Rabu, 18 Juli 2012
Tips cepat skripsi
Tips cepat skripsi
awalludinhasyim.blogspot.com
Sekedar beberapa tips pribadi supaya skripsi cepat beres. Dengan cara-cara ini alhamdulillah, dengan izin Allah skripsi saya bisa dikerjakan dalam waktu sekitar 3 bulan.
Fokus
Jadikan skripsi sebagai pekerjaan utama, bukan sampingan atau paruh waktu. Lebih untung lagi kalau di semester akhir sudah tidak ada kuliah lagi, sehingga bisa lebih terarah. Di semester ini, saya sengaja tidak mencari kesibukan lain selain jadi asisten praktikum. Segala organisasi, panitia, pekerjaan, dan yang lainnya (kalau ada) sengaja disingkirkan.
Kerjakan setiap hari
Istirahat atau refreshing beberapa hari tentu boleh, tapi jangan sampai lebih dari satu minggu. Bahkan kalau perlu hari Sabtu dan Minggu tetap dikerjakan, dari pagi sampai malam. Biar saja dibilang yang nggak-nggak oleh orang lain.
Sering bertemu pembimbing
Paling tidak seminggu satu kali, bertemu dengan pembimbing untuk konsultasi dan melaporkan progress. Kalau setiap hari dikerjakan, tentu akan selalu ada progress.
Cari topik yang sudah dipahami
Sebisa mungkin, jangan mencari topik penelitian yang baru akan dipelajari saat penelitian. Saya sendiri mengambil topik yang tidak terlalu rumit dan sudah ada pengetahuan tentangnya, sehingga saat dikerjakan tinggal menerapkan saja apa yang sudah dipahami.
Cari topik yang sumber datanya mudah didapat
Jangan mencari topik yang untuk mencari datanya saja memakan waktu lama. Nanti waktu penelitian akan habis hanya untuk mengumpulkan data saja. Data yang saya gunakan untungnya tersedia di internet, dan data lainnya didapat dari kuesioner yang juga disebar di internet.
Barangkali itu saja. Alhasil, walaupun selama pengerjaan (2 – 3 bulan) seperti orang autistik antisosial yang setiap hari di depan komputer terus, alhamdulillah kan setelah waktu tersebut bisa bebas sebebas-bebasnya. Bersakit dahulu, bersenang kemudian.
Agar Blog Baru Ramai Dikunjungi
Salah satu harapan seorang blogger adalah agar blognya sering dikunjungi oleh para websurfer. Blog yang “berhasil” adalah blog yang ramai oleh para pengunjung, baik yang iseng, kesasar, sampai yang benar-benar punya niatan berkunjung. Yah, walaupun blog ini tidak ramai dikunjungi, tapi akan ane ceritakan beberapa cara atau tips atau trik agar blog menjadi sedikit lebih “ramai”, terutama jika blog Anda masih terhitung baru.
Salah satu parameter seringnya blog dikunjungi adalah banyaknya
komentar. Bukan patokan utama memang, mengingat tidak semua pengunjung
akan meninggalkan komentarnya. Namun banyaknya komentar yang muncul bisa
digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu blog. Juga merupakan sebuah
kebanggaan kesenangan tersendiri saat tulisan kita
ramai dikomentari orang, walaupun komentarnya bernada menentang, atau
hanya komentar sampah dan spam :)
Maka, berikut saya sampaikan beberapa tips dari ane agar blog baru Anda banyak pengunjung dan komentarnya.
1. Buatlah tulisan yang bermanfaat
Ini yang susah dan perlu pengorbanan berat. Namun blog Anda akan ramai dikunjungi jika Anda membuat tulisan yang menarik walaupun frekuensi posting masih jarang. Jangan terlalu panjang juga. Kalau memang belum mampu, copy-paste saja dengan syarat tetap mencantumkan sumbernya. Dan jangan membuat blog yang isinya hasil kopian doang.
Ane pernah posting sebuah tulisan hasil kopian sebuah situs, dan hasilnya luar biasa, dan merupakan rekor tertinggi kunjungan di blog ini. Namun, bagaimanapun juga tulisan hasil karya sendiri akan lebih baik.
2. Jangan terlalu sering posting
Ya, jika blog Anda memang masih blog “kemarin sore” alias belum lama dan belum memiliki rating dan relasi yang banyak (seperti saya). Pengalaman ane, kalau terlalu sering posting (misalnya beberapa kali sehari), komentar yang muncul tidak akan banyak. Biarkan satu tulisan Anda bertahan selama beberapa hari, agar search engine sempat mengindeks tulisan Anda dan teman Anda pun sempat meninggalkan komentar. Tapi jangan sampai lebih dari seminggu supaya blog Anda tidak dicap “jarang di-update”.
3. Potonglah tulisan Anda di halaman depan
Maksudnya, jangan menaruh tulisan lengkap di halaman depan blog. Potonglah tulisan sehingga yang tampil di halaman depan adalah paragraf awal saja atau prolog tulisan, dan pengunjung harus mengklik “Read More” atau sejenisnya untuk membaca tulisan lengkap. Kenapa? Karena jika Anda menggunakan WordPress, kotak untuk mengetik komentar baru akan muncul setelah Anda mengklik judul tulisan atau “Read More” tersebut.
Jika Anda menaruh tulisan utuh di halaman depan, kemungkinan pengunjung tidak akan meninggalkan komentar karena kotak isian komentar tidak muncul. Jadi, dengan cara ini pengunjung seperti “dipaksa” untuk membaca tulisan lengkap dan meninggalkan komentarnya.
4. Sering-seringlah meninggalkan komentar di blog lain
Seringlah main ke blog lain, dan tinggalkan komentar disana. Bila perlu sertakan link ke alamat blog Anda. Jangan cuma sekali, misalnya “salam kenal” saja. Lakukanlah secara rutin dan jadilah “komentator tetap” di blog teman Anda tersebut. Insyaallah teman Anda tersebut juga akan menjadi “komentator tetap” di blog Anda. Saya sendiri sudah membuktikannya :)
Selain itu, ikutilah forum, milis, atau perkumpulan blogger dan saling bertukar link antar anggota.
5. Rajinlah membalas komentar pengunjung
Hal ini akan membuat blog Anda seolah-olah terurus. Juga menunjukkan penghargaan Anda kepada pengunjung blog yang sudah bersusah payah meninggalkan komentar.
6. Pakailah WordPress :)
Jangan pakai blogger/blogspot :) Kata orang, blogspot sangat merepotkan saat hendak menulis komentar. Saya juga agak kerepotan saat hendak menulis komentar, ada yang harus login dulu, ada yang perlu halaman khusus untuk berkomentar, dan sebagainya. Jangan pakai multiply juga :) karena multiply sangat tertutup dan hanya yang punya account multiply saja yang bisa meninggalkan komentar.
Pakailah WordPress :) karena sangat mudah dan terbuka dalam hal komentar-komentaran. Kotak komentar langsung dibawah tulisan, dan Anda hanya perlu mengisi nama dan email saja, kecuali sang admin blog tidak mengizinkan.
Mungkin hanya itu tips yang saya punyai; trik yang selama ini ane terapkan di blog ini (kecuali tips pertama), dan seperti inilah rata-rata hasilnya, yaitu kira-kira 7 komentar per tulisan. Sudah lumayan untuk ukuran blog-blogan yang belum genap setahun berdiri.
Bila Anda punya trik-trik tersendiri, silakan berbagi dengan kami…
3 (tiga) Hal Yang Menyebabkan Blog Anda Tidak bisa Diakses
3 (tiga) Hal Yang Menyebabkan Blog Anda Tidak bisa Diakses
Saat sedang sibuk melakukan optimasi SEO
pada intuisiblog.com, tiba-tiba muncul tulisan bahwa intuisiblog.com
tidak bisa diakses. Padahal pada saat itu detik-detik terakhir mengikuti
kontes SEO Indonesia Pancen Houye. Beruntung blog saya masih menduduki posisi kedua. Baca artikel saya mengenai SERPpengumuman pemanang Kontes SEO Indonesia Pancen Houye.
Setelah googling, saya menemukan jawaban dari Klikhost.com
mengenai hal Yang Menyebabkan Blog Anda Tidak bisa Diakses. Ternyata
ada 3 (tiga) Hal Yang Menyebabkan Blog Anda Tidak bisa Diakses, antara
lain :
Server –> Jaringan Internet –> User
Dari 3 (tiga) Hal Yang Menyebabkan Blog
Anda Tidak bisa Diakses, kita bisa identifikasi sendiri apa yang jadi
penyebab masalah ini.
1. Server hosting memang DOWN
Cara tercepat untuk memastikan apakah hosting Anda down adalah dengan bertanya pada provider hosting Anda. Tanyakan apakah server memang down atau tidak. Jika ternyata jawabannya lama, Anda bisa cek sendiri dengan menggunakan proxy. Semisal hidemyass.com ataupun zendproxy.com. Jika memang juga tidak bisa diakses lewat proxy, maka Anda harus segera beritahu admin hosting Anda. Tetapi jika web Anda bisa dicek lewat proxy, berarti server tidak down.
Cara tercepat untuk memastikan apakah hosting Anda down adalah dengan bertanya pada provider hosting Anda. Tanyakan apakah server memang down atau tidak. Jika ternyata jawabannya lama, Anda bisa cek sendiri dengan menggunakan proxy. Semisal hidemyass.com ataupun zendproxy.com. Jika memang juga tidak bisa diakses lewat proxy, maka Anda harus segera beritahu admin hosting Anda. Tetapi jika web Anda bisa dicek lewat proxy, berarti server tidak down.
2. IP Address Anda diblokir oleh salah satu HOP
Perjalanan akses dari PC Anda menuju server tentunya melalui beberapa lintasan router yang disebut sebagai HOP. Jika IP Address anda ternyata diblokir oleh salah satu HOP/Router tersebut maka secara otomatis Anda tidak bisa melanjutkan perjalanan menuju server. Yang sering jadi masalah adalah pada HOP ISP Anda.
Nah caranya tahu dimana letak putusnya koneksi Anda ke server adalah dengan menggunakan perintah TRACE ROUTE.
Perjalanan akses dari PC Anda menuju server tentunya melalui beberapa lintasan router yang disebut sebagai HOP. Jika IP Address anda ternyata diblokir oleh salah satu HOP/Router tersebut maka secara otomatis Anda tidak bisa melanjutkan perjalanan menuju server. Yang sering jadi masalah adalah pada HOP ISP Anda.
Nah caranya tahu dimana letak putusnya koneksi Anda ke server adalah dengan menggunakan perintah TRACE ROUTE.
Caranya yaitu (pada windows) :
1. Start -> All programs -> Accesories -> Command Prompt
2. Ketikkan : tracert namadomain.com
Akan muncul lintasan router. Dan jika hasilnya tidak ada yang terputus,maka…
Akan muncul lintasan router. Dan jika hasilnya tidak ada yang terputus,maka…
3. IP Anda terblokir oleh firewall server
Ini adalah kemungkinan yang sering terjadi sekarang. Terutama pada hosting cPanel. IP Anda terblokir otomatis oleh server akibat :
- Akses yang terlalu tinggi sehingga server menganggapnya sebagai salah satu bentuk ddos
- Login ke cPanel/FTP/Email dengan menggunakan username dan pasword salah lebih dari 5 kali
Solusinya yaitu tanyakan pada provider Anda apakah IP ISP Anda terblokir oleh server. Cara mengetahui IP ISP Anda adalah dengan membuka www.whatismyipaddress.com
Ini adalah kemungkinan yang sering terjadi sekarang. Terutama pada hosting cPanel. IP Anda terblokir otomatis oleh server akibat :
- Akses yang terlalu tinggi sehingga server menganggapnya sebagai salah satu bentuk ddos
- Login ke cPanel/FTP/Email dengan menggunakan username dan pasword salah lebih dari 5 kali
Solusinya yaitu tanyakan pada provider Anda apakah IP ISP Anda terblokir oleh server. Cara mengetahui IP ISP Anda adalah dengan membuka www.whatismyipaddress.com
Jangan lupa dukung KOMODO ISLAND IS THE NEW 7 WONDERS OF THE WORLD. Semoga bermanfaat
Artikel Kami Lainnya:
- Back Link Dari Web Ber Page Rank 6
- 9 Jurus Untuk Meningkatkan Aura Tenaga Dalam
- Software Untuk Mempercepat Proses Download
- Cara Cepat Meningkatkan Page Rank Dan Traffic Blog
- Manfaat Tukar Link Dengan Rekan Sesama Blogger
- Membentuk Disiplin Melalui PBB (Peraturan Baris Berbaris)
- Cara Jitu Meningkatkan Traffic Blog
- Menjadikan Blog Sebagai Mesin Pencetak Uang
- Cara Mudah Membuat Account Facebook (Fb)
- Cara Memodifikasi Tulisan Pesan Di Cbox
PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL BELAJAR SKI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang masalah
Kegiatan
pembelajaran disekolah merupakan transfer ilmu pengetahuan dan nilai nilai
kepada murid secara formal disetiap lembaga pendidikan. Guna meraih hasil yang
maksimal berbagai aspek pendidikan terus di perhatikan. Seperti kurikulum yang
selalu disempurnakan agar selalu sesuai dengan konteks perkembangan zaman, atau
metode pengajaran yang terus berkembang guna mencapai suatu metode yang dinilai
paling efektif dalam proses
pembelajaran. Materi dan pelajaran yang diajarkan kepada siswa beragam
memungkinkan suatu mentode tertentu bisa saja cocok untuk sebuah mata pelajaran
namun belum tentu sama untuk mata pelajaran yang lain. Dengan alasan ini
kemudian lahirlah metode-metode pembelajaran yang begitu beragam.
Dalam dunia
pendidikan guru adalah salah satu komponen manusia yang memegang peranan sangat
penting dalam proses belajar mengajar sebagai upaya pembentukan sumber daya
manusia yang potensial dalam segala hal. Oleh karena itu, guru yang merupakan
salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata
sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai
pendidik yang melakukan tranfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang
memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar agar menjadi generasi
yang mempunyai kemampuan keilmuan sekaligus kepribadian yang baik.
Kelengkapan dari
jumlah tenaga pengajar, dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar, yang
berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru di tuntut lebih
profesional dalam menjalankan tugasnya tugas keprofesional guru menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 pasal 20 (a) tentang guru dan
dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Mengenai
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran guru dituntut untuk selalu kreatif
dalam mengajar dengan mencari dan menggunakan cara-cara atau metode yang
dinilai efektif dalam mendidik dan memberikan pelajaran pada murid-muridnya.
Berkaitan dengan pembentukan karakter, pendidikan
agama menjadi sangat penting untuk diberikan kepada murid karena berkaitan erat
dengan pembentukan perilaku dan moral. Berhasil atau tidaknya perilaku tersebut
terlepas dari bagaimana guru memilih cara dan metode mengajar agar muridnya
mempunyai perilaku dan moral sebagai mana yang
diharapkan.
Sejak pendidikan
dasar pada anak-anak memerlukan dorongan dan rangsangan sebagai mana pohon
memerlukan air dan pupuk. Minat dan cita- cita anak perlu ditumbuh kembangkan
kearah yang baik dan terpuji melalui pendidikan. Cara memberikan pendidikan
atau pengajaran agama haruslah sesuai dengan perkembagnan psikologis anak
didik. Oleh karena itu dibutuhkan pendidik yang memiliki jiwa pendidik dan
agama, supaya gerak- geriknya menjadi teladan dan cermin bagi murid-muridnya.[1]
Kemampuan menyerap
anak dalam proses pembelajaran biasanya berbeda-beda setiap usia. Pada saat
memasuki sekolah dasar siswa sebagai
seorang anak yang sangat rentan bila tidak di arahkan dan dibimbing dengan
benar. Metode yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan agama pada anak usia
sekolah dasar tentu berbeda dengan metode yang dilaksanakan untuk orang dewasa.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakia Darajdat sebagai
berikut : “anak-anak bukanlah orang dewasa yang kecil, kalo kita ingin agar
agama mempunyai agama bagi mereka hendaklah disampaikan dengan cara-cara lebih
kongkrit dengan bahasa yang dipahaminya dan tidak bersifat dogmatif saja”.[2]
Anak-anak usia
sekolah dasar merupakan sosok individu yang mempunyai pikiran dan pengalaman
yang terbatas. Mereka hidup dengan akal pikiran dan alam yang nyata, senang
coba-coba dan cenderung untuk ikut ikutan. Mereka belum memikirkan soal-soal
maknawi yang abstrak dan hukum-hukum umum.
Penggunaan metode
bermain peran dalam pelajaran sejarah kebudayaan islam sangat penting untuk
dipertimbangkan. Hanya saja cara penyampaiannya tentu disesuaikan dengan
usianya.
Jika dikaitkan
dengan proses belajar mengajar, maka metode bermain peran merupakan salah satu
tehnik penyampain dalam proses pendidikan yang mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Dengan tehnik bermain peran dalam penyampaian materi pelajaran akan
membantu guru dalam melaksanakan tugasnya secara baik, oleh sebab itu metode
bermain peran adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi siswa, hal
ini adalah salah satu cara untuk merangsang anak agar tertarik untuk belajar
Sejarah Sebudayaan Islam.
Ada beberapa hal
yang mendorong peneliti untuk membahas masalah ini, dan menjadikan pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam sebagai objek bahasan, diantaranya :
1.
Pelajaran
Kebudayaan Islam (SKI) sebagai ilmu yang mempelajari tentang nilai budaya dan
perilaku tokoh Islam masa lalu penting diberikan kepada anak usia sekolah dasar
untuk mengimbangi serbuan kebudayaan dan figur tokoh lain di luar islam yang
tak jarang memberikan pengaruh yang kurang positif terhadap perkembangan anak
usia tersebut.
2.
Pendidikan
sejarah merupakan media setiap siswa untuk bisa belajar dari sejarah
3.
Secara
umum siswa tertarik dengan sejarah tergantung dari cara penyampaian dan metode
bermain peran bisa menjadi alternatif yang menarik bagi siswa. Pengaruh bermain
peran yang baik disampaikan kepada anak didik sangat besar terhadap perubahan
hasil belajar anak
Berdasarkan
pemikiran tersebut di atas maka peneliti mencoba mengatahui tentang pelaksanaan
metode bermain peran yang di terapkan pada siswa melalui penelitian dalam
rangka penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH
BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI KELAS V MI
PRIMA JATI MURNI BEKASI”
B. Identifikasi Masalah
Rendahnya pemahaman
siswa terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MI PRIMA khususnya di sebabkan oleh beberapa
faktor antara lain : metode mengajar guru, media mengajar, relasi guru,
penghargaan, kritikan, teguran, umpan balik dan motivasi serta minat sendiri. (
Slamento, 1988 ).
Maka dari itu
peneliti perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu. Adapun masalah yang
akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.
Pelaksanaan
bermain peran terhadap hasil belajar
Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA
2.
Hasil
belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA
3.
Pengaruh
bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI
PRIMA
C. Pembatasan Masalah
Sasaran penelitian
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang bertempat di MI PRIMA, waktu 17
Mei 2012 sampai dengan 03 Juli 2012.
Masalah yang ingin peneliti bahas dalam skripsi ini perlu pembatasan terlebih
dahulu agar arah dan sasaran yang akan dibahas menjadi lebih jelas dan teratur.
Adapun masalah yang
akan dibahas dalam skripsi ini dibatasi pada :
“Pengaruh Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Sejarah
Kebudayaan Islam di Kelaas V MI PRIMA Jati Murni Bekasi”
D. Perumusan Masalah
Dalam penulisan
skripsi ini, peneliti mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas. Berdasarkan uraian di atas, peneliti
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
- Bagaimana pelaksanaan bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA?
- Bagaimana hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA?
- Bagaimana pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan bermain peran
terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA
- Untuk mengetahui hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA
- Untuk mengetahui pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA
F. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan
hasil penelitian tentang pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah
Kebudayaan Islam di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Prima Jati Murni Bekasi, diharapkan dapat memberikan berbagai kegunaan
antara lain:
a. Bagi penulis penelitian ini diharapkan
menambah pengetahuan penulis dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat
dari bangku perkuliahan
b. Bagi sekolah dapat dijadikan sebagai
rujukan dan pertimbangan dalam evaluasi kurikulum sekaligus diharapkan dapat
memberikan masukan khususnya kepada guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam
c. Untuk Kepala Sekolah hasil penelitian ini
akan sangat berguna sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah Madrasah
Ibtidaiyah Prima dalam meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam
d. Untuk pembaca umum
G. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi
ini terdiri dari lima bab, yang setiap babnya terdiri dari sub-sub yang secara
terperinci sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini peneliti menguraikan tentang Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Sistematika Penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang akan
mendukung penelitian ini dari metode-metode yang menjadi dasar bagi analisa
permasalahan yang ada dan pemecahan tersebut. Landasan teori ini didapat dari
studi pustaka mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian skripsi ini.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti menguraiakan tempat dan waktu
penelitian, metode penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data,
instrument penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti menguraikan Deskripsi Obyek
Penelitian, Fakta atau Temuan Penelitian dan Analisa Data Penelitian.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini akan menjelaskan kesimpulan yang merupakan
rumusan dari analisa dan pembahasan bab-bab sebelumnya, dan dari kesimpulan
tersebut akan dihasilkan saran-saran yang dapat dipergunakan alternatif
pemecahan masalah yang akan dihadapi
guru dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
BAB II
LANDASAN TEORITIK
A. Bermain Peran
1. Pengertian Bermain Peran
Bermain peran
adalah kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan
mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula.[3]
Bermain peran (role play) disebut juga main simbolik,
pura-pura, fantasi, imajinasi atau main drama. Menurut Erik Erikson (
Neni Aryani, 2010:21 ) main peran ada dua yakni, Main Peran Besar ( makro ) dan
Main Peran Kecil ( mikro ). Main peran besar menggunakan alat dengan ukuran
sesungguhnya, anak dapat menggunakan alat tersebut pada kegiatan mainnya. Dalam
bermain ini anak mengekspresikan ide-idenya dengan memerankan seseorang atau
sesuatu ( mengaduk-aduk pasir dalam
mangkuk untuk membuat kue pura-pura ) atau dengan objek ( menggunakan kursi
sebagai mobil ).[4]
Main peran Kecil (
mikro ) anak memainkan peran melalui alat bermain atau benda yang berukuran
kecil atau mini ( boneka orang atau binatang,dan rumah boneka ). Pada saat main ini anak bertindak sebagai dalang yang
merupakan otak penggerak yang menghidupkan alat bermain tersebut untuk
memainkan suatu adegan, peran-peran dalam skenario main peran.
Berdasarkan teori Jean Piaget ( Neni Aryani, 2010:26 ),
main peran dimulai ketika anak melakukan tindakan yang tidak bisa diterapkan
dalam kehidupan nyata. Misalnya, seorang anak yang mengaduk-aduk pasir dalam
mangkuk dengan sendok dan pura-pura makan. Dan mengulang ingatan yang
menyenangkan, seperti melihat botol susu dan meminumnya pada boneka.[5]
Melalui main peran
anak dapat melebihi tahap perkembangannya saat ini. Sebagai contoh : pada
kehidupan nyata, anak yang berusia tiga tahun tidak pandai menyetrika pakaian,
namun ketika main peran anak tersebut bisa melakukan kegiatan menyetrika
pakaian sama seperti yang dilakukan orang dewasa. Vygotsky juga mengatakan
bahwa main peran yang bermutu membutuhkan pegetahuan dan dukungan orang dewasa
yang mampu memberi pijakan dalam main peran anak (Vygotsky (Neni Aryani,
2010:27)).[6]
Pendapat Erik Erikson adalah suatu jalan untuk
mengembangkan pengendalian diri terhadap keinginannya. Erik juga melihat bahwa
main peran adalah suatu cara bagi anak untuk memahami tuntutan-tuntutan dari
luar yang datang setiap hari. Misalnya, anak usia dini ketika melihat pesawat
terbang, pada waktu itu juga berkeinginan menaiki pesawat tersebut. Jika anak
usia enam tahun yang melihatnya, tetap ada hasrat untuk menaikinya. Namun, ia
mengerti bahwa pesawat tersebut tidak bisa berhenti tiba-tiba. Ada urutan yang
harus dilalui untuk dapat menaikinya.[7]
Dalam
penelitiannya, Sara Smilansky (1968 ) menemukan anak yang memiliki sedikit
pengalaman main peran terlihat mendapatkan kesulitan dalam merangkai kegiatan
dan percakapan mereka. Terlihat kaku, monoton dan mengulang-ngulang perilaku,
kesulitan dalam mengembangkan sebuah tema, pikiran dan permainan, kesulitan
untuk mengaitkan pengalaman- pengalaman yang mereka miliki.[8]
Sedangkan Catherine Garvey ( Mayke S. Tejdasaputra,
2001:33), menemukan bahwa pada
umumnya anak-anak menyukai bermain peran ( dramatik ), mulai main ibu- ibuan
dengan bonekanya, main sekolah-sekolahan, atau menjadi ayah dan ibu.[9]
Bermain dramatik semacam ini membantu anak mencobakan berbagai peran sosial
yang diamatinya, memantapkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya, melepaskan
ketakutan dan kegembiraannya, mewujudkan khayalannya, selain bekerja sama dan
bergaul dengan teman-temannya.
Turner dan Helms ( 1993 ) lebih menyoroti kegiatan bermain sebagai sarana
sosialisasi anak. Kegiatan bermain memberikan kesempatan pada anak untuk
bergaul dengan anak lain dan belajar mengenal aturan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya.[10]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bermain peran berarti mendramatisasikan
cara bertingkah laku orang-orang tertentu dalam posisi yang membedakan peranan
masing-masing.
2. Tujuan Bermain Peran
Metode pembelajaran bermain peran ( role playing ) digunakan untuk mencapai tujuant-tujuan sebagai berikut
:
a.
Membantu
anak dalam memahami perasaan dan pikiran orang lain yang ditampilkan dalam
tingkah laku masing-masing.
b.
Memberikan
kesempatan pada anak untuk memainkan peran-peran yang beragam dengan tujuan
agar mereka mengerti, menghormati dan memiliki empati akan peran- peran yang
ada di sekitar mereka.
c.
Memiliki
sikap positif lainnya pada diri anak, yang merupakan bekal mereka dalam
interaksi sosial di masyarakat pada kehidupannya kelak.
d.
Membantu
anak agar mampu menghargai pendapat orang lain.
3. Manfaat Bermain Peran
Melalui pengalaman
main peran yang kaya dan bermutu anak akan mendapatkan manfaat bagi
perkembangannya,[11] antara
lain:
a. Kemampuan dalam berbahasa yang baik dan
benar
1. Pengungkapan kata-kata yang lebih baik (
berbicara lebih jelas )
2. Setiap bermain peran kosakata akan
bertambah
3. Memiliki pengembangan bahasa dan
menggunakannya lebih benar saat terjadi komunikasi dengan orang lain.
b. Kemampuan berfikir yang tinggi
1. Menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih
tinggi
2. Memiliki pengalaman yang kaya dalam
memainkan peran-peran di sekitarnya
c. Kemampuan dalam sosial emosional
1. Bermain dengan teman sebaya lebih banyak
2. Anak dapat
belajar bekerja sama dengan yang lain
3. Mampu menyelesaikan masalah dengan
berbicara
d. Memiliki kreatifitas dan imajinasi yang
tinggi
1. Inovasi lebih banyak : saat mendapati
benda yang diinginkan tidak ada, hal tersebut tidak menjadi hambatan baginya
dalam bermain karena anak dapat mengalihkan dengan benda lain sebagai pengganti
benda yang tidak ada tersebut.
2. Lebih imajinatif : dapat meluaskan ide
main pada kegiatan main yang dilakukan.
e. Memiliki rentang konsentrasi yang panjang
1. Konsentrasi lebih panjang : perasaan
senang dalam bermain membuat anak tidak merasakan waktu yang terus bergulir
2. Kemampuan perhatian lebih besar :
memusatkan perhatian kepada sesuatu menjadi lebih terperinci dan teliti.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar
menurut Abdurahman adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif mantap.[12]
Menurut AJ Romizowski, hasil belajar
adalah merupakan keluaran (out put) dari suatu sistem pemrosesan masukan (in put) pelajaran. Masukan dari sistem
tersebut berupa macam-macam informasi, sedang keluaranya adalah perbuatan atau
kinerja (perfomance).[13]
Juliet mengemukakan hasil belajar
adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan
belajar yang dilakukan.[14]
Menurut
Benjamin S Bloom, Hasil belajar adalah pencampaian bentuk perbuatan prilaku
yang cenderung manatap dari ranah kgnitif, afektif dan psikomotor dari proses
belajar yang dilakukan daloam waktu tertentu.[15]
Menurut Sujana hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.[16]
Dari pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu bentuk perubahan perilaku akibat dari kegiatan
belajar yang dilakukan, kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima bermacam-macam informasi dan pengalaman belajar, sehingga terbentuk
perilaku yang mantap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotornya.
Hasil belajar dapat dikelompokan ke
dalam dua macam yaitu :
1.
Pengertian, yang terdiri dari empat
kategori yaitu:
a.
Pengetahuan tentang fakta
b.
Pengetahuan tentang prosedur
c.
Pengetahuan tentang konsep
d.
Pengetahuan tentang prinsip
2.
Keterampilan, terdiri dari 4 kategori
yaitu:
a.
Keterampilan berpikir (kognitif)
b.
Keterampilan untuk bertindak (motorik)
c.
Keterampilan beraksi atau bersikap
d.
Keterampilan berinteraksi[17]
Untuk memperoleh
hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penelitian yang merupakan tindak lanjut
atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar
siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan melainkan juga
sikap dan keterampilan.
Dengan demikian
hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah baik itu
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2. Tujuan Instruksional Belajar
Pada prinsipnya, hasil belajar meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman proses belajar siswa, yang
dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah
laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi
sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cita dan rasa, maupun karsa.
Kunci pokok
untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui
garis-garis besar indikator ( penunjuk adanya prestasi belajar ) di kaitkan
dengan jenis- jenis prestasi yang hendak diukur.[18]
Dalam sebuah
situs yang membahas taksonomi Bloom, di kemukakan tentang teori Bloom yang
menyatakan bahwa tujuan belajar siswa untuk mencapai tiga ranah. Ketiga ranah
tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan
belajar mengajar, maka melelui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat
keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa
dalam menerima hasil pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan
terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka
untuk lebih spesifiknya, penulis akan menguraikan ketiga ranah yang terdapat
dalam teori Bloom tersebut :
a.
Cognitif Domain ( ranah
kognitif ) yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual
seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilan berpikir.
1.
Pengetahuan ( Knowledge )
Berupa
kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta,
gagasan, pola, urutan metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan
juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajari
dan disimpan dalam ingatan.[19]
2.
Pemahaman ( Comprehension )
Pemahaman
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan
yang dipelajari.[20]
Pemahaman juga dapat dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami
gambaran, laporan, diagram, arahan, peraturan dan lain sebagainya.
3.
Aplikasi ( Application )
Aplikasi atau
penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode
bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru.[21]
Pada tingkat ini seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, dan teori.
4.
Analisis ( Analysis )
Analisis
didefinisikan sebagai kemampuan untuk memerinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami
dengan baik.[22] Pada tingkat analisis, seseorang akan mampu
menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi
kedalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubunganya, mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang
rumit. ( http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi)
5.
Sintesis ( Synthesis )
Sintesis
diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan pola baru.[23]
Seseorang pada tingkat sintesis akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari
sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat dan mampu mengenali data atau
informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
(http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi)
6.
Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi
diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu
atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang
berdasarkan kriteria tertentu.[24]
Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,
gagasan, metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau setandar yang
ada untuk memastikan nilai efektifitas atau manfaatnya. (http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi)
b.
Affective domain ( Ranah Afektif
) berupa perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi aeperti
minat, sikap, apresiasi dan tata cara penyesuaian diri. (http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi). Tujuan
pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan
dengan sikap atau afektif.
c.
Psykomotor Domain ( Ranah
Psikomotor ) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan
motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan mesin.
(http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi)
Alisuf Sabri
dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini di sedut “
motorik “ karena keterampilan ini melibatkan langsung otot, urat dan persendian
sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki
keterampilan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan
tertentu dengan urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu.
Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan “ Automatisme”
yaitu gerak - gerik yang terjadi
berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa
harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu
dilakukan.
Perubahan salah
satu atau dari ketiga ranah tersebut
yang dialami siswa dari proses belajar. Keberhasilan dapat diukur dari seberapa
jauh hasil belajar yang di capai siswa, baik buruknya dari hasil belajar dapat
dilihat dari pengukuran yang berupa evaluasi.
3. Indikator Prestasi Belajar
Banyak guru yang merasa sukar untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan kepadanya mengenai apakah pelajaran yang telah dilakukannya
berhasil dan apakah buktinya? Untuk menjawab pertanyaan itu terlebih dahulu
harus ditetapkan yang menjadi kriteria keberhasilan pengajaran, baru ditetapkan
alat untuk menaikan keberhasilan belajar secara tepat yang meliputi tiga efek
kognitif ( daya serap siswa terhadap pelajaran ), afektif dalam hal ini
penguasaan dalam gerakan dan psikomotor berupa perubahan tingkah laku kearah
yang lebih baik, yang dirangkum dalam daftar nilai siswa.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah
Ibtidaiyah Prima yang beralamat di Kp.
Sawah RT 002/02 Jati Murni Kec. Pondok Melati, Kota
Bekasi 17431 Telp. (021) 84596154. Adapun waktu penelitian adalah dari
17 Mei sampai dengan 03 Juli 2011.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan deskriptif kualitataif. yaitu sebuah metode untuk menghasilkan data- data berupa kata- kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati,
data yang terkumpul berupa kata-
kata, gambar atau dokumentasi lainnya bukan berupa angka.(http://id.wilkipedia.org/wiki/taksonomi)
C.
Subyek Penelitian
Madrasah
Ibtidaiyah Jati Murni terdiri dari guru kelas dan peserta didik kelas V dengan
jumlah keseluruhan peserta didik sebanyak 16 orang anak. Yang dijadikan subyek
penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V tempat peneliti
mengajar yang berjumlah 16 peserta didik.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun langkah -langkah
yang ditempuh dalam pengumpulan data ini adalah:
a. Observasi
Observasi
adalah suatu cara dalam memperoleh data dengan mengamati atau mengalami
langsung peristiwa yang diteliti. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh
lebih optimal dari segi kepercayaan, perilaku yang tampak, kebiasaan dan
sebagainya. Teknik ini digunakan mengingat adanya asumsi bahwa terdapat
sejumlah data yang perlu diangkat melalui pengamatan dan pencatatan langsung di
lokasi tempat berlangsungnya penelitian.
b. Wawancara
Wawancara
adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam perlengkapan yang bertujuan
memperoleh informasi.[25]
Teknik
ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak dicapai melalui observasi dan
angket. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah :
1.
Kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Prima untuk
memperoleh data deskripsi tentang sekolah Madrasah Ibtidaiyah Prima, mulai dari
sejarah berdirinya sampai kepada program yang sedang berjalan.
2.
Guru Madrasah Ibtidaiyah Prima yaitu untuk memperoleh
data tentang hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas V.
c. Studi Dokumentasi
Study
dokumentasi dalam penelitian ini adalah melalui hasil penelitian yang berupa
evaluasi hasil belajar anak pada semester I yang berupa laporan hasil belajar
Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas V dalam bentuk raport semester I dan foto-foto hasil kegiatan anak selama
bermain peran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.[26]
Karena peneliti menggunakan metode kualitatif maka instrument penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan
pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar sejarah kebudayaan islam di kelas
V Madrasah Ibtidaiyah Prima, Jati Murni, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, penulis
membuat kisi – kisi instrument penelitian sebagaimana terlampir ::
No
|
Variabel
|
Pertanyaan
|
Sumber
Data
|
1.
|
Variabel X :
Bermain Peran
|
1. Apakah bermain peran cara bagi anak
untuk memajukan kecepatan masuknya rangsangan ( stimulasi ) ?
2.
Bagaimana perubahan yang terjadi
sejalan dengan bertambahnya usia anak ?
3.
Apakah bermain mempertinggi semua
aspek pertumbuhan dan perkembangan anak ?
4.
Apakah anak belajar melalui pengalaman
yang konkret ?
5. Apa saja tujuan dari bermain peran
?
|
Guru
|
2.
|
Variabel Y :
Hasil belajar
|
1. Apakah individu yang tinggi hasil
belajarnya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mampu menjalin komunikasi yang efektif
dengan orang lain ?
2. Apakah hasil belajar pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap
sejarah kebudayaan islam ?
3. Apakah dengan hasil belajar pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam anak dapat memahami sejarah
kebudayaan islam ?
4. Apakah anak
mudah dalam memahami sejarah kebudayaan islam ?
5.
Apa saja manfaat dari memahami sejarah
kebudayaan islam ?
|
Guru
|
F.
Teknik Analisis Data
Analisa data adalah suatu proses
penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintegrasikan. Dalam
proses analisa data ini digunakan statistik sederhana dengan penghitungan
prosentase, yaitu dengan menggunakan rumus– rumus :
P = f x 100 %
n
Keterangan rumus :
P =
Prosentase pendapat responden
f = Frekuensi jawaban responden
n =
Jumlah responden
100% =
Jumlah angka tetap
Dengan penafsiran tersebut, maka
data diketahui komposisi besar kecilnya persentase dari setiap alternative
jawaban yang dipilih responden.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
1. ABSTARKSI
YAYASAN PRIMA
Yayasan ini diresmikan di hadapan
notaris : Netty Maria Machdar, SH, Komp.
Perkantoran Harmoni Mas, Jl. Kunir Blok A/3, Tanggal 11 September 2001 dan berdomisili di : Kp. Sawah RT
002/002 Jati Murni Kec. Pondok Melati Kota Bekasi 17431 Telp. (021) 84596154
DENGAN NAMA YAYASAN PRIMA (PERGURUAN ISLAM MAFATIHUL MA’ARIF )
dengan harapan dapat Prima terus
membina dan meningkatkan kualitas umat Islam di Kampung Sawah dan sekitarnya.
Yayasan PRIMA bergerak berbagai bidang salah satunya
adalah bidang Pendidikan. Hal ini di
dasari bahwa pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, bahkan dalam Islam merupakan suatu kewajiban. Dengan ilmu umat dapat
ditinggikan derajatnya baik di dunia maupun akhirat. Bersama jama’ah pengurus
yayasan membentuk :
a. PENDIDIKAN
FORMAL : TPQ ( Taman
Pendidikan Qur’an ), RA ( Raudhatul Athfal ), MI ( Sekolah Dasar Islam )
Terpadu, MTs ( Madrasah Tsanawiyyah ), PKBM ( Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
).
b. NON FORMAL : Majlis Ta’lim
Remaja, Kelompok Kesenian Islam ( Marawis, Hadroh ), Majlis Ta’lim Bapak,
Majlis Ta’lim Ibu, dan pengajian rutin anak-anak.
Berkat dukungan
jama’ah dan para donatur Yayasan kita ini telah memiliki satu buah
musholla dan lemari perpustakaan keagamaan, 10 (sepuluh) lokal kelas, 2 ( dua )
ruang kantor, 1(satu) kantin sekolah, 2 (dua) Kamar Kecil, set mainan RA, dan
lapangan upacara yang sangat membantu dalam meletakkan pondasi agama
Islam di kalangan peserta didik dan juga membina keimanan di kalangan anak,
remaja dan dewasa guna mencegah, gencarnya program dari aktivis-aktivis agama
lain.
2. TUJUAN
1.
Tujuan
Umum :
Membantu
menciptakan kondisi Islami di Lingkungan Kp. Sawah dan sekitarnya.
2.
Tujuan
Khusus :
a.
Memajukan pendidikan Islami di lingkungan Kp. Sawah
dan sekitarnya.
b.
Mendukung
peningkatan kualitas belajar peserta didik Yayasan PRIMA yang berilmu, beriman
dan bertaqwa.
c.
Melengkapi prasarana pendukung kegiatan
belajar khususnya ruang kelas dengan melanjutkan proses pembangunan yang telah
dilaksanakan
d.
Memotivasi
peserta didik untuk belajar lebih baik lagi bagi pendidikan formal maupun
nonformal.
e.
Meningkatkan kelayakan belajar peserta
didik khususnya MI (Madrasah Ibtidaiyah) PRIMA.
3. KURIKULUM
Madrasah Ibtidaiyah
(MI) PRIMA dalam menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berdasrkan kepada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus.
- KELEBIHAN MI PRIMA
MI PRIMA adalah
lembaga Pendidikan Islam Setingkat MI/SD di bawah binaan Kementerian Agama
Kantor Kota Bekasi yang mengintegrasikan Pelajaran Agama dan Umum (Terpadu)
dengan ciri khas Ke-NU-an.
- Visi dan Misi MI PRIMA
Kemudian visi dan
misi MI PRIMA adalah sebagai berikut :
VISI
Bertakwa, Berilmu, Kreatif dan Berakhlakul Karimah
MISI
a. Beriman dan
taqwa kepada Allah SWT
b. Bersikap
sopan santun dan berbudi pekerti luhur
c. Menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat
d. Menjaga ketertiban
dan keamanan sekolah
e. Melaksanakan
tugas secara efektif dan efisien
f. Memiliki
wawasan masa depan dan mampu berkompetensi
g. Meningkatkan
mutu layanan pendidikan dan pembelajaran
h. Pengembangan
kompentensi dan kemampuan profesionalisme guru
i. Pengembangan kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat menunjang prestasi akademik dan kecakapan hidup.
j. Membentuk siswa yang
ber’ahklakul karimah terutama dalam bersikap dan bertutur kata. (Maryati,
wawancara tanggal 28 Mei 2012)
- Keadaan Siswa Kelas V MI PRIMA
Dalam proses
belajar-mengajar, siswa menduduki peranan yang sangat penting, karena siswa
yang menjadi tolak ukur berhasil tidaknya proses belajar-mengajar, oleh karena
itu keberadaan dan peran aktif siswa mutlak diperlukan dalam proses
pembelajaran.
Adapun jumlah siswa yang terdapat di kelas 5 MI PRIMA pada tahun pelajaran 2011/2012 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
Keadaan dan jumlah siswa kelas
5 MI PRIMA tahun pelajaran 2011/2012 berdasarkan jenis kelamin.
No
|
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
L
P
|
||||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
|
Adisty
Ayunda R.
Alfan
Dwi Jayanto.
Aliyah.
Dandi.
Diaz
Argiantoro D.
Dimas
Rasyid
Damianti
Farhan
Adi Ashidiq
M.
Agus Mukti
M.
Ishak
M.
Rizky Afrizal
Sandi
Darmawan
Shania
Salamatul Khulbi
Sultan
M Akbar
Yusril
Efrizal Caniago
Viona
Aulia
|
-
√
-
√
√
√
-
√
√
√
√
√
-
√
√
-
|
√
-
√
-
-
-
√
-
-
-
-
-
√
-
-
√
|
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
|
Jumlah
|
11
|
5
|
16
|
Jadi jumlah siswa MI PRIMA kelas V tahun
pelajaran 2011/2012 sebanyak 11 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, jadi
jumlah keseluruhannya berjumlah 16 siswa.
Sedangkan Jumlah siswa untuk keseluruhan
dari kelas 1 sampai 6 pada tahun ajaran 2011/2012
Tabel 2
Keadaan dan jumlah siswa MI PRIMA tahun pelajaran
2011/2012 berdasarkan jenis kelamin.
No
|
Kelas
|
Laki – Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1
|
I
|
10
|
17
|
27
|
2
|
II
|
18
|
9
|
27
|
3
|
III
|
17
|
10
|
27
|
4
|
IV
|
14
|
8
|
22
|
5
|
V
|
11
|
5
|
16
|
6
|
VI
|
10
|
10
|
20
|
Jumlah
|
80
|
59
|
139
|
- Keadaan Guru dan Pegawai di MI PRIMA
Guru merupakan
orang yang bertangung-jawab dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar, guru
berkewajiban menyajikan dan menjelaskan materi pelajaran, bimbingan, dan
mengarahkan siswa kearah pencapaian tujuan pengajaran yang telah dicanangkan. Dalam hal ini dibutuhkan kemampuan dan
profesi analisme guru dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kualitas
guru merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan. Berikut ini dapat kita lihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 3
Keadaan guru dan pegawai di MI PRIMA
berdasarkan jenis kelamin dan tingat pendidikan serta Guru kelas yang dipegang.
No
|
Nama
|
L/P
|
Tingkat
Pendidikan
|
Jabatan
|
1.
|
H.M.
YASIN, S.Ag, MM.Pd
|
L
|
S1
|
Kepala Madrasah
|
2.
|
Hj.
Kartini, S.Pd.I
|
P
|
S1
|
Bendahara
|
3.
|
Jumroni,
S.Pd.I
|
L
|
S1
|
Wakil Kepala MI
|
4.
|
M. Bagus Nawawi, S.Pd
|
L
|
S1
|
Guru
|
5.
|
Siti Hanipah
Hartiningsih, S.Pd.I
|
P
|
S1
|
Guru
|
6.
|
Mustajab, S.Pd.
|
P
|
S1
|
Guru
|
7.
|
Dewi Aminah Nur, S.Pd.I
|
P
|
S1
|
Guru
|
8.
|
Hasbiallah
|
L
|
SMK
|
Guru
|
9.
|
Komalasari, S.Pd.I
|
P
|
S1
|
Guru
|
10.
|
M. Muhtar Wibowo
|
L
|
SMK
|
Guru
|
11.
|
Maryati, S.Pd.I
|
P
|
SI
|
Guru
|
12.
|
Nuarini, S.Ag
|
P
|
SI
|
Guru
|
13.
|
Saidah Faridah, S.Pd.I
|
P
|
SI
|
Guru
|
14.
|
Siti Hanipah
Hartiningsih, S.Pd.I
|
P
|
SI
|
Guru
|
15.
|
Sri Mulyani
|
P
|
MAN
|
Guru
|
16.
|
Jangkung
|
L
|
SMA
|
Penjaga Madrasah
|
Dari data di atas, jelaslah bahwa guru yang
mengajar di MI PRIMA sebanyak 12 orang guru dengan rincian laki-laki 3 orang
dan perempuan 9 orang dan kalau dilihat dari segi tingkat pendidikannya hampir
rata-rata sudah mencapai sarjana strata satu (S1).
- Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Di samping karena faktor guru, murid, pegawai, faktor sarana
dan prasarana tidak kalah pentingnya dalam menunjang kelancaran proses belajar-mengajar,
sebab sarana dan prasarana merupakan wadah untuk kelangsungan proses
pembelajaran, alat peraga atau alat pelajaran merupakan faktor penunjang yang
penting artinya untuk memperjelas pemahaman siswa terhadap pelajarannya.
Di bawah ini akan
diuraikan tentang keadaan sarana dan prasarana yang terdapat di MI PRIMA tahun
pelajaran 2011/2014.
Berdasarkan
data di tata usaha MI PRIMA, tanah yang diperuntukkan/dipergunakan pembangunan
MI PRIMA pemilikan atas tanah tersebut adalah Tanah wakaf. Tanah tersebut
berada di Desa Kampung sawah Kecamatan Jati sempurna Kabupaten Bekasi, luas
tanah yang sudah dibebaskan pada tahap awal seluas + 1000 m2
dengan lahan sudah dibangun dan sudah berdiri bangunan permanen seluas + 850 m2 yang meliputi bangunan
ruang kelas sebanyak 6 buah dan ruang teori belajar, mushola, ruang guru dan
kepala sekolah serta kantin. Hal ini dapat kita pada tabel berikut ini.
Tabel 4
Keadaan Gedung MI PRIMA
No
|
Ruangan
|
Jumlah Lokal
|
1.
|
Kepala Sekolah
|
1 Lokal
|
2.
|
Wakasek
|
1
Lokal
|
3.
|
Guru
|
1
Lokal
|
4.
|
Tata Usaha
|
1
Lokal
|
5.
|
Perpustakaan
|
1
Lokal
|
6.
|
Laboratorium Ibadah (Mushola)
|
1
Lokal
|
7.
|
BP/BK
|
1
Lokal
|
8.
|
Kantin
|
1
Lokal
|
9.
|
Komputer
|
1 Lokal
|
10.
|
Ruang kelas
|
6 Lokal
|
- Struktur Organisasi
Tabel 5
Sturktur Organisasi MI PRIMA Tahun
Pelajaran 2011/2014
Dengan memperhatikan bagan di atas, keadaan guru
dan personalia di MI PRIMA cukup memadai dan sangat mendukung bagi jalannya
kegiatan proses belajar-mengajar. Dan pada masing-masing bidang studi dipegang
oleh guru yang profesional pada bidangnya masing-masing, sehingga memperlancar
dan mempermudah kegiatan pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran.
Jalannya administrasi juga didukung oleh tenaga
yang ahli pada bidang administrasi sekolah, hal ini juga ikut memperlancar
urusan dalam kegiatan proses belajar-mengajar.
- DENAH LOKASI MI PRIMA
- FASILITAS DAN DENAH FISIK MI PRIMA
B. Fakta/Temuan Penelitian
1. Hasil
Wawancara
Untuk bisa mencari jawaban dari tiga pertanyaan yang
peneliti ajukan dalam rumusan masalah
sebagaimana tertulis pada BAB I, penulis meyusun beberapa indikator
dalam bentuk pernyataan dan pertanyaan
yang di ajukan baik dalam bentuk wawancara dengan guru mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam maupun dalam bentuk
angket yang ditujukan kepada siswa sebagai responden. Berikut
adalah hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru mata pelajaran yang
bersangkutan.
1. Bagaimanakah
hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA?
Jawaban : Sebagai
guru yang di percaya mengajar pelajaran Sejarah Kebudayaan Isalam, saya
berusaha mengajar dengan sebaik-baiknya. Tujuan saya agar dapat mengimbangi
anak dari hal-hal negatif saat ini dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.
2. Metode
apakah yang biasa digunakan dalam mengajar Sejarah Kebudayaan Islam?
Jawaban : Saya
biasanya menggunakan metode tergantung dengan materi yang sedang dibahas. Untuk
materi yang menceritakan tokoh tertentu biasanya saya menggunakan metode
bercerita dan bermain peran.
3. Apakah
siswa tertarik dengan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ?
Jawaban : Secara
umum berdasarkan pengamatan saya selama ii mereka tertarik.
4. Bagaimanakah
sikap dan respon anak ketika menerapkan metode bermain peran pada pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam?
Jawaban : Metode
berain peran merupakan salah satu metode belajar yang menyenangkan untuk
anak-anak usia kelas V (lima), mereka bisa berperan sesuai dengan tokoh yang
mereka mainkan.
5.
Apakah
Ibu menggunakan alat peraga atau media lain ketika mengajar dengan metode
bermain peran?
Jawabanya : Kadang-kadang
saya menggunakan alat peraga walaupun seadanya, karena sekolah tidak
menyediakan peralatan uang khusus untuk itu.
6. Dari
total waktu yang tersedia biasanya berapa lama waktu yang digunakan untuk
bermain peran?
Jawabanya : Waktu
belajar disini untuk pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah 2 jam pelajaran
dikali 35 menit tiap minggu. Karena bermain peran merupakan metode yang
atraktif dan interaktif terkadang tanpa terasa saya suka kehabisan waktu ketika
mengajar.
7. Bagaimana
sikap anak ketika bermain peran?
Jawabanya : Sebisa
mungkin saya mengarahkan emosi anak sehingga mereka betul-betul menghayati
setiap tokoh yang mereka perankan.
8.
Bagaimana
pemahaman anak dan daya tangkap anak terhadap materi yang diajarkan dengan
metode bermain peran?
Jawabanya : Sebelum jam
pelajara habis saya biasa mengadakan tanya jawab, ketika saya mengajukan
beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi yang baru saja diajarkan banyak
juga diantara mereka yang bisa menjawab. Disamping itu dilihat dari nilai
raport kebanyakan dari mereka memperoleh nilai yang baik.
2. Hasil Anket Yang Ditujukan Kepada Siswa
Tentang Pengaruh Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
di Kelas V MI PRIMA Jati Murni.
Ada beberapa
indikator sesuai pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui pengaruh bermain
peran terhadap hasil belajar Sejaarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati
Murni. Indikator-indikator tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan untuk
kemudian direspon oleh siswa dan hasilnya dituangkan dalam tabulasai dibawah
ini.
- Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni
Tabel
6
Sejarah
Kebudayaan Islam adalah pelajaran yang menarik untuk dipelajari
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Sangat Setuju
|
2
|
15 %
|
2
|
Setuju
|
14
|
85%
|
3
|
Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Dari data hasil diatas diketahui bahwa
16 oang siswa atu sebagian besar responden (85%) menyatakan setuju kalau
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menarik untuk dipelajari. Sedangkan yang
menyatakan sangat setuju adalah 2 orang siswa atau 15 %.
b. Metode yang digunakan pada hasil belajar
Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni.
Tabel 7
Guru menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajaar
Sejarah Kebudayaan Islam
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Sangat Setuju
|
5
|
25%
|
2
|
Setuju
|
9
|
70%
|
3
|
Tidak Setuju
|
1
|
5 %
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Lebih dari separoh siswa kelas V (70%) menjawab
setuju bahwa materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bermanfaat. 5 orang
menjawab sangat setuju dan yang menjawab tidak setuju 1 orang.
3. Pengaruh Metode
Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas V MI
PRIMA Jati Murni.
a. Keadaan siswa ketika guru pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam mengajar dengan metode bermain peran.
Tabel 8
Saya selalu menyimak ketika guru mengajar Sejarah
Kebudayaan Islam dengan metode bermain peran
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Selalu
|
7
|
40%
|
2
|
Sering
|
8
|
50%
|
3
|
Kadang-kadang
|
1
|
10
%
|
4
|
Tidak Pernah
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Dari 16 siswa ada 7
orang atau 40% menjawab selalu, yang menjawab sering 8 orang atau 25%, dan yang
menjawab kadang-kadang menyimak ada 1 orang.
b. Alat peraga
atau media yang digunakan dalam metode bermain peran pada Sejarah Kebudayaan
Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni.
Tabel 9
Guru menggunakan alat peraga atau media ketika mengajar
Sejarah Kebudayaan Islam degan metode bermain peran
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Selalu
|
0
|
0%
|
2
|
Sering
|
4
|
25%
|
3
|
Kadang-kadang
|
12
|
75 %
|
4
|
Tidak Pernah
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Menurut 4 orang
responden atau 25 % siswa kelas V menjawab sering. Sedang 12 orang atau 75
% menjawab kadang-kadang menggunakan alat peraga.
4.
Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Dengan Metode Bermain Peran di Kelas V
MI PRIMA Jati Murni
a. Ketertarikan
siswa terhadap metode bermain peran dalam hasil belajar Sejarah Kebudayaan
Islam
Tabel 10
Saya tertarik terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan
Islam dengan menggunakan metode bermain peran
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Sangat Setuju
|
4
|
25%
|
2
|
Setuju
|
11
|
70%
|
3
|
Tidak Setuju
|
1
|
5 %
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
4 orang responden atau 25% mejawab
sangat setuju, 11 orang siswa yang menjawab setuju, dan 1 siswa yang mengatakan
tidak setuju.
b. Pemahaman siswa dengan metode bermain peran
Tabel 11
Saya dapat
memahami materi pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang disampaikan dengan
metode bermain peran
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Sangat Setuju
|
2
|
10%
|
2
|
Setuju
|
11
|
70%
|
3
|
Tidak Setuju
|
3
|
20
%
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Dari tabel diatas
diketahui 11 orang atau 70% menjawab setuju, yang menjawab tidak setuju ada 3
orang dan menjawab sangat setuju ada 2
orang.
c. Kemampuan anak menjawab pertanyaan dari guru
saat evaluasi pembelajaran dengan metode bermain peran pada pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
Tabel 12
Saya dapat
menjawab pertanyaan dari guru saat evaluasi pembelajaran dengan metode bermain
peran pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Sangat Setuju
|
4
|
20%
|
2
|
Setuju
|
10
|
70%
|
3
|
Tidak Setuju
|
2
|
10 %
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Pada tabel diatas sebagaian besar anak atau mencapai 10
orang siswa menjawab setuju, ada 4 orang bahkan menjawab sangat setuju dan
hanya 2 orang yang menjawab tidak setuju.
5. Pengaruh
Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI
PRIMA Jati Murni
Sebagai
lembaga pendidikan yang bercorak ke-Islaman MI PRIMA menyadari akan pentingnya
mengajarkan nilai-nilai agama yang lebih banyak disbanding sekolah umum. Oleh
karena itu urgensi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk diajarkan kepada
siswa bukan karena hanya tuntunan kurikulum tetapi lebih dari itu pelajaran ini
dianggap penting karena syarat dengan nilai-nilai positif yang bisa menjadi
contoh bagi siswa.
Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam diajarkan satu kali dalam seminggu dengan durasi
belajar 2 (dua) kali 35 menit setiap pertemuan. Berdasarkan pengamatan peneliti
dalam proses pembelajarn yang dilakukan guru memulai pelajaran dengan sedikit
mengulas materi yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya untuk menyegarkan
ingatan siswa tentang materi yang telah diberikan sebelumnya. Setelah itu
melanjutkan dengan menyampaikan materi inti sesuai bahasan.
Berdasarkan
wawancara yang dilakukan dan angket yang disebar oleh penulis, penerapan metode
bermain peran pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI PRIMA Jati Murni
berjalan dengan baik. Guru biasa menggunakan metode bermain
peran terutama ketika sedang membahas tentang perilaku atau kepribadian tokoh
masa lalu. Walaupun dengan peralatan yang tidak terlalu banyak namunsecara umum
siswa menyukai metode ini. Peneliti menilai guru pelajaran yang bersangkutan
cukup piawai dalam bermain peran untuk mengalihkan perhatian siswa dilihat dari
antusiasme siswa dalam menyimak materi atau pembahasan yang diajarkanya. Di
akhir proses belajar, guru mengajukan beberapa pertanyaan berhubungan dengan
materi yang telah disampaikan dan sebagaian besar anak bisa menjawab terhadap
pertanyaan tersebut.
Menurut peneliti pengaruh metode
bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI
PRIMA bisa dikatakan berhasil karena dua pertimbangan :
a. Secara
teoritis dengan banyaknya siswa yang bisa menjawab pertanyaan guru dalam rangka
evaluasi setelah proses pembelajaran berarti mereka bisa memahami materi yang
baru saja diajarkan.
b. Berdasarkan
hasil anket, peneliti menemukan jawaban juga yang dominan akan berusaha
menerapkan nilai-nilai yang positif yang mereka peroleh dari pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Niatan ini paling tidak bisa menjadi modal awal bagi mereka
untuk menjadi manusia yang lebih baik dikemudian hari.
C.
Analisa Data Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti ingin
mengetahui pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan
Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni
dalam proses pembelajaran. Untuk itu peneliti menyusun beberapa
pertanyaan dan pernyataan yang merupakan indikator dari variable penelitian
untuk bisa mengetahui jawaban pertanyaan penelitian sebagaimana tertulis pada
BAB I penelitian. Pertanyaan diajukan kepada guru pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam dan pernyataan yang harus direspon oleh siswa yang dituangkan dalam
bentuk anket. Peneliti juga melakukan pengamatan dan wawancara untuk melengkapi
data-data yang dibutuhkan.
Untuk mengetahui respon anak
tersebut peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap
anak didik ketika berlangsungnya pelaksanaan metode bermain peran dan
memberikan angket kepada seluruh siswa dikelas V MI PRIMA
Tabel 13
Tabulasi
Hasil Interpretasi Data
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
NO ITEM
|
1
|
Sangat Setuju
|
0
|
0%
|
0
|
2
|
Setuju
|
7
|
70%
|
1,3,4,7,9,13,16
|
3
|
Tidak Setuju
|
3
|
30%
|
2,12,15
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
0
|
5
|
JUMLAH
|
10
|
100 %
|
|
- Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni.
Ada beberapa indikator sesuai pertanyaan yang
diajukan untuk mengetahui pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah
Kebudayaan Islam di kelas V MI PRIMA Jati Murni. Indikator-indikator tersebut
dibuat dalam bentuk pernyataan untuk kemudian direspon oleh siswa dan hasilnya
dituangkan dalam tabulasi dibawah ini.
1. Ketertarikan
siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Ketertarikan kepada suatu pelajaran bisa
menjadi penyebab seorang siswa lebih bisa memahami dibanding siswa lain yang
tidak tertarik. Secara umum berikut ini adalah hasil jawaban responden seluruh
siswa kelas V MI PRIMA Jati Murni dan respon mereka terhadap pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI).
Tabel
14
Sejarah
Kebudayaan Islam adalah pelajaran yang menarik untuk dipelajari
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Sangat Setuju
|
2
|
10%
|
2
|
Setuju
|
14
|
80%
|
3
|
Tidak Setuju
|
0
|
0%
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Dari data pada table diatas diketahui
bahwa 14 orang siswa atau sebagian besar responden (80%) menyatakan setuju kalau pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
menarik untuk dipelajari. Sedangkan yang menyatakan sangat setuju adalah 2
orang siswa atau 20%.
Perolehan ini merupakan hasil yang baik
karena siswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menarik untuk dipelajari adalah kosong atau
0%.
2. Metode
yang digunakan terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam.
Mengajar bagi seorang guru merupakan
kegiatan yang bisa saja membosankan bagi siswa yang diajari jika tidak
diimbangi dengan kreativitas guru dengan menggunakan berbagai macam metode.
Berikut adalah tanggapan siswa tentang metode guru Sejarah Kebudayaan Islam
dalam mengajar mereka.
Tabel
15
Guru
menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar
Sejarah
Kebudayaan Islam
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Sangat Setuju
|
0
|
0%
|
2
|
Setuju
|
12
|
75%
|
3
|
Tidak Setuju
|
4
|
25%
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Dari data pada table diatas diketahui
bahwa sebagaian besar siswa yaitu 12 orang (75%) menyatakan setuju bahwa guru mereka
menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar Sejarah Kebudayaan Islam.
Sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 4 orang atau 25%.
Peneliti menilai penggunaan metode yang
bervariatif dalam mengajar Sejarah Kebudayaan Islam adalah hal yang baik.
II.
Pengaruh
Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas V MI
PRIMA Jati Murni.
1. Keadaan
anak ketika guru mengajar pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode
bermain peran
Tabel
16
Saya
selalu menyimak ketika guru mengajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan bermain
peran
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Selalu
|
5
|
30%
|
2
|
Sering
|
11
|
65%
|
3
|
Kadang-kadang
|
1
|
5%
|
4
|
Tidak pernah
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Berdasarkan tabel tersebut diatas, dari 16 orang siswa
yang menjadi responden ada 5
orang yang selalu menyimak atau
30%,
yang menyatakan sering
menyimak pelajaran ketika guru menggunakan metode bermain peran ada 11 orang atau 65% . Siswa yang
menjawab hanya kadang-kadang menyimak ada 1 orang siswa atau 5% dari keseluruhan responden.
2. Menggunakan
alat peraga atau media yang digunakan dalam bermain peran pada pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam.
Tabel
17
Guru
menggunakan alat peraga ketika mengajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan bermain
peran
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Selalu
|
0
|
0%
|
2
|
Sering
|
2
|
10%
|
3
|
Kadang-kadang
|
14
|
90%
|
4
|
Tidak pernah
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Pada
table diatas terlihat bahwa menurut 2 orang responden atau 10% dari keseluruhan
jumlah siswa kelas V menjawab bahwa guru sering menggunakan alat peraga atau
media ketika mengajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode bermain peran.
Sedangkan sebagian besar siswa yang berjumlah 14 orang atau 90% guru mereka
hanya kadang-kadang menggunakan alat peraga atau media ketika mengajar
menggunakan metode bermain peran.
3. Ketertarikan
siswa pada pengaruh bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan
Islam di kelas V MI PRIMA
Tabel
18
Saya
tertarik pada hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode
bermain peran
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Sangat Setuju
|
5
|
30%
|
2
|
Setuju
|
10
|
65%
|
3
|
Tidak Setuju
|
1
|
5%
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Dari tabel diatas dapat diketahui
menurut 5 orang responden atau 30% mengaku sangat setuju, terhadap penggunaan
metode bermain peran. Ada 10 orang siswa yang menjawab setuju, dan 1 siswa yang
menyatakan tidak setuju. Dari hasil ini memberikan gambaran bahwa sebagian
besar anak menyukai metode bermain peran dalam belajar Sejarah Kebudayaan
Islam.
4. Pemahaman
siswa dengan metode bermain peran
Tabel
19
Saya
dapat memahami materi pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang disampaikan
dengan metode bermain peran
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Sangat Setuju
|
1
|
5%
|
2
|
Setuju
|
14
|
90%
|
3
|
Tidak Setuju
|
1
|
5%
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Dari tabel diatas dapat diketahui
menurut 14 orang responden atau 90%
menyatakan setuju kalau mereka faham terhadap materi Sejarah Kebudayaan Islam
yang disampaikan dengan bermain peran. Sedangkan yang menjawab tidak setuju ada
1 orang dan yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang juga.
5. Kemampuan
anak untuk menjawab pertanyaan setelah belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan
metode bermain peran.
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya
sebuah proses pembelajaran biasanya guru
melakukan tes kecil menjelang berakhir jam pelajaran dengan melontarkan
beberapa pertanyaan kepada siswa. Semakin banyak siswa yang bisa menjawab
berarti siswa bisa dinilai faham terhadap materi yang baru saja disampaikan.
Tabel
20
Saya
berhasil menjawab pertanyaan dari guru
saat evaluasi pembelajaran
NO
|
JAWABAN
|
FREKUENSI
|
PROSENTASI
|
1
|
Sangat Setuju
|
2
|
12,5%
|
2
|
Setuju
|
12
|
75%
|
3
|
Tidak Setuju
|
2
|
12,5%
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
0
|
0 %
|
5
|
JUMLAH
|
16
|
100 %
|
Dilihat pada tabel di atas dapat diketahui
bahwa sebagaian besar anak atau mencapai
12 orang siswa (75%)
menjawab setuju bahwa mereka bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru
setelah mereka melakukan adegan bermain peran, 2 orang bahkan menjawab sangat
setuju dan 2 orang menjawab tidak setuju. Menurut penilaian peneliti metode
bermain peran merupakan salah satu cara atau metode mengajar yang baik di kelas
V MI PRIMA untuk memperoleh hasil belajar yang baik pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang peneliti peroleh dari hasil penelitian ini sebagai berikut :
1. Pelaksanaan
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas V MI PRIMA Jati Murni Bekasi berjalan dengan baik dan termasuk
pelajaranyang diminati siswa. Berdasarkan pengakuan sebagian besar siswa dan
hasil wawancara guru bidang studi yang bersangkutan menggunakan metode yang
bervariasi dalam mengajar, salah satunya adalah dengan metode bermain peran.
2. Pengaruh
bermain peran terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V MI
PRIMA cukup baik sekali karena siswa umumnya tertarik dengan metode ini. Hanya
saja dari segi penggunaan alat peraga dan waktu yang tersedia perlu ada
penambahan dan perbaikan.
3. Diawali
dengan ketertarikan siswa terhadap metode bermain peran, menghasilkan sebuah
hasil belajar yang baik dalam rangka mentransfer ilmu dan nilai-nilai positif
dari guru kepada anak didik, karena secara umum berdasarkan pengakuan anak,
guru dan pengamatan peneliti siswa terlibat aktif dalam memerankan stiap tokoh
yang dimainkan dalam bermain peran. Di samping itu sebagian besar siswa
memahami materi yang disampaikan dan membekas pada diri siswa, paling tidak
dengan pernyataan mereka untuk berusaha
menerapkan nilai dan perilaku
positif serta dapat berhasil
dalam menimba ilmu pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
B. Saran
Ada beberapa hal yang perlu disampaikan
oleh peneliti sebagai saran yaitu:
- Hendaknya para guru bekerjasama dengan orang tua/wali murid dalam membimbing, membina siswa sehingga mereka lebih bisa memahami keilmuan sekaligus memiliki budi pekerti yang baik dengan metode-metode tertentu dalam mendidik baik disekolah maupun dirumah.
- Kepada guru bidang studi yang bersangkutan yaitu pengajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam perlu lebih kreatif lagi dalam melaksanakan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk mencapai hasil belajar siswa yang baik dengan menggunakan metode bermain peran, dalam penggunaan alat peraga yang memadai agar hasil dari proses belajar bisa lebih dimaksimalkan.
- Untuk pihak sekolah disarankan agar lebih melengkapi fasilitas pendukung, seperti buku-buku cerita islami dan alat peraga perlu diperbanyak sebagai pendukung dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam secara khusus dan pelajaran-pelajaran agama secara umum.
[5]
Neni Arriyani, Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD ( Jakarta : Pustaka Al –
Falah, 2010 ) hal 26
Langganan:
Postingan (Atom)