasah Tsanawiyyah ), PKBM ( Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ).
b. NON FORMAL : Majlis Ta’lim Remaja, Kelompok Kesenian Islam ( Marawis, Hadroh ), Majlis Ta’lim Bapak, Majlis Ta’lim Ibu, dan pengajian rutin anak-anak.
Berkat dukungan jama’ah dan para donatur Yayasan kita ini telah memiliki satu buah musholla dan lemari perpustakaan keagamaan, 10 (sepuluh) lokal kelas, 2 ( dua ) ruang kantor, 1(satu) kantin sekolah, 2 (dua) Kamar Kecil, set mainan RA, dan lapangan upacara yang sangat membantu dalam meletakkan pondasi agama Islam di kalangan peserta didik dan juga membina keimanan di kalangan anak, remaja dan dewasa guna mencegah, gencarnya program dari aktivis-aktivis agama lain.

2.   TUJUAN
1.            Tujuan Umum :
Membantu menciptakan kondisi Islami di Lingkungan Kp. Sawah dan sekitarnya.
2.            Tujuan Khusus :
a.                   Memajukan pendidikan Islami di lingkungan Kp. Sawah dan sekitarnya.
b.            Mendukung peningkatan kualitas belajar peserta didik Yayasan PRIMA yang berilmu, beriman dan bertaqwa.
c.                   Melengkapi prasarana pendukung kegiatan belajar khususnya ruang kelas dengan melanjutkan proses pembangunan yang telah dilaksanakan
d.            Memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik lagi bagi pendidikan formal maupun nonformal.
e.                   Meningkatkan kelayakan belajar peserta didik khususnya MI (Madrasah Ibtidaiyah) PRIMA.
3.   KURIKULUM
Madrasah Ibtidaiyah (MI) PRIMA dalam menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)  berdasrkan kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
  1. KELEBIHAN MI PRIMA
MI PRIMA adalah lembaga Pendidikan Islam Setingkat MI/SD di bawah binaan Kementerian Agama Kantor Kota Bekasi yang mengintegrasikan Pelajaran Agama dan Umum (Terpadu) dengan ciri khas Ke-NU-an.

  1. Visi dan Misi MI PRIMA
Kemudian visi dan misi MI PRIMA adalah sebagai berikut :
VISI
Bertakwa, Berilmu, Kreatif dan Berakhlakul Karimah
MISI
a.     Beriman dan taqwa kepada Allah SWT
b.     Bersikap sopan santun dan berbudi pekerti luhur
c.     Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
d.     Menjaga ketertiban dan keamanan sekolah
e.     Melaksanakan tugas secara efektif dan efisien
f.     Memiliki wawasan masa depan dan mampu berkompetensi
g.     Meningkatkan mutu layanan pendidikan dan pembelajaran
h.     Pengembangan kompentensi dan kemampuan profesionalisme guru
i.      Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menunjang prestasi akademik dan kecakapan hidup.
j.      Membentuk siswa yang ber’ahklakul karimah terutama dalam bersikap dan bertutur kata. (Maryati, wawancara tanggal 28 Mei 2012)
  1. Keadaan Siswa Kelas V MI PRIMA
Dalam proses belajar-mengajar, siswa menduduki peranan yang sangat penting, karena siswa yang menjadi tolak ukur berhasil tidaknya proses belajar-mengajar, oleh karena itu keberadaan dan peran aktif siswa mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran.
Adapun jumlah siswa yang terdapat di kelas 5 MI PRIMA  pada tahun pelajaran 2011/2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
            Keadaan dan jumlah siswa kelas 5 MI PRIMA tahun pelajaran 2011/2012 berdasarkan jenis kelamin.
No
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
L              P
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Adisty Ayunda R.
Alfan Dwi Jayanto.
Aliyah.
Dandi.
Diaz Argiantoro D.
Dimas Rasyid
Damianti
Farhan Adi Ashidiq
M. Agus Mukti
M. Ishak
M. Rizky Afrizal
Sandi Darmawan
Shania Salamatul Khulbi
Sultan M Akbar
Yusril Efrizal Caniago
Viona Aulia
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Jumlah
11
5
16

Jadi jumlah siswa MI PRIMA kelas V tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 11 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, jadi jumlah keseluruhannya berjumlah 16 siswa.
Sedangkan Jumlah siswa untuk keseluruhan dari kelas 1 sampai 6 pada tahun ajaran 2011/2012
Tabel 2
Keadaan dan jumlah siswa MI PRIMA tahun pelajaran 2011/2012 berdasarkan jenis kelamin.
No
Kelas
Laki – Laki
Perempuan
Jumlah
1
I
10
17
27
2
II
18
9
27
3
III
17
10
27
4
IV
14
8
22
5
V
11
5
16
6
VI
10
10
20
Jumlah
80
59
139

  1. Keadaan Guru dan Pegawai di MI PRIMA
Guru merupakan orang yang bertangung-jawab dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar, guru berkewajiban menyajikan dan menjelaskan materi pelajaran, bimbingan, dan mengarahkan siswa kearah pencapaian tujuan pengajaran yang telah dicanangkan. Dalam hal ini dibutuhkan kemampuan dan profesi analisme guru dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kualitas guru merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan. Berikut ini dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3
 Keadaan guru dan pegawai di MI PRIMA berdasarkan jenis kelamin dan tingat pendidikan serta Guru kelas  yang dipegang.

No
Nama
L/P
Tingkat
Pendidikan
Jabatan
1.       
H.M. YASIN, S.Ag, MM.Pd
L
S1
Kepala Madrasah
2.       
Hj. Kartini, S.Pd.I
P
S1
Bendahara
3.       
Jumroni, S.Pd.I
L
S1
Wakil Kepala MI
4.       
M. Bagus Nawawi, S.Pd
L
S1
Guru
5.       
Siti Hanipah Hartiningsih, S.Pd.I
P
S1
Guru
6.       
Mustajab, S.Pd.
P
S1
Guru
7.       
Dewi Aminah Nur, S.Pd.I
P
S1
Guru
8.       
Hasbiallah
L
SMK
Guru
9.       
Komalasari, S.Pd.I
P
S1
Guru
10.   
M. Muhtar Wibowo
L
SMK
Guru
11.   
Maryati, S.Pd.I
P
SI
Guru
12.   
Nuarini, S.Ag
P
SI
Guru
13.   
Saidah Faridah, S.Pd.I
P
SI
Guru
14.   
Siti Hanipah Hartiningsih, S.Pd.I
P
SI
Guru
15.   
Sri Mulyani
P
MAN
Guru
16.   
Jangkung
L
SMA
Penjaga Madrasah

Dari data di atas, jelaslah bahwa guru yang mengajar di MI PRIMA sebanyak 12 orang guru dengan rincian laki-laki 3 orang dan perempuan 9 orang dan kalau dilihat dari segi tingkat pendidikannya hampir rata-rata sudah mencapai sarjana strata satu (S1).
  1. Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Di samping karena faktor guru, murid, pegawai, faktor sarana dan prasarana tidak kalah pentingnya dalam menunjang kelancaran proses belajar-mengajar, sebab sarana dan prasarana merupakan wadah untuk kelangsungan proses pembelajaran, alat peraga atau alat pelajaran merupakan faktor penunjang yang penting artinya untuk memperjelas pemahaman siswa terhadap pelajarannya.
Di bawah ini akan diuraikan tentang keadaan sarana dan prasarana yang terdapat di MI PRIMA tahun pelajaran 2011/2014.
Berdasarkan data di tata usaha MI PRIMA, tanah yang diperuntukkan/dipergunakan pembangunan MI PRIMA pemilikan atas tanah tersebut adalah Tanah wakaf. Tanah tersebut berada di Desa Kampung sawah Kecamatan Jati sempurna Kabupaten Bekasi, luas tanah yang sudah dibebaskan pada tahap awal seluas + 1000 m2 dengan lahan sudah dibangun dan sudah berdiri bangunan permanen seluas  + 850 m2 yang meliputi bangunan ruang kelas sebanyak 6 buah dan ruang teori belajar, mushola, ruang guru dan kepala sekolah serta kantin. Hal ini dapat kita pada tabel berikut ini.
Tabel 4
Keadaan Gedung MI PRIMA
No
Ruangan
Jumlah Lokal
1.     
Kepala Sekolah
1 Lokal
2.     
Wakasek
1 Lokal
3.     
Guru
1 Lokal
4.     
Tata Usaha
1 Lokal
5.     
Perpustakaan
1 Lokal
6.     
Laboratorium Ibadah (Mushola)
1 Lokal
7.     
BP/BK
1 Lokal
8.     
Kantin
1 Lokal
9.     
Komputer
1 Lokal
10.   
Ruang kelas
6 Lokal

  1. Struktur Organisasi
Tabel 5
Sturktur Organisasi MI PRIMA Tahun Pelajaran 2011/2014







Dengan memperhatikan bagan di atas, keadaan guru dan personalia di MI PRIMA cukup memadai dan sangat mendukung bagi jalannya kegiatan proses belajar-mengajar. Dan pada masing-masing bidang studi dipegang oleh guru yang profesional pada bidangnya masing-masing, sehingga memperlancar dan mempermudah kegiatan pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran.
Jalannya administrasi juga didukung oleh tenaga yang ahli pada bidang administrasi sekolah, hal ini juga ikut memperlancar urusan dalam kegiatan proses belajar-mengajar.
  1. DENAH LOKASI MI PRIMA

  1. FASILITAS DAN DENAH FISIK MI PRIMA



B.     Fakta/Temuan Penelitian
1.   Hasil Wawancara
                Untuk bisa mencari jawaban dari tiga pertanyaan yang peneliti ajukan dalam rumusan masalah  sebagaimana tertulis pada BAB I, penulis meyusun beberapa indikator dalam bentuk pernyataan dan  pertanyaan yang di ajukan baik dalam bentuk wawancara dengan guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam  maupun dalam bentuk angket yang ditujukan kepada siswa sebagai responden. Berikut adalah hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan.
1.      Bagaimanakah hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA?
Jawaban : Sebagai guru yang di percaya mengajar pelajaran Sejarah Kebudayaan Isalam, saya berusaha mengajar dengan sebaik-baiknya. Tujuan saya agar dapat mengimbangi anak dari hal-hal negatif saat ini dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.
2.      Metode apakah yang biasa digunakan dalam mengajar Sejarah Kebudayaan Islam?
Jawaban : Saya biasanya menggunakan metode tergantung dengan materi yang sedang dibahas. Untuk materi yang menceritakan tokoh tertentu biasanya saya menggunakan metode bercerita dan bermain peran.
3.      Apakah siswa tertarik dengan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ?
Jawaban : Secara umum berdasarkan pengamatan saya selama ii mereka tertarik.
4.      Bagaimanakah sikap dan respon anak ketika menerapkan metode bermain peran pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?
Jawaban : Metode berain peran merupakan salah satu metode belajar yang menyenangkan untuk anak-anak usia kelas V (lima), mereka bisa berperan sesuai dengan tokoh yang mereka mainkan.
5.      Apakah Ibu menggunakan alat peraga atau media lain ketika mengajar dengan metode bermain peran?
Jawabanya : Kadang-kadang saya menggunakan alat peraga walaupun seadanya, karena sekolah tidak menyediakan peralatan uang khusus untuk itu.
6.      Dari total waktu yang tersedia biasanya berapa lama waktu yang digunakan untuk bermain peran?
Jawabanya : Waktu belajar disini untuk pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah 2 jam pelajaran dikali 35 menit tiap minggu. Karena bermain peran merupakan metode yang atraktif dan interaktif terkadang tanpa terasa saya suka kehabisan waktu ketika mengajar.
7.      Bagaimana sikap anak ketika bermain peran?
Jawabanya : Sebisa mungkin saya mengarahkan emosi anak sehingga mereka betul-betul menghayati setiap tokoh yang mereka perankan.
8.      Bagaimana pemahaman anak dan daya tangkap anak terhadap materi yang diajarkan dengan metode bermain peran?
Jawabanya : Sebelum jam pelajara habis saya biasa mengadakan tanya jawab, ketika saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi yang baru saja diajarkan banyak juga diantara mereka yang bisa menjawab. Disamping itu dilihat dari nilai raport kebanyakan dari mereka memperoleh nilai yang baik.

2.      Hasil Anket Yang Ditujukan Kepada Siswa Tentang Pengaruh Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas V MI PRIMA Jati Murni.
Ada beberapa indikator sesuai pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejaarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni. Indikator-indikator tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan untuk kemudian direspon oleh siswa dan hasilnya dituangkan dalam tabulasai dibawah ini.
    1. Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni

Tabel 6
Sejarah Kebudayaan Islam adalah pelajaran yang menarik untuk dipelajari
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Sangat Setuju
2
15 %
2
Setuju
14
85%
3
Tidak Setuju
0
0 %
4
Sangat Tidak Setuju
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

Dari data hasil diatas diketahui bahwa 16 oang siswa atu sebagian besar responden (85%) menyatakan setuju kalau pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menarik untuk dipelajari. Sedangkan yang menyatakan sangat setuju adalah 2 orang siswa atau 15 %.
b.  Metode yang digunakan pada hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni.
Tabel 7
Guru menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajaar Sejarah Kebudayaan Islam
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Sangat Setuju
5
25%
2
Setuju
9
70%
3
Tidak Setuju
1
5 %
4
Sangat Tidak Setuju
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

   Lebih dari separoh siswa kelas V (70%) menjawab setuju bahwa materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bermanfaat. 5 orang menjawab sangat setuju dan yang menjawab tidak setuju 1 orang.
       3. Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas V MI PRIMA Jati Murni.
a. Keadaan siswa ketika guru pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mengajar dengan metode bermain peran.
Tabel 8
Saya selalu menyimak ketika guru mengajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode bermain peran
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Selalu
7
40%
2
Sering
8
50%
3
Kadang-kadang
1
10 %
4
Tidak Pernah
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

Dari 16 siswa ada 7 orang atau 40% menjawab selalu, yang menjawab sering 8 orang atau 25%, dan yang menjawab kadang-kadang menyimak ada 1 orang.
b.  Alat peraga atau media yang digunakan dalam metode bermain peran pada Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni.
Tabel 9
Guru menggunakan alat peraga atau media ketika mengajar Sejarah Kebudayaan Islam degan metode bermain peran
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Selalu
0
0%
2
Sering
4
25%
3
Kadang-kadang
12
75 %
4
Tidak Pernah
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

Menurut 4 orang responden atau 25 % siswa kelas V menjawab sering.    Sedang 12 orang atau 75 % menjawab kadang-kadang menggunakan alat peraga.
      4. Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Dengan Metode Bermain Peran di Kelas V MI PRIMA Jati Murni
a.  Ketertarikan siswa terhadap metode bermain peran dalam hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam
Tabel 10
Saya tertarik terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode bermain peran
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Sangat Setuju
4
25%
2
Setuju
11
70%
3
Tidak Setuju
1
5 %
4
Sangat Tidak Setuju
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

4 orang responden atau 25% mejawab sangat setuju, 11 orang siswa yang menjawab setuju, dan 1 siswa yang mengatakan tidak setuju.
b.   Pemahaman siswa dengan metode bermain peran
Tabel 11
     Saya dapat memahami materi pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang disampaikan dengan metode bermain peran
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Sangat Setuju
2
10%
2
Setuju
11
70%
3
Tidak Setuju
3
20 %
4
Sangat Tidak Setuju
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %
     
Dari tabel diatas diketahui 11 orang atau 70% menjawab setuju, yang menjawab tidak setuju ada 3 orang  dan menjawab sangat setuju ada 2 orang.
c.   Kemampuan anak menjawab pertanyaan dari guru saat evaluasi pembelajaran dengan metode bermain peran pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Tabel 12
    Saya dapat menjawab pertanyaan dari guru saat evaluasi pembelajaran dengan metode bermain peran pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Sangat Setuju
4
20%
2
Setuju
10
70%
3
Tidak Setuju
2
10 %
4
Sangat Tidak Setuju
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

               Pada tabel diatas sebagaian besar anak atau mencapai 10 orang siswa menjawab setuju, ada 4 orang bahkan menjawab sangat setuju dan hanya 2 orang yang menjawab tidak setuju.

5.   Pengaruh Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni
         Sebagai lembaga pendidikan yang bercorak ke-Islaman MI PRIMA menyadari akan pentingnya mengajarkan nilai-nilai agama yang lebih banyak disbanding sekolah umum. Oleh karena itu urgensi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk diajarkan kepada siswa bukan karena hanya tuntunan kurikulum tetapi lebih dari itu pelajaran ini dianggap penting karena syarat dengan nilai-nilai positif yang bisa menjadi contoh bagi siswa.
         Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diajarkan satu kali dalam seminggu dengan durasi belajar 2 (dua) kali 35 menit setiap pertemuan. Berdasarkan pengamatan peneliti dalam proses pembelajarn yang dilakukan guru memulai pelajaran dengan sedikit mengulas materi yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya untuk menyegarkan ingatan siswa tentang materi yang telah diberikan sebelumnya. Setelah itu melanjutkan dengan menyampaikan materi inti sesuai bahasan.
         Berdasarkan wawancara yang dilakukan dan angket yang disebar oleh penulis, penerapan metode bermain peran pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI PRIMA Jati Murni berjalan dengan baik. Guru biasa menggunakan metode bermain peran terutama ketika sedang membahas tentang perilaku atau kepribadian tokoh masa lalu. Walaupun dengan peralatan yang tidak terlalu banyak namunsecara umum siswa menyukai metode ini. Peneliti menilai guru pelajaran yang bersangkutan cukup piawai dalam bermain peran untuk mengalihkan perhatian siswa dilihat dari antusiasme siswa dalam menyimak materi atau pembahasan yang diajarkanya. Di akhir proses belajar, guru mengajukan beberapa pertanyaan berhubungan dengan materi yang telah disampaikan dan sebagaian besar anak bisa menjawab terhadap pertanyaan tersebut.
         Menurut peneliti pengaruh metode bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA bisa dikatakan berhasil karena dua pertimbangan :
a.       Secara teoritis dengan banyaknya siswa yang bisa menjawab pertanyaan guru dalam rangka evaluasi setelah proses pembelajaran berarti mereka bisa memahami materi yang baru saja diajarkan.
b.      Berdasarkan hasil anket, peneliti menemukan jawaban juga yang dominan akan berusaha menerapkan nilai-nilai yang positif yang mereka peroleh dari pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Niatan ini paling tidak bisa menjadi modal awal bagi mereka untuk menjadi manusia yang lebih baik dikemudian hari.
C.    Analisa Data Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni  dalam proses pembelajaran. Untuk itu peneliti menyusun beberapa pertanyaan dan pernyataan yang merupakan indikator dari variable penelitian untuk bisa mengetahui jawaban pertanyaan penelitian sebagaimana tertulis pada BAB I penelitian. Pertanyaan diajukan kepada guru pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan pernyataan yang harus direspon oleh siswa yang dituangkan dalam bentuk anket. Peneliti juga melakukan pengamatan dan wawancara untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan.
      Untuk mengetahui respon anak tersebut peneliti melakukan pengamatan langsung  terhadap anak didik ketika berlangsungnya pelaksanaan metode bermain peran dan memberikan angket kepada seluruh siswa dikelas V MI PRIMA
Tabel 13
Tabulasi Hasil Interpretasi Data
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
NO ITEM
1
Sangat Setuju
0
0%
0
2
Setuju
7
70%
1,3,4,7,9,13,16
3
Tidak Setuju
3
30%
2,12,15
4
Sangat Tidak Setuju
0
0 %
0
5
JUMLAH
10
100 %


           
  1. Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni.
Ada beberapa indikator sesuai pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni. Indikator-indikator tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan untuk kemudian direspon oleh siswa dan hasilnya dituangkan  dalam tabulasi dibawah ini.
1.      Ketertarikan siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Ketertarikan kepada suatu pelajaran bisa menjadi penyebab seorang siswa lebih bisa memahami dibanding siswa lain yang tidak tertarik. Secara umum berikut ini adalah hasil jawaban responden seluruh siswa kelas V MI PRIMA Jati Murni dan respon mereka terhadap pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).


Tabel 14
Sejarah Kebudayaan Islam adalah pelajaran yang menarik untuk dipelajari
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Sangat Setuju
2
10%
2
Setuju
14
80%
3
Tidak Setuju
0
0%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

Dari data pada table diatas diketahui bahwa 14 orang siswa atau sebagian besar responden (80%) menyatakan setuju  kalau pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menarik untuk dipelajari. Sedangkan yang menyatakan sangat setuju adalah 2 orang siswa atau 20%.
Perolehan ini merupakan hasil yang baik karena siswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menarik untuk dipelajari adalah kosong atau 0%.
2.      Metode yang digunakan terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam.
Mengajar bagi seorang guru merupakan kegiatan yang bisa saja membosankan bagi siswa yang diajari jika tidak diimbangi dengan kreativitas guru dengan menggunakan berbagai macam metode. Berikut adalah tanggapan siswa tentang metode guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam mengajar mereka.
Tabel 15
Guru menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar
Sejarah Kebudayaan Islam
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Sangat Setuju
0
0%
2
Setuju
12
75%
3
Tidak Setuju
4
25%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

Dari data pada table diatas diketahui bahwa sebagaian besar siswa yaitu 12 orang (75%) menyatakan setuju bahwa guru mereka menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar Sejarah Kebudayaan Islam. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 4 orang atau 25%.
Peneliti menilai penggunaan metode yang bervariatif dalam mengajar Sejarah Kebudayaan Islam adalah hal yang baik.

II.       Pengaruh Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas V MI PRIMA Jati Murni.
1.      Keadaan anak ketika guru mengajar pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode bermain peran
Tabel 16
Saya selalu menyimak ketika guru mengajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan bermain peran
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Selalu
5
30%
2
Sering
11
65%
3
Kadang-kadang
1
5%
4
Tidak pernah
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %
Berdasarkan tabel tersebut diatas, dari 16 orang siswa yang menjadi responden ada 5 orang yang selalu menyimak atau 30%, yang menyatakan sering menyimak pelajaran ketika guru menggunakan metode bermain peran ada 11 orang atau 65% . Siswa yang menjawab hanya kadang-kadang menyimak ada 1 orang siswa atau 5% dari keseluruhan responden.
2.      Menggunakan alat peraga atau media yang digunakan dalam bermain peran pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Tabel 17
Guru menggunakan alat peraga ketika mengajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan bermain peran
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Selalu
0
0%
2
Sering
2
10%
3
Kadang-kadang
14
90%
4
Tidak pernah
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

Pada table diatas terlihat bahwa menurut 2 orang responden atau 10% dari keseluruhan jumlah siswa kelas V menjawab bahwa guru sering menggunakan alat peraga atau media ketika mengajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode bermain peran. Sedangkan sebagian besar siswa yang berjumlah 14 orang atau 90% guru mereka hanya kadang-kadang menggunakan alat peraga atau media ketika mengajar menggunakan metode bermain peran.
3.      Ketertarikan siswa pada pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA
Tabel 18
Saya tertarik pada hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode bermain peran
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Sangat Setuju
5
30%
2
Setuju
10
65%
3
Tidak Setuju
1
5%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

Dari tabel diatas dapat diketahui menurut 5 orang responden atau 30% mengaku sangat setuju, terhadap penggunaan metode bermain peran. Ada 10 orang siswa yang menjawab setuju, dan 1 siswa yang menyatakan tidak setuju. Dari hasil ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar anak menyukai metode bermain peran dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam.
4.      Pemahaman siswa dengan metode bermain peran
Tabel 19
Saya dapat memahami materi pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang disampaikan dengan metode bermain peran
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Sangat Setuju
1
5%
2
Setuju
14
90%
3
Tidak Setuju
1
5%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

Dari tabel diatas dapat diketahui menurut 14 orang responden atau 90% menyatakan setuju kalau mereka faham terhadap materi Sejarah Kebudayaan Islam yang disampaikan dengan bermain peran. Sedangkan yang menjawab tidak setuju ada 1 orang dan yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang juga.
5.      Kemampuan anak untuk menjawab pertanyaan setelah belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode bermain peran.
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya sebuah  proses pembelajaran biasanya guru melakukan tes kecil menjelang berakhir jam pelajaran dengan melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa. Semakin banyak siswa yang bisa menjawab berarti siswa bisa dinilai faham terhadap materi yang baru saja disampaikan.
Tabel 20
Saya berhasil  menjawab pertanyaan dari guru saat evaluasi pembelajaran
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASI
1
Sangat Setuju
2
12,5%
2
Setuju
12
75%
3
Tidak Setuju
2
12,5%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0 %
5
JUMLAH
16
100 %

      Dilihat pada tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagaian  besar anak atau mencapai 12 orang siswa (75%) menjawab setuju bahwa mereka bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru setelah mereka melakukan adegan bermain peran, 2 orang bahkan menjawab sangat setuju dan 2 orang menjawab tidak setuju. Menurut penilaian peneliti metode bermain peran merupakan salah satu cara atau metode mengajar yang baik di kelas V MI PRIMA untuk memperoleh hasil belajar yang baik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.













BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Adapun kesimpulan yang peneliti peroleh dari hasil penelitian ini sebagai berikut :
1.      Pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas V MI PRIMA Jati Murni Bekasi berjalan dengan baik dan termasuk pelajaranyang diminati siswa. Berdasarkan pengakuan sebagian besar siswa dan hasil wawancara guru bidang studi yang bersangkutan menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar, salah satunya adalah dengan metode bermain peran.
2.      Pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA cukup baik sekali karena siswa umumnya tertarik dengan metode ini. Hanya saja dari segi penggunaan alat peraga dan waktu yang tersedia perlu ada penambahan dan perbaikan.
3.      Diawali dengan ketertarikan siswa terhadap metode bermain peran, menghasilkan sebuah hasil belajar yang baik dalam rangka mentransfer ilmu dan nilai-nilai positif dari guru kepada anak didik, karena secara umum berdasarkan pengakuan anak, guru dan pengamatan peneliti siswa terlibat aktif dalam memerankan stiap tokoh yang dimainkan dalam bermain peran. Di samping itu sebagian besar siswa memahami materi yang disampaikan dan membekas pada diri siswa, paling tidak dengan pernyataan mereka untuk berusaha  menerapkan nilai dan perilaku  positif   serta dapat berhasil dalam menimba ilmu pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

B.     Saran
      Ada beberapa hal yang perlu disampaikan oleh peneliti sebagai saran yaitu:
  1. Hendaknya para guru bekerjasama dengan orang tua/wali murid dalam membimbing, membina siswa sehingga mereka lebih bisa memahami keilmuan sekaligus memiliki budi pekerti yang baik dengan metode-metode tertentu dalam mendidik baik disekolah maupun dirumah.
  2. Kepada guru bidang studi yang bersangkutan yaitu pengajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam perlu lebih kreatif lagi dalam melaksanakan pembelajaran  Sejarah Kebudayaan Islam untuk mencapai hasil belajar siswa yang baik dengan menggunakan metode bermain peran, dalam penggunaan alat peraga yang memadai agar hasil dari proses belajar bisa lebih dimaksimalkan.
  3. Untuk pihak sekolah disarankan agar lebih melengkapi fasilitas pendukung, seperti buku-buku cerita islami dan  alat peraga perlu diperbanyak sebagai pendukung dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam secara khusus dan pelajaran-pelajaran agama secara umum.



            [1] Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Jakarta; PT. Toko Gunung Agung;2001) Cet. Ke23 Hal.127
           [2] Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet.ke16, hal.41
        [3] Dr. HM. Musfiqon, M.Pd. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran (PT. Prestasi  Pustakaraya, 2012). Hal. 98
        [4] Neni Arriyani, Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD  ( Jakarta :Pustaka Al Falah,   2010)  hal. 21
[5] Neni Arriyani, Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD ( Jakarta : Pustaka Al – Falah,      2010 )  hal 26
        [6] Ibid. hal 27
        [7] Ibid. Hal. 17
 [8] Neni Arriyani, Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD ( Jakarta : Pustaka Al – Falah,  2010 )  hal 28
        [9] Mayke S. Tedjasaputra,Bermain Mainan dan Permainan (Jakarta: Grasindo,2001) hal. 33
       [10] Ibid. hal. 33
 [11] Neni Arriyani, Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD ( Jakarta : Pustaka Al – Falah,  2010 )  hal. 43
       [12] Asep Jihad Mr. Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran. Multi Press. Hal. 14
      [13] Ibid Hal. 14
     [14] Ibid Hal. 15
     [15] Ibid Hal. 14
     [16] Ibid Hal. 15
    [17] Ibid Hal. 15
       [18]  Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, Hal. 150
       [19]  W.S Winkel, Psikologi Pengajaran ( Jakarta: Garsindo, 1996) Cet. Ke-4, Hal. 247
       [20]  Ibid, Hal. 247
       [21]  W.S Winkel, Psikologi Pengajaran ( Jakarta: Garsindo, 1996) Cet. Ke-4, Hal. 247
       [22]  W.S Winkel, Psikologi Pengajaran ( Jakarta: Garsindo, 1996) Cet. Ke-4, Hal. 247
       [23]  W.S Winkel, Psikologi Pengajaran ( Jakarta: Garsindo, 1996) Cet. Ke-4, Hal. 247
       [24]  W.S Winkel, Psikologi Pengajaran ( Jakarta: Garsindo, 1996) Cet. Ke-4, Hal. 247
       [25] S. Nasution, Metode Risearch, ( Jakarta Bumi Aksara, 2004 ) hal 113
  [26] Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. ( Jakarta : Rineka Cipta 2002 )   hal 139