Kamis, 09 Februari 2012

Asal Muasal Hari Valentine

Perayaan hari Valentine termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi paganis (penyembah berhala), di mana penyembahan berhala adalah agama mereka semenjak lebih dari 17 abad silam. Perayaan valentin tersebut merupakan ungkapan dalam agama paganis Romawi kecintaan terhadap sesembahan mereka.

Perayaan Valentine's Day memiliki akar sejarah berupa beberapa kisah yang turun-temurun pada bangsa Romawi dan kaum Nasrani pewaris mereka. Kisah yang paling masyhur tentang asal-muasalnya adalah bahwa bangsa Romawi dahulu meyakini bahwa Romulus (pendiri kota Roma) disusui oleh seekor serigala betina, sehingga serigala itu memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Bangsa Romawi memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan peringatan yang megah. Di antara ritualnya adalah menyembelih seekor anjing dan kambing betina, lalu dilumurkan darahnya kepada dua pemuda yang kuat fisiknya. Kemudian keduanya mencuci darah itu dengan susu. Setelah itu dimulailah pawai besar dengan kedua pemuda tadi di depan rombongan. Keduanya membawa dua potong kulit yang mereka gunakan untuk melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai. Para wanita Romawi sengaja menghadap kepada lumuran itu dengan senang hati, karena meyakini dengan itu mereka akan dikaruniai kesuburan dan melahirkan dengan mudah.

Sejarah hari valentine I :
Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Tahu gak dewa Zeus? itu bokap-nye hercules.

Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan berlari-lari di jalanan kota Roma sambil membawa potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai dijalan. Sebagian ahli sejarah mengatakan ini sebagai salah satu sebab cikal bakal hari valentine.


Sejarah Valentine's Day II :
Menurut Ensiklopedi Katolik, nama Valentinus diduga bisa merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda yaitu dibawah ini:
  • pastur di Roma
  • uskup Interamna (modern Terni)
  • martir di provinsi Romawi Afrika.
Hubungan antara ketiga martir ini dengan hari raya kasih sayang (valentine) tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti dari emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine (14 Februari), di mana peti dari emas diarak dalam sebuah prosesi dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu dilakukan sebuah misa yang khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.

Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santo yang asal-muasalnya tidak jelas, meragukan dan hanya berbasis pada legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.

Sejarah hari valentine III :
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sastrawan Inggris Pertengahan bernama Geoffrey Chaucer. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa:
For this was sent on Seynt Valentyne's day (Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus) Whan every foul cometh ther to choose his mate (Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya)

Pada jaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari valentine dan memanggil pasangan Valentine mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi naskah British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada jaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:

  • Sore hari sebelum santo Valentinus akan mati sebagai martir (mati syahid), ia telah menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".
  • Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka diam-diam.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai martir.

Sejarah Valentines Day IV :
Kisah St. Valentine

Valentine adalah seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.

Namun sayangnya keinginan ini tidak didukung. Para pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.

Claudius berfikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.

St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.

Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara dimana dia ditahan.

Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar alias benul eh betul.

Pada hari saat ia dipenggal alias dipancung kepalanya, yakni tanggal 14 Februari gak tahu tahun berapa, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentinemu.

Pesan itulah yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.

Kesimpulan:

Dari semua asal usul atau sejarah diatas bisa disimpulkan bahwa "hari valentin memiliki latar belakang yang tidak jelas sama-sekali", baik dari ceritanya maupun waktu terjadinya (perhatikan abad terjadinya sejarah diatas walaupun ada nama tokoh yang sama). Gimana menurut Anda?

Amalan Sunnah Bulan Sya’ban

Amalan Sunnah Bulan Sya’ban
 Bahasan kali ini akan mengupas apa saja amalan sunnah dibulan sya’ban dan penjelasan bahwa bagaimana peringatan malam nishfu sya’ban yang tidak ada contoh dari Nabi SAW. Perselisihan dalil peringatan malam nishfu sya’ban antara shahih?lemah? atau palsu? insyallah dikupas dengan hikmah dan ilmiah. Kita simak sama-sama serba serbi bulan sya’ban berikut. Semoga mendapat pencerahan yang shahih.
Serba-Serbi Bulan Sya’ban
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman. Alhamdulillah, saat ini kita telah menginjak bulan Sya’ban. Namun kadang kaum muslimin belum mengetahui amalan-amalan yang ada di bulan tersebut. Juga terkadang kaum muslimin melampaui batas dengan melakukan suatu amalan yang sebenarnya tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga dalam tulisan yang singkat ini, Allah memudahkan kami untuk membahas serba-serbi bulan Sya’ban. Allahumma a’in wa yassir (Ya Allah, tolong dan mudahkanlah kami).
Keutamaan Bulan Sya’ban
Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah.” (Lathoif Al Ma’arif, 235)

Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban
Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,
 “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)
Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
 “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR. Muslim no. 1156)
Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan,
 “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya (Kaana yashumu sya’ban kullahu)? Asy Syaukani mengatakan,  “Riwayat-riwayat ini bisa dikompromikan dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan kata “kullu” (seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya). Alasannya, sebagaimana dinukil oleh At Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok. Beliau mengatakan bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu bulan dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan.” (Nailul Author, 7/148). Jadi, yang dimaksud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di seluruh hari bulan Sya’ban adalah berpuasa di mayoritas harinya.
Lalu Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa penuh di bulan Sya’ban? An Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib. ” (Syarh Muslim, 4/161)
Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab, 233)
Hikmah di balik puasa Sya’ban adalah:
1.    Bulan Sya’ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena mereka sudah terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu bulan Ramadhan. Tatkala manusia lalai, inilah keutamaan melakukan amalan puasa ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat orang-orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah.”
2.    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa setiap bulannya sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga beliau mengumpulkannya pada bulan Sya’ban.  Jadi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Sya’ban sedangkan di bulan-bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah, maka beliau mengqodho’nya ketika itu. Sehingga puasa sunnah beliau menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya.
3.    Puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif,  hal. 234-243)
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita mengikuti suri tauladan kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut.
 “Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506). Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya (terkabulnya) do’a. (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad)

Malam Nishfu Sya’ban, Malam Diturunkannya Al Qur’an (?)
Di antara kaum muslimin ada yang menganggap bahwa malam Nishfu Sya’ban (malam pertengahan bulan Sya’ban) adalah malam yang istimewa. Di antara keyakinan mereka adalah bahwa malam tersebut adalah malam diturunkannya Al Qur’an. Sandaran mereka adalah perkataan ‘Ikrimah tatkala beliau menjelaskan maksud firman Allah,
 “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (Qs. Ad Dukhan: 3-4)
Yang dimaksud dengan malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam Lailatul Qadar, menurut mayoritas ulama. Sedangkan ‘Ikrimah –semoga Allah merahmati beliau- memiliki pendapat yang lain. Beliau berpendapat bahwa malam tersebut adalah malam nishfu sya’ban. (Zaadul Maysir, 5/346)
Namun pendapat yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu turun pada malam Nishfu Sya’ban adalah pendapat yang lemah karena pendapat tersebut telah menyelisihi dalil tegas Al Qur’an. Ayat di atas (surat Ad Dukhan) itu masih global dan diperjelas lagi dengan ayat,
 “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an.” (Qs. Al Baqarah: 185)
Dan dijelaskan pula dengan firman Allah,
 “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada Lailatul Qadr.” (Qs. Al Qadr: 1)
Syeikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah mengatakan, “Klaim yang mengatakan bahwa malam yang penuh berkah (pada surat Ad Dukhan ayat 3-4) adalah malam Nishfu Sya’ban –sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Ikrimah dan lain-lain-, tidak diragukan lagi bahwasanya itu adalah klaim yang jelas keliru yang menyelisihi dalil tegas dari Al Qur’an. Dan tidak diragukan lagi bahwa apa saja yang menyelisihi al haq (kebenaran) itulah kebatilan. Sedangkan berbagai hadits yang menerangkan bahwa yang dimaksudkan dengan malam tersebut adalah malam Nishfu Sya’ban, itu jelas-jelas telah menyelisihi dalil Al Qur’an yang tegas dan hadits tersebut sungguh tidak berdasar. Begitu pula sanad dari hadits-hadits tersebut tidaklah shahih sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul ‘Arobi dan para peneliti hadits lainnya. Sungguh sangat mengherankan, ada seorang muslim yang menyelisihi dalil Al Qur’an yang tegas, padahal dia sendiri tidak memiliki sandaran dalil, baik dari Al Qur’an atau hadits yang shahih.” (Adhwaul Bayan, 1552)
Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban dengan Shalat dan Do’a (?)
Sebagian ulama negeri Syam ada yang menganjurkan untuk menghidupkan atau memeriahkan malam tersebut dengan berkumpul ramai-ramai di masjid. Landasan mereka sebenarnya adalah dari berita Bani Isroil (berita Isroiliyat). Sedangkan mayoritas ulama berpendapat bahwa berkumpul di masjid pada malam Nishfu Sya’ban –dengan shalat, berdo’a atau membaca berbagai kisah- untuk menghidupkan malam tersebut adalah sesuatu yang terlarang. Mereka berpendapat bahwa menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan berkumpul di masjid rutin setiap tahunnya adalah suatu amalan yang tidak ada tuntunannya (baca: bid’ah).
Namun bagaimanakah jika menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan shalat di rumah dan khusus untuk dirinya sendiri atau mungkin dilakukan dengan jama’ah tertentu (tanpa terang-terangan, pen)? Sebagian ulama tidak melarang hal ini. Namun, mayoritas ulama -di antaranya adalah ‘Atho, Ibnu Abi Mulaikah, para fuqoha (pakar fiqih) penduduk Madinah, dan ulama Malikiyah- mengatakan bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya (baca: bid’ah). (Lathoif Al Ma’arif, 247-248). Dan di sini pendapat mayoritas ulama itu lebih kuat dengan beberapa alasan berikut:
Pertama, tidak ada satu dalil pun yang shahih yang menjelaskan keutamaan malam Nishfu Sya’ban. Bahkan Ibnu Rajab sendiri mengatakan, “Tidak ada satu dalil pun yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Dan dalil yang ada hanyalah dari beberapa tabi’in yang merupakan fuqoha’ negeri Syam.” (Lathoif Al Ma’arif, 248).
Seorang ulama yang pernah menjabat sebagai Ketua Lajnah Ad Da’imah (komisi fatwa di Saudi Arabia) yaitu Syeikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz mengatakan, “Hadits yang menerangkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah hadits-hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan sandaran. Adapun hadits yang menerangkan mengenai keutamaan shalat pada malam nishfu sya’ban, semuanya adalah berdasarkan hadits palsu (maudhu’). Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh kebanyakan ulama.” (At Tahdzir minal Bida’, 20). Begitu juga Syeikh Ibnu Baz menjelaskan, “Hadits dhoif barulah bisa diamalkan dalam masalah ibadah, jika memang terdapat penguat atau pendukung dari hadits yang shahih. Adapun untuk hadits tentang menghidupkan malam nishfu sya’ban, tidak ada satu dalil shahih pun yang bisa dijadikan penguat untuk hadits yang lemah tadi.” (At Tahdzir minal Bida’, 20)
Kedua, ulama yang mengatakan tidak mengapa menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dan  menyebutkan bahwa ada sebagian tabi’in yang menghidupkan malam tersebut, sebenarnya sandaran mereka adalah dari berita Isroiliyat. Lalu jika sandarannya dari berita tersebut, bagaimana mungkin bisa jadi dalil untuk beramal[?] Juga orang-orang yang menghidupkan malam Nishfu Sya’ban, sandaran mereka adalah dari perbuatan tabi’in. Kami katakan, “Bagaimana mungkin hanya sekedar perbuatan tabi’in itu menjadi dalil untuk beramal[?]” (Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 296)
Ketiga, adapun orang-orang yang berdalil dengan pendapat bahwa tidak terlarang menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan shalat sendirian sebenarnya mereka tidak memiliki satu dalil pun. Seandainya ada dalil tentang hal ini, tentu saja mereka akan menyebutkannya. Maka cukup kami mengingkari alasan semacam ini dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
 “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718). Ingatlah, ibadah itu haruslah tauqifiyah yang harus dibangun di atas dalil yang shahih dan tidak boleh kita beribadah tanpa dalil dan tanpa tuntunan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.  (Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 296-297)
Keempat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dari malam lainnya untuk shalat. Dan janganlah mengkhususkan hari Jum’at dari hari lainnya untuk berpuasa.” (HR. Muslim no. 1144)
Seandainya ada pengkhususan suatu malam tertentu untuk ibadah, tentu malam Jum’at lebih utama dikhususkan daripada malam lainnya. Karena malam Jum’at lebih utama daripada malam-malam lainnya. Dan hari Jum’at adalah hari yang lebih baik dari hari lainnya karena dalam hadits dikatakan, “Hari yang baik saat terbitnya matahari adalah hari Jum’at.” (HR. Muslim). Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan agar jangan mengkhususkan malam Jum’at dari malam lainnya dengan shalat tertentu, hal ini  menunjukkan bahwa malam-malam lainnya lebih utama untuk tidak boleh dikhususkan suatu ibadah di dalamnya kecuali jika ada suatu dalil yang mengkhususkannya. (At Tahdzir minal Bida’, 28).
Syeikh Ibnu Baz rahimahullah mengatakan, “Seandainya malam Nishfu Sya’ban, malam jum’at pertama di bulan Rajab, atau malam Isra’ Mi’raj boleh dijadikan perayaan (hari besar Islam) atau ibadah lainnya, tentu Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memberi petunjuk kepada kita umat Islam mengenai hal ini atau beliau sendiri merayakannya. Jika memang seperti itu beliau lakukan, tentu para sahabat radhiyallahu ‘anhum akan menyampaikan hal tersebut pada kita umat Islam dan tidak mungkin para sahabat menyembunyikannya. Ingatlah, para sahabat adalah sebaik-baik manusia di masa itu dan mereka paling bagus dalam penyampaian setelah para Nabi ‘alaihimus shalatu was salaam. … Dan kalian pun telah mengetahui sebelumnya, para ulama sendiri mengatakan bahwa tidak ada satu dalil yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau para sahabat yang menunjukkan keutamaan malam jumat pertama dari bulan Rajab dan keutamaan malam Nishfu Sya’ban. Oleh karena itu, menjadikan hari tersebut sebagai perayaan termasuk amalan yang tidak ada tuntunannya sama sekali dalam Islam.” (At Tahdzir minal Bida’, 30). Semoga Allah selalu memberi hidayah kepada kaum muslimin yang masih ragu dengan berbagai alasan ini. [Silakan lihat penilaian kelemahan beberapa hadits mengenai malam Nishfu Sya'ban di akhir pembahasan ini]
Adapun mengenai Shalat Alfiyah, apakah shalat ini adalah suatu amalan yang dituntukan ketika malam Nishfu Sya’ban?
Perlu diketahui, orang yang pertama kali menghidupkan shalat ini pada malam Nishfu Sya’ban adalah seseorang yang dikenal dengan Babin Abul Hamroo’. Dia tinggal di Baitul Maqdis pada tahun 448 H. Dia memiliki bacaan Qur’an yang bagus. Suatu saat di malam Nishfu Sya’ban dia melaksanakan shalat di Masjidil Aqsho. Kemudian ketika itu ikut pula di belakangnya seorang pria. Kemudian datang lagi tiga atau empat orang bermakmum di belakangnya. Lalu akhirnya jama’ah yang ikut di belakangnya bertambah banyak. Ketika datang tahun berikutnya, semakin banyak yang shalat bersamanya pada malam Nishfu Sya’ban. Kemudian amalan yang dia lakukan tersebarlah di Masjidil Aqsho dan di rumah-rumah kaum muslimin, sehingga shalat tersebut seakan-akan menjadi sunnah Nabi. (Al Bida’ Al Hawliyah, 299)
Lalu kenapa shalat ini dinamakan shalat Alfiyah? Alfiyah berarti 1000. Shalat ini dinamakan demikian karena di dalam shalat tersebut dibacakan surat Al Ikhlas sebanyak 1000 kali. Shalat tersebut berjumlah 100 raka’at dan setiap raka’at dibacakan surat Al Ikhlas sebanyak 10 kali. Jadi total surat Al Ikhlas yang dibaca adalah 1000 kali. Oleh karena itu, dinamakanlah shalat alfiyah.
Adapun hadits yang membicarakan mengenai tata cara dan pahala mengerjakan shalat alfiyah ini terdapat beberapa riwayat sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnul Jauziy dalam Al Maudhu’at (Kumpulan Hadits-hadits palsu). Ibnul Jauzi mengatakan, “Hadits yang membicarakan keutamaan shalat alfiyah tidak diragukan lagi bahwa hadits tersebut adalah hadits palsu (maudhu’). Mayoritas jalan dalam tiga jalur adalah majhul (tidak diketahui), bahkan di dalamnya banyak periwayat yang lemah. Oleh karena itu, dipastikan haditsnya sangat tidak mungkin sebagai dalil.” (Al Maudhu’at, 2/127-130)
Puasa Setelah Pertengahan Sya’ban
Ada beberapa lafazh yang membicarakan larangan puasa setelah pertengahan bulan Sya’ban.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 738 dan Abu Daud no. 2337)
Dalam lafazh lain,
 “Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, maka tidak ada puasa sampai datang Ramadhan.” (HR. Ibnu Majah no. 1651)
Dalam lafazh yang lain lagi,
 “Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, maka tahanlah diri dari berpuasa hingga datang bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad)
Sebenarnya para ulama berselisih pendapat dalam menilai hadits-hadits di atas dan hukum mengamalkannya.
Di antara ulama yang menshahihkan hadits di atas adalah At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Ath Thahawiy, dan Ibnu ‘Abdil Barr. Di antara ulama belakangan yang menshahihkannya adalah Syaikh Al Albani rahimahullah.
Sedangkan ulama lainnya mengatakan bahwa hadits tersebut adalah hadits yang mungkar dan hadits mungkar adalah di antara hadits yang lemah. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah ‘Abdurrahman bin  Mahdiy, Imam Ahmad, Abu Zur’ah Ar Rozi, dan Al Atsrom. Alasan mereka adalah karena hadits di atas bertentangan dengan hadits,
 “Janganlah mendahulukan Ramadhan dengan sehari atau dua hari berpuasa.” (HR. Muslim no. 1082). Jika dipahami dari hadits ini, berarti boleh mendahulukan sebelum ramadhan dengan berpuasa dua hari atau lebih.
Al Atsrom mengatakan, “Hadits larangan berpuasa setelah separuh bulan Sya’ban bertentangan dengan hadits lainnya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri berpuasa di bulan Sya’ban seluruhnya (mayoritasnya) dan beliau lanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan. Dan hadits di atas juga bertentangan dengan hadits yang melarang berpuasa dua hari sebelum Ramadhan. Kesimpulannya, hadits tersebut adalah hadits yang syadz, bertentangan dengan hadits yang lebih kuat.”
At Thahawiy sendiri mengatakan bahwa hadits larangan berpuasa setelah separuh Sya’ban adalah hadits yang mansukh (sudah dihapus). Bahkan Ath Thohawiy menceritakan bahwa telah ada ijma’ (kesepakatan ulama) untuk tidak beramal dengan hadits tersebut. Dan mayoritas ulama memang tidak mengamalkan hadits tersebut.
Namun ada pendapat dari Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyah, juga hal ini mencocoki pendapat sebagian ulama belakangan dari Hambali. Mereka mengatakan bahwa larangan berpuasa setelah separuh bulan Sya’ban adalah bagi orang yang tidak memiliki kebiasaan berpuasa ketika itu. Jadi bagi yang memiliki kebiasaan berpuasa (seperti puasa senin-kamis), boleh berpuasa ketika itu, menurut pendapat ini. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, 244-245)
Puasa Satu atau Dua Hari Sebelum Ramadhan
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Janganlah mendahulukan Ramadhan dengan sehari atau dua hari berpuasa kecuali jika seseorang memiliki kebiasaan berpuasa, maka berpuasalah.” (HR. Muslim no. 1082)
Berdasarkan keterangan dari Ibnu Rajab rahimahullah, berpuasa di akhir bulan Sya’ban ada tiga model:
Pertama, jika berniat dalam rangka berhati-hati dalam perhitungan puasa Ramadhan sehingga dia berpuasa terlebih dahulu, maka seperti ini jelas terlarang.
Kedua, jika berniat untuk berpuasa nadzar atau mengqodho puasa Ramadhan yang belum dikerjakan, atau membayar kafaroh (tebusan), maka mayoritas ulama membolehkannya.
Ketiga, jika berniat berpuasa sunnah semata, maka ulama yang mengatakan harus ada pemisah antara puasa Sya’ban dan Ramadhan melarang hal ini walaupun itu mencocoki kebiasaan dia berpuasa, di antaranya adalah Al Hasan Al Bashri. Namun yang tepat dilihat apakah puasa tersebut adalah puasa yang biasa dia lakukan ataukah tidak sebagaimana makna tekstual dari hadits. Jadi jika satu atau dua hari sebelum Ramadhan adalah kebiasaan dia berpuasa –seperti puasa Senin-Kamis-, maka itu dibolehkan. Namun jika tidak, itulah yang terlarang. Pendapat inilah yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad dan Al Auza’i. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, 257-258)


Kenapa ada larangan mendahulukan puasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan?
Pertama, jika berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan adalah dalam rangka hati-hati, maka hal ini terlarang agar tidak menambah hari berpuasa Ramadhan yang tidak dituntunkan.
Kedua, agar memisahkan antara puasa wajib dan puasa sunnah. Dan memisahkan antara amalan yang wajib dan sunnah adalah sesuatu yang disyariatkan. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menyambungkan shalat wajib dengan shalat sunnah tanpa diselangi dengan salam atau dzikir terlebih dahulu. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, 258-259)
Beberapa Hadits Lemah (Dho’if) dan Palsu (Maudhu’) di Bulan Sya’ban
[Hadits Pertama]
 “Sesungguhnya Allah Ta’ala turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban, Dia akan mengampuni  dosa walaupun itu lebih banyak dari jumlah bulu yang ada di kambing Bani Kalb.” [Bani Kalb adalah salah satu kabilah di Arab yang punya banyak kambing]
Hadits ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan Ibnu Majah. At Tirmidzi mengatakan bahwa beliau mendengar Muhammad (yaitu Imam Bukhari) mendhoifkan hadits ini. (Lihat As Silsilah Ash Shohihah, no. 1144)
[Hadits Kedua]
 “Apabila datang malam nishfu sya’ban, maka hidupkanlah malam tersebut dan berpuasalah di siang harinya. Karena ketika itu, Allah turun ke langit dunia pada malam tersebut mulai dari tenggelamnya matahari. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Siapa saja yang meminta ampunan, Aku akan mengampuninya. Siapa saja yang meminta rizki, aku pun akan memberinya. Siapa saja yang tertimpa kesulitan, Aku pun akan membebaskannya. Siapa pun yang meminta sesuatu, Aku akan mengabulkannya hingga terbit fajar”.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Sanad hadits ini adalah lemah, bahkan menurut Syeikh Al Albani adalah maudhu’ (palsu) karena di dalamnya terdapat perowi yang bernama Ibnu Abi Sabroh yang tertuduh sering memalsukan hadits sebagaimana dikatakan dalam At Taqrib. Imam Ahmad bin Hambal dan Ibnu Ma’in juga berpendapat demikian yaitu Ibnu Abi Basroh sering memalsukan hadits. Sehingga Syeikh Al Albani berkesimpulan bahwa sanad hadits ini maudhu’ (palsu). (Lihat As Silsilah Adh Dho’ifah, no. 2132)
[Hadits Ketiga]
 “Rajab adalah syahrullah (bulan Allah), Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku.”
Dalam Al Jami’ Ash Shogir (6839), Syeikh Al Albani mengatakan bahwa hadits  ini dho’if.

[Hadits Keempat]
 “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam Nishfu Sya’ban sebanyak 12 raka’at, setiap raka’atnya membaca surat “Qul huwallahu ahad” sebanyak tiga kali, maka dia tidaklah akan keluar sampai dia melihat tempat duduknya di surga …”
Hadits ini dibawakan oleh Ibnul Jauziy dalam Al Maudhu’at (kumpulan hadits-hadits palsu). Ibnul Jauziy mengatakan bahwa hadits di atas adalah hadits maudhu’ (palsu) dan di dalamnya banyak perowi yang majhul (tidak dikenal). (Lihat Al Maudhu’at, 2/129)
Demikian pembahasan kami mengenai panduan amalan di bulan Sya’ban. Semoga apa yang kami suguhkan ini bermanfaat bagi kaum muslimin sekalian. Semoga Allah selalu memberikan kepada kita ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayib dan amalan yang diterima. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.



“Berbanggalah Muslimah……………yang Cantik..!

“Berbanggalah Muslimah……………yang Cantik..!


Muslimah

Cantik………………sungguh cantik

Tahukah wahai saudariku,…bahwa muslimah itu cantik…..dan bukankah tiap kita mencintai dan menginginkan kecantikan …?

Muslimah itu sungguh cantik……..
Bibirnya slalu dihiasi dan dibasahi dengan kecantikan tasbih (Ali Imron : 41) dan tahmid kepada Robnya. Lantunan ayat-ayat Quran yang menyejukkan hati dan menenangkan pikiran senantiasa berteman dengan bibir dan lidahnya, nasehat dan tutur kata yang santun menghancurkan semua karang dan benteng rasa dendam. Lidahnya tak pernah lepas dari ucapan syukur atas nikmat nikmat dari tuhannya (Al Baqoroh : 152). Terjaga lidahnya dari cacian, umpatan, olok-olokan, makian dan segala kata-kata kotor yang menyakitkan hati (Al Hujaraat: 11).

Ya….Muslimah memang sungguh cantik…secantik bening matanya.
Kedua matanya yang bening selalu terjaga dari hal-hal yang haram untuk dilihatnya (An Nuur: 31). Kebeningan dan kejernihan matanya sejernih air mata yang setiap malang keluar dari telaga airmatanya (AL Muzammil : 2), mencuci dosa-dosa yang sempat hinggap, yang mengalir deras karena rasa takut dan penyesalan yang mendalam, bersimpuh dihadapan Rob nya, merayu dan merajuk agar mendapatkan maghfirohnya.

Sungguh ….Muslimah itu cantik…..
Secantik hatinya yang slalu tunduk pada Rob nya. Hati yang penuh dengan rasa kecintaan kepada Rob nya (Ali Imron:31). Jauh hatinya dari rasa dengki, sombong dan hasud. Keikhlasan senantiasa menghiasi qolbu yang yang pernah lupa akan kebesaran Rob nya (An Nisaa: 125). Hati yang senantiasa siap menerima kebenaran dan keimanan. Hatinya bak cermin nan indah dan bersih, yang selalu siap menerima nur hidayah dari Robnya dan memantulkannnya, menyebarkannya keseluruh penjuru jagad raya. Qolbu yang senantiasa bersih dari prasangka dan fitnah kepada saudaranya.

Maha Besar dan Maha Suci Allah yang telah menciptakan muslimah dengan kecantikannya. Secantik pakaian taqwa yang senantiasa dikenakannya. Sebaik-baik pakaian yang mendapatkan pujian dari Rob nya (Al A’raaf : 26). Seindah indah pakaian yang tiada ganti yang lebih indah darinya. Pakaian yang senantiasa melindunginya, dimanapundan kapanpun dia berada. Pakaian yang membedakan dirinya dari wanita wanita lain yang tanpa pakaian, pakaian yang akan membawanya menuju pribadi nan mulia, pakaian yang akan membawanya berjumpa dengan Rob nya tercinta.

Sungguh…..cantik muslimah…
Secantik akhlaq dan budi pekertinya yang diselubungi pakaian taqwanya (As Shaad : 46)(Al Qalam: 4). Yang dengan akhlak dan budi pekertinya yang mulia itu menentramkan orang orang disekitarnya, hilang kecemasan dan kerisauan disekelilingnya, berganti rasa cemburu dan curiga menjadi rasa kasih sayang dan kepercayaan yang mulia.

Sungguh……..muslimah itu cantik
Secantik ketulusan cintanya kepada saudaranya. Ukhuwah yang demikian mendalam menghancurkan bongkahan-bongkahan kebekuan yang bersemayam di dalam hati, melunakkannya dari kekakuan dan kekerasan, menyegarkannya kembali dengan kasih sayang dan kepercaaan.(Al Maaidah:54)

Sungguh,……Muslimah itu benar-benar cantik…
Kecantikan yang sesungguhnya…
Kecantikan yang tiada bandingannya..
Tasbih sebagai lipstik bibirnya
Air mata taubat sebagai pelentik bulu matanya
Malu dan Akhlak mulia sebagai perhiasannya
Taqwa sebagai pakaian terindahnya…..

Sungguh…muslimah itu cantik
Maka bersyukur para muslimah
Yang bangga akan kemuslimahannya
Tapi…….
Kebanggaan karena ketaqwaan dan keikhlasannya

Wahai para wanita………
Sudahkan engkau menggapai kecantikan itu………

Pesan dari Seorang Sahabat

kupu kupu

Aku MiNTa KePaDa TUHAN sEtAnGkAi BuNGa SegAR,iA BeRi KaKtUs BeRdUri AkU mIntA kUpU2,DiBeRI UlAt bErBuLu.aKu sEdIh &KeCeWa..NaMuN KeMuDiAN KaKtuS iTu BeRbUNgA InDaH SeKaLi& ULAt ItUpUn mEnJaDi kUpU2 yG cAnTik.itUlAh JaLaN TUHAN iNdAh mAsaNyA!!TUHAN tIdaK MeMberI ApA YaNg KitA HaRaPKaN TaPI Ia mEmBEri aPa yAng kITa pERlUKaN.KAdaNg2 kItA kEcEWa terlUkA TaPI JaUH dIaTaS SeGaLaNYa iA seDAng MeNgAtuR Yang tERbaIK DaLaM keHiDuPaN kiTa....jazakallah.. Sesekali kita perlu menderita Sesekali kita perlu kecewa Untuk kita mengenali arti bahagia Untuk kita mengenali arti kemenangan Sesekali kita perlu menangis Sesekali kita perlu teriris Untuk kita mensyukuri nikmat yang di beri Untuk kita mengenali diri sendiri Ujian yang datang menguji kesabaran Mengukuh keimanan dan ketakwaan Sebagai hamba kepada Allah Kita harus bertahan Hendaklah kamu beramar ma'ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo'a dan tidak dikabulkan (do'a mereka). (HR. Abu Zar) Semua (dosa) umatku akan diampuni kecuali orang yang berbuat (dosa) terang-terangan, yaitu yang melakukan perbuatan dosa pada malam hari lalu Allah menutup-nutupinya kemudian pada esok harinya dia bercerita kepada kawannya, "Tadi malam aku berbuat begini...begini..." Lalu dia membongkar rahasia yang telah ditutup-tutupi Allah 'Azza wajalla. (Mutafaq'alaih) Jangan Bersedih...Cinta ALLAH dan Rasulullah Menjamin Kebahagiaan,Jangan Bersedih...Ridha Dengan Anugerah Allah,Membuat kita kaya di Dunia,Jangan Bersedih...Allah Maha Pengampun lagi Maha Penerima Taubat,serta Rahmatnya yang Maha Luas,Jangan Bersedih...Semata-mata disebabkan kita Berbeda dengan Orang lain,karena setiap kejadian Allah itu ada kelebihan tersendiri,Jangan Bersedih...Bila Disakiti,Dicela Direndahkan atau Dizalimi karena setiap perkara yang berlaku adalah ketetapan dari Yang Maha Esa,Jangan Bersedih..Sesungguhnya Setelah Kesusahan Akan Ada Kemudahan,Jangan Bersedih...Karena Kesedihan kita akan Membuat Musuh kita Gembira,Jangan Bersedih...Atas Perilaku Manusia Terhadapmu Tetapi Perhatikanlah Perilaku Mereka Terhadap Allah


Burung

Belajarlah dari Burung dia yakin bahwa rezki ada ditangan Allah dan dia yakin Allah tidak akan menyia nyiakan usaha setiap hamba-Nya, pagi dia lapar tapi sore hari dia sudah kenyang dengan terbangnya iya pagi2 untuk mencari karunia Allah Dari abu hurairah ra. dari nabi saw ,beliau bersabda 'akan masuk sorga orang-orang yang mempunyai hati berpendirian seperti pendirian burung (HR Muslim) Kesengsaraan yang paling sengsara ialah miskin di dunia dan disiksa di akhirat. (HR. Ath-Thabrani dan Asysyihaab) Abu malik al haris al asy'ari ra. berkata, rasulullah saw bersabda; Kesucian adalah sebagian dari iman, Alhamdulillah memberatkan timbangan , subhanallah wal hamdulillah memenuhi ruangan antara langit dan bumi, shalat adalah nur (cahaya), shadaqah adalah burhan (bukti nyata), sabar adalah pelita, Al Qur'an adalah Hujjah( Pedoman) bagimu dan atasmu , semua orang bekerja sampai ada yang menjual dirinya , sehingga ia menjadi merdeka atau malah celaka (HR Muslim) Demi Alloh Seandainya Alloh memberi hidayah kepada seseorang melalui perantara kamu maka (ganjarannya )itu lebih baik dari kalian mendapatkan onta merah(Hr Muslim)


bersyukur
Orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan. (HR. Tirmidzi) Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia. (HR. Ath-Thabrani Dalam hadits Qudsi dijelaskan bahwa Allah Ta'ala berfirman: "Hai anak Adam, kamu tidak adil terhadap-Ku. Aku mengasihimu dengan kenikmatan-kenikmatan tetapi kamu membenciKu dengan berbuat maksiat-maksiat. Kebajikan Ku-turunkan kepadamu dan kejahatan-kejahatanmu naik kepada-Ku. Selamanya malaikat yang mulia datang melapor tentang kamu tiap siang dan malam dengan amal-amalmu yang buruk. Tetapi hai anak Adam, jika kamu mendengar perilakumu dari orang lain dan kamu tidak tahu siapa yang disifatkan pasti kamu akan cepat membencinya." (Ar-Rafii dan Ar-Rabii'). Hindun, ibunya Muawiyah, bertanya kepada Nabi Saw, "Ya Rasulullah, Abu Sufyan suamiku seorang yang pelit, apakah aku boleh mengambil uangnya sedikit secara sembunyi-sembunyi?" Nabi Saw menjawab, "Ambillah dengan cara yang makruf (baik) untuk mencukupi kebutuhanmu dan kebutuhan anak-anakmu." (HR. Bukhari) Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik dari kamu terhadap keluargaku. Orang yang memuliakan kaum wanita adalah orang yang mulia, dan orang yang menghina kaum wanita adalah orang yang tidak tahu budi. (HR. Abu 'Asaakir) Orang mukmin dilarang melakukan sesuatu sehingga dia mengetahui hukumnya, maka seseorang yang menerjang Mustabihat dia akan terjerumus ke dalam yang haram ditinjau dari 2 sisi sebagai berikut : 1. Melanggar larangan, karena telah melakukan sesuatu yang belum jelas hukumnya. 2. Bisa jadi yang dia lakukan hukumnya haram sementara dia tidak menyadarinnya karena belum jelas hukumnya. Hati, Otak Dan Akal Hati adalah tempat bersemayamnya akal dan rumah ruh. Akal adalah alat untuk memahami dan mangetahui baik-buruk dan benar-salah. Sedangkan otak adalah penyampai data kepada akal. Dengan demikian, yang bisa memahami dalil-dalil syariát adalah akal.
 jalan
Manusia tidak akan dapat kembali ke kampung halamannya sehingga dia beramal dengan amalan yang menjadi syarat untuk dapat kembali. Syaratnya adalah senantiasa menghadirkan hukum syariat di hatinya dalam setiap keadaan kemudian melaksanakan konsekuensi hukum tersebut. Jika lalai dan terjerumus dalam dosa segera istighfar dan bertaubat sehingga keadaannya lebih baik dibanding sebelum berdosa. Itulah manusia yang dapat kembali ke kampung halamannya dalam keadaan yang paling sempurna. Menjadi Orang Asing Surga adalah kampung halaman manusia. Seorang yang berakal tentu merindukan kampung halamannya yang penuh dengan kenikmatan. Maka dunia ini bukanlah tempat tinggal yang asli. Manusia di dunia berkedudukan seperti orang asing. Sebagai orang asing semestinya tidak terpedaya dengan kehidupan dunia lupa akan kampung halamannya. Dari Anas bin Malik rodhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi, ia berkata, ”hadits ini hasan shahih.”)

Allah My Hope

Wajah dunia dan kehidupan bagaikan angin yang datang dan pergi,dari kiri,kanan,depan,dan belakang. Tidak ada yang stabil,semua terus berubah,dan inilah yang menyebabkan manusia modern stress berat. Seseorang mengalami depresi karena banyak berharap kepada makhluk Allah. Kita berharap ekonomi membaik,krisis berakhir ,Presiden yang lurus pejabat yang jujur,suami/istri yang sholeh,anak yang berbakti,rizki yang melimpah,keadaan yang aman dan seter usnya. Kita terus berharap pada dunia beserta isinya akan tetapi suatu saat nanti dunia akan mengkhianati kita selama kita tidak berharap kepada yang mempunyai dunia. Takutlah hanya kepada Allah. Jika kita berharap pada yang lain,dunia akan tahu dan akan mengintai kita dengan menambahkan ketakutan. Namun ,jika kita takut kepada Allah,insyaallah dunia akan takut,tunduk kepada kita. Dunia tahu diri ,iapun takut kei mepada penciptanya. Suatu ketika ada seorang sahabat yang akan pergi ke luar negri menghampiri saya. Dia mungkin tidak pulang untuk beberapa tahun. Dia ingin berbincang-bincang sebentar dengan saya karena hari itu merupakan hari terahir dia di Indonesia sebelum dia berangkat. Saya bertanya,”Apa targetmu ke luar negri?” Dia menjawab,”Saya ingin membangun rumah kecil di desa saya”. Saya bertanya lagi,” Apakah rumah itu bisa mendatangkan keselamatan,kesehatan,dan kebahagiaan?” Dia menjawab,”mungkin tidak. Tetapi,itulah yang ingin saya kejar”. Saya kemudian berkata;”Bukankah lebih baik jika cita-cita,target,dan harapanmu hanya Allah semata. Karena dari Allah-lah semua kebaikan akan datang baik dari langit maupun dari bumi”. Dia mengangguk. “dengan Ridho Allah engkau akan mendapatkan jauh lebih banyak dari sekedar rumah kecil”. Cukuplah bagi hamba Allah hanya berharap kepada-Nya karena semua yang baik datang dari Allah,bukan dari yang lain.

TAQDIR APA BISA DIUBAH ???

“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum ,sampai mereka punya kemauan untuk mengubahnya” (QS.Al-Anfal 53)
Ayat diatas merupakan salah satu ayat dari Al Qur’an yang sering digunakan sebagai dasar seorang muslim tentang wajibnya ikhtiar. Jika kita berbicara masalah ikhtiar/usaha tentu secara otomatis sebagai seorang muslim kita akan teringat dengan istilah tawwakal (berserah diri) dan juga taqdir. Berkaitan dengan itu semua ada sebuah kisah menarik yang pernah dialami oleh Nabi Musa AS. Suatu ketika , Nabi Musa AS mendapat wahyu dari Allah bahwa akan ada seorang pencuri yang mati digigit ular. Tetapi Nabi Musa diberi tahu oleh orang yang kecurian kayu bahwa sang pencuri ternyata masih hidup bahkan sehat wal afiat. Nabi Musa tentu saja tidak bisa menerima kenyataan itu dan menganggapnya sebagai suatu hal yang mustahil. Bukankah wahyu dari Allah pasti benar adanya ? Nabi Musa kemudian memanggil sang pencuri. Dia datang dengan membawa kayu bakar yang dicurinya. Sang pencuri merasa sangat malu. Nabi Musa kemudian menyuruh sang pencuri untuk membuka ikatan kayu tersebut. Dari ikatan kayu tersebut tiba-tiba keluar seekor ular berbisa yang sangat besar. Tetapi, ular yang mematikan tersebut tidak mau menggigit sang pencuri, Nabi Musa pun heran. Nabi Musa lalu bertanya kepada sang pencuri soal kebaikan apa yang telah dilakukan sebelumnya sehingga mampu menghindarkannya dari gigitan ular. Sang pencuri bercerita bahwa dia telah memberikan sepotong roti kepada seorang pengemis yang kelaparan. Nabi Musa pun maklum bahwa Allah telah mengubah taqdir sang pencuri karena kebaikan yang telah dilakukannya yaitu menolong pengemis yang hampir mati kelaparan. Dari kisah Nabi Musa diatas kita bisa menyimpulkan bahwa kita memang tidak bisa mengubah taqdir kita akan tetapi nasib dan taqdir kita bisa diubah oleh Allah, tapi dengan satu syarat kita memperbanyak amal sholeh,tentunya dengan penuh keikhlasan. So mari kita perbanyak amal sholeh siapa tahu besok pagi kita ditaqdirkan meninggalkan dunia. Itung –itung bisa menambah jatah umur kita and kesempatan kita untuk beramal lebih banyak di dunia ini. Wallahua’lambishowab.

Tujuh cara menggapai mimpi Jadi kenyataan

Dengan segala ambisi dan mimpi yang ada di dalam diri, Anda pasti berharap Dewi Fortuna selalu mengiringi langkah Anda. Ingin sukses ada di tangan? Kuncinya terletak pada diri Anda sendiri!

Sudah pernah nonton film Dreamgirls yang bercerita tentang mimpi tiga gadis menjadi superstar? Mimpi memang membuat hidup jadi lebih indah. Masalahnya, meraih mimpi itu sama sekali tidak mudah. Tapi tenang saja, kartu akses menuju sukses bisa didapat dengan berbagai jalan. Dan saat Anda punya keinginan yang kuat, karpet merah akan terbentang di depan Anda untuk meraih harapan. Intinya, semuanya tergantung pada diri Anda!.

Adapun ke-7 cara menggapai impian Anda:

1. Ketahui Impian Anda
Bagaimana cara mengetahui keinginan dan minat Anda? Cukup dengan dengarkan kata hati, selain itu, perhatikan juga mimpi dan pikiran spontan yang keluar saat Anda tidak mengerjakan apa-apa. Saat sedang melamun, coba catat berbagai peristiwa yang membuat Anda merasa bahagia.
Begitu Anda sudah tahu tujuan hidup dengan jelas, sekarang tinggal lakukan strategi untuk mendapatkannya!

2. Jangan Terjebak Apriori
Saat berbagai keinginan berkecamuk di kepala, lakukan satu per satu. Kumpulkan konsentrasi Anda pada bidang yang ingin ditekuni. Solusi hidup sering bisa Anda dapatkan secara pelan, tidak sekaligus.
Hilangkan pikiran negatif soal pendapat orang lain atau pikiran buruk yang Anda ciptakan sendiri. Inilah kunci utama yang akan membuat Anda melangkah maju.

3. Tahu Cara Memilih
Dalam hidup mungkin Anda menemukan kalau beberapa rancana yang ingin dikerjakan ternyata ”tak saling nyambung”. Anda bingung antara beli rumah, mobil, atau menjalankan bisnis baru. Hasilnya, Anda dihadapkan pada kenyataan untuk memilih. Kalau sudah begini, pilih apa yang paling Anda inginkan. Pikirkan masak-masak mana yang harus dilakukan terlebih dulu.
Hanya Anda yang tahu keputusan yang terbaik bagi diri Anda. Mantapkan diri dan jangan ragu terhadap keputusan yang Anda ambil.

4. Bersikap Terbuka
Boleh saja punya cita-cita yang membuat Anda mempertaruhkan segalanya. Tapi ingat, tetaplah untuk mempertahankan semangat untuk bersikap fleksibel dan terbuka untuk berbagai kemungkinan. Satu cara untuk melatih attitude ini adalah saat menghadapi suatu problematika, coba cari tiga solusi yang berbeda. Dengan begitu, Anda bisa melihat satu permasalahan dari berbagai perspektif.
Banyak jalan menuju Roma, bila harus pakai “tersesat” dulu di Siberia, kenapa tidak?

5. Punya Keyakinan
Tak ada satu hal di dunia yang akan datang dengan sendirinya. Coba lihat saja biografi orang-orang terkenal, semua sukses selalu diawali dengan perjuangan. Begitu juga jika Anda memang punya impian yang ingin direalisasikan. Untuk memulai langkah, kenali dimana Anda berada. Setelah itu, usahakan untuk melangkah di jalur yang tepat!
”Putus asa”? Kata ini tidak ada di kamus Anda

6. Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri
Hentikan pikiran buruk kalau cita-cita yang sedang Anda raih itu akan ”membawa korban”. Tenanglah, yang penting lakukan manajemen waktu yang baik. Berikan pengertian kepada keluarga bahwa kondisi itu hanya bersifat sementara. Fokuskan perhatian pada apa yang sedang dikerjakan, dan beri perhatian pada yang lain saat Anda punya waktu.
Lakukan pada apa yang Anda lakukan dengan tulus. Kebahagiaan pun akan ada di tangan Anda.

7. Berani Ambil Resiko
Agar bisa membantu melihat permasalahan dengan jelas, buatlah ”coretan” dari keputusan yang akan Anda ambil. Pada bagian pertama ”keputusan beresiko”, buatlah dua kolom yang berisi keuntunagan dan kerugian. Pada bagian berikutnya: ”keputusan tanpa resiko”, buat daftar yang sama. Dengan begitu, Anda bisa lebih mudah untuk mencari suatu solusi!
Berani ambil resiko adalah kunci keberhasilan.
Akhirnya ...selamat mencoba....!!!!!





Tanda Isyarat Kiamat Sudah Dekat

Tanda Isyarat Kiamat Sudah Dekat
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebagian di antara tanda dekatnya hari kiamat adalah diangkatnya ilmu, kebodohan merajalela, khamr ditenggak, dan perzinaan bermunculan -di mana-mana-.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim [8/267])
Hadits yang agung ini memberikan pelajaran, di antaranya:
1.    Hancurnya alam dunia ini -dengan terjadinya kiamat- akan didahului dengan hancurnya pilar-pilar penegak kemaslahatan hidup manusia yang menjaga kepentingan dunia dan akherat mereka. Di antara pilar tersebut adalah; agama, akal, dan garis keturunan/nasab. Rusaknya agama akibat hilangnya ilmu. Rusaknya akal akibat khamr. Rusaknya nasab karena praktek perzinaan yang merajalela di mana-mana (lihat Fath al-Bari [1/218)
2.    Hadits ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan kemaslahatan hidup umat manusia. Islam memperingatkan mereka dari hal-hal yang dapat merusak ketentraman hidup mereka. Di antara perkara yang harus mereka perhatikan adalah kewajiban menjaga urusan agama, kejernihan akal, dan kejelasan nasab. Dan itu juga mengisyaratkan bahwa syari'at Islam adalah syari'at yang sangat bijaksana karena ia diturunkan dari Allah al-Hakim (Yang Maha bijaksana)...
3.    Dari hadits yang agung ini, kita bisa memetik pelajaran bahwa kehancuran umat ini adalah dengan hancurnya agama, akal, dan nasab mereka. Oleh sebab itu janganlah anda heran jika ternyata musuh-musuh umat Islam (dari kalangan orang kafir dan munafik) begitu gencar berupaya menjauhkan generasi muda kaum muslimin dari al-Qur'an dan Sunnah serta para ulama Rabbani. Mereka sebarkan paham-paham sesat dan pemikiran-pemikiran menyimpang melalui doktrin-doktrin inklusivisme dan kebebasan, yang pada akhirnya akan memporak-porandakan akidah kaum muslimin. Mereka juga giat menyusupkan narkoba dan semacamnya ke tengah-tengah masyarakat Islam, yang pada akhirnya akan melahirkan sosok para pemuda yang tidak bisa memikirkan tujuan hidupnya. Mereka juga giat menyebarkan film-film cabul dan sinetron-sinetron murahan, yang pada akhirnya akan menjerumuskan mereka ke dalam jurang perzinaan! Maka waspadalah wahai saudaraku dari jerat-jerat dan makar mereka... Mereka itulah musuh kita, maka berhati-hatilah darinya
4.    Dorongan untuk menimba ilmu. Ilmu tidak akan diangkat melainkan dengan cara wafatnya orang-orang yang berilmu. Selama masih ada orang yang menimba ilmu maka pengangkatan ilmu -secara total- tidak akan terjadi (lihat Fath al-Bari [1/216]). Di dalam riwayat Ahmad dan Thabrani dari jalan Abu Umamah disebutkan bahwa ketika Hajjatul Wada’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ambillah ilmu sebelum sebelum ia dicabut atau diangkat.” Maka ada seorang Badui yang bertanya, “Bagaimana ia diangkat?”. Maka beliau menjawab, “Ketahuilah, hilangnya ilmu adalah dengan perginya (meninggalnya) orang-orang yang mengembannya.” (lihat Fath al-Bari [1/237-238]).
5.    Hadits ini menunjukkan keutamaan menjaga ilmu, akal, dan kehormatan
6.    Yang dimaksud terangkatnya ilmu bukanlah dicabutnya ilmu begitu saja dari dada-dada manusia. Akan tetapi yang dimaksudkan adalah meninggalnya para ulama atau orang-orang yang mengemban ilmu tersebut (lihat Fath al-Bari [1/237]). Hal itu sebagaimana telah dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits lainnya dari Abdullah bin Amr al-Ash radhiyallahu’anhuma, “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu itu secara tiba-tiba -dari dada manusia- akan tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan cara mewafatkan para ulama. Sampai-sampai apabila tidak tersisa lagi orang alim maka orang-orang pun mengangkat pemimpin-pemimpin dari kalangan orang yang bodoh. Mereka pun ditanya dan berfatwa tanpa ilmu. Mereka itu sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim [8/269])
7.    Hadits ini -beserta hadits lain yang menafsirkannya di atas- menunjukkan kepada kita bahwasanya orang alim -yaitu orang yang memahami ilmu al-Kitab dan as-Sunnah- merupakan aset umat yang sangat berharga. Wafatnya ulama merupakan musibah besar bagi alam semesta. Karena dengan kepergian mereka maka pergi pula ilmu yang mereka miliki. Sehingga hal itu akan menyebabkan cacatnya -pemahaman- agama (lihat Fath al-Bari [1/218]). Tidakkah kita ingat, tatkala sang pemimpin para ulama di atas muka bumi ini -yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam- wafat, apa yang terjadi? Ternyata, sebagian bangsa Arab ketika itu kembali kepada agama kekafiran mereka (sebagaimana dikisahkan dalam HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, lihat Syarh Muslim [1/50]). Subhanallah… fitnah kekafiran merebak setelah meninggalnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidakkah kita juga ingat, apa yang terjadi setelah wafatnya Umar bin al-Khattab radhiyallahu’anhu -salah seorang pembesar ulama sahabat-? Maka datanglah fitnah bertubi-tubi menyerang umat ini bagaikan hempasan ombak lautan yang datang silih berganti (lihat Shahih Bukhari cet. Maktabah al-Iman, Kitab al-Fitan, hal. 1420). Maka demikian pula yang terjadi di masa kita sekarang ini setelah meninggalnya para ulama besar semacam Syaikh al-Albani, Syaikh Ibnu Bazz, Syaikh Ibnu Utsaimin, dan Syaikh Muqbil -rahimahumullah- terjadilah apa yang terjadi.. Fitnah berkecamuk, bahkan di antara sesama penuntut ilmu itu sendiri (lihat at-Tanbih al-Hasan fi Mauqif al-Muslim minal Fitan, hal. 2 karya Syaikh Muhammad bin Abdullah al-Imam). Dalam situasi semacam ini, maka tidak ada solusi yang terbaik selain kembali kepada Allah dengan menyibukkan diri dengan ketaatan kepada-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tetap beribadah di saat harj/fitnah berkecamuk bagaikan berhijrah kepadaku.” (HR. Muslim dari Ma’qil bin Yasar, lihat at-Tanbih al-Hasan fi Mauqif al-Muslim minal Fitan, hal. 5)
8.    Yang dimaksud dalam ungkapan ‘khamr ditenggak- adalah ia diminum secara meluas. Demikian juga, ‘perzinaan bermunculan’ artinya ia tersebar dan merebak kemana-mana (lihat Syarh Muslim [8/267])
9.    Meminum Khamr tidak akan mendatangkan kenikmatan, bahkan sebaliknya pelakunya akan menuai kesengsaraan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang minum khamr di dunia kemudian tidak bertaubat darinya maka dia tidak akan bisa menikmatinya di akherat kelak.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar, lihat Syarh Muslim [7/93]). Beliau juga bersabda, “Setiap yang memabukkan adalah haram. Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah menjanjikan bagi orang yang meminum sesuatu yang memabukkan bahwa Allah akan meminumkan kepadanya Thinatul Khabal.” Mereka -para sahabat- bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa yang dimaksud Thinatul Khabal?”. Beliau menjawab, “Yaitu keringat penduduk neraka, atau nanah penduduk neraka.” (HR. Muslim dari Jabir, lihat Syarh Muslim [7/92]). Para ulama kita mengatakan, “Barangsiapa yang tergesa-gesa meraih sesuatu padahal belum saatnya, maka justru ia tidak akan mendapatkannya.” Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Barangsiapa -lelaki- yang mengenakan sutera di dunia, maka ia tidak akan memakainya di akherat. Dan barangsiapa yang menenggak khamr di dunia maka ia tidak akan meminumnya di akherat. Sebagaimana halnya orang yang tergesa-gesa menikmati sesuatu yang terlarang baginya akan terhalang mendapatkannya, maka sebaliknya bagi barangsiapa yang meninggalkan sesuatu yang diinginkan oleh nafsunya karena Allah niscaya Allah akan gantikan untuknya sesuatu yang lebih baik di dunia dan di akherat. Barangsiapa yang meninggalkan kemaksiatan kepada Allah sementara nafsunya sangat menginginkannya maka Allah akan gantikan itu semua dengan keteguhan iman di dalam hatinya, perasaan lapang, keberkahan dalam rezkinya, kesehatan bagi tubuhnya. Selain itu dia juga akan memperoleh pahala dari Allah yang tidak bisa digambarkan bagaimana bentuk atau sifatnya. Wallahul musta’an.” (al-Qawa’id al-Fiqhiyah, hal. 39-40)
10.    Apabila kita cermati, ketiga perkara tadi -yaitu kebodohan, khamr, dan perzinaan- maka sesungguhnya yang menjadi akar permasalahan adalah merajalelanya kebodohan di tengah-tengah umat ini. Itulah sebab utama kehancuran masyarakat. Sampai-sampai diistilahkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa kebodohan ini merupakan daa’un qaatilun (penyakit yang mematikan). Sementara, penyakit ganas ini tidak akan bisa disembuhkan kecuali dengan siraman dalil al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang diajarkan oleh para ulama Rabbani (lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul Syaikh Shalih alu Syaikh, hal. 8). Oleh sebab itu, para pendahulu kita yang salih sangat mengagungkan ilmu. Dari Abu Hurairah dan Abu Dzar radhiyallahu’anhuma, mereka berdua pernah berkata, “Sebuah bab tentang ilmu yang kamu pelajari itu lebih kami sukai daripada seribu raka’at sholat sunnah.” (dinukil dari Tajrid al-Ittiba’ karya Syaikh Dr. Ibrahim ar-Ruhaili, hal. 26). Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Menuntut ilmu lebih utama daripada melakukan sholat sunnah.” (dinukil dari Tajrid al-Ittiba’, hal. 27). al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata, “Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa ilmu lebih utama daripada semua amal sunnah adalah: sesungguhnya ilmu itu telah memadukan semua keutamaan amal yang berserakan. Sebab ilmu itu adalah bentuk dzikir yang paling utama -sebagaimana sudah diterangkan di depan-. Dan ia juga merupakan bentuk jihad yang paling utama.” (dinukil dari Tajrid al-Ittiba’, hal. 31). Dari sinilah kita mengetahui bahwa sesungguhnya kemuliaan dan kejayaan umat ini akan kembali jika mereka mau kembali menekuni ajaran Allah dan rasul-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat sebagian kaum dengan sebab Kitab ini, dan akan merendahkan sebagian yang lain karenanya.” (HR. Muslim dari Umar bin Khattab). Suatu saat, sekelompok warga muslim Palestina bertanya kepada seorang Mufti, “Kapankah kita bisa kembali ke Palestina?”. Maka beliau menjawab dengan lugas, “Jika kalian kembali kepada -ajaran- Allah, niscaya kalian akan bisa kembali ke Palestina.” (dinukil dari ceramah Syaikh Dr. Muhammad Sa’id Ruslan, Mata Ta’udu Ilaina Falasthin, hal. 7). Inilah kebangkitan Islam sejati yang ditakuti oleh orang-orang kafir dan munafikin… Inilah kebangkitan yang akan mengguncangkan dunia dan membungkam mulut para durjana! Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI COBAAN

KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI COBAAN
Wahai Ukhti Mukminah .!
Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ?
Wasiat yang ada dihadapanmu ini disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala menasihati Ummu Al-Ala’ Radhiyallahu anha, seraya menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji Rabb-nya agar Dia bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya.
Selagi engkau memperhatikan kandungan Kitab Allah, tentu engkau akan mendapatkan bahwa yang bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat dan mengambil nasihat darinya adalah orang-orang yang sabar, sebagaimana firman Allah.
 “Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar , dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.
“Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”.
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipatgandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.
“Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”.
“Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
Bahkan engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan pada hari kiamat dan keselamatan dari neraka akan mejadi milik orang-orang yang sabar. Firman Allah.
“Artinya : Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, : ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum’. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”.
Benar. Semua ini merupakan balasan bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan. Lalu kenapa tidak? Sedangkan orang mukmin selalu dalam keadaan yang baik

KELEBIHAN ORANG FAKIR

KELEBIHAN ORANG FAKIR
                         Abul Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas bin Malik r.a. berkata: "Orang-orang fakir mengutuskan utusan mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w. maka berkata: "Ya Rasulullah, saya utusan fakir kepadamu." Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Selamat datang kepadamu dan kepada orang-orang yang mengutuskanmu, engkau datang dari orang-orang yang dicintai Allah s.w.t." Utusan itu berkata: "Ya Rasulullah, orang-orang miskin berkata: "Bahawa orang-orang kaya telah memborong semua kebaikan, mereka berhaji dan kami tidak dapat, dan mereka sedekah sedang kami tidak dapat, dan jika sakit mereka mengirim wang untuk tabungan mereka." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Sampaikan kepada orang fakir daripadaku: "Bahawa siapa yang sabar dari kamu akan mengharap pahala dari Allah s.w.t. Maka ia akan mendapat tiga macam yang tidak boleh didapati oleh orang-orang yang kaya iaitu:
•    Didalam syurga ada kamar dari yaqut yang merah, orang-orang syurga itu melihat tempat itu sama dengan orang dunia jika melihat bontang dilangit, tidak dapat masuk kesitu kecuali Nabi yang fakir atau orang yang mati syahid yang fakir atau seorang mukmin yang fakir.
•    Orang fakir yang masuk syurga sebelum orang kaya sekadar setengah hari iaitu sekira lima ratus tahun, mereka bersuka-suka dengan bebeas leluasa dan Nabi Sulaiman bin Daud a.s. akan masuk sesudah nabi-nabi yang lainnya sekira-kira empat puluh tahun disebabkan oleh kerajaan yang diberikan Allah s.w.t. kepadanya.
•    Jika orang fakir membaca: Subhaballah walhamdulillah walaa ilaha illalah wallahu akbar dengan tulus ikhlas dan orang kaya membaca itu, maka orang kaya itu tidak dapat mengejar orang fakir meskipun ditambah dengan sedekah sepuluh ribu dirham. Demikian amal-amal kebaikan yang lain-lainnya
                        Maka kembalilah utusan itu memberitahu kepada orang-orang fakir miskin apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad s.a.w. itu kepada mereka, maka mereka berkata: "Kami ridho, ya Tuhan, kami puas, ya Tuhan."
                        Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Dzar r.a. berkata: "Saya dipesan oleh junjunganku Nabi Muhammad s.a.w. tujuh macam yang tidak samapai saya tinggalkan dan tidak akan saya tinggal semua itu iaitu:
•    Saya dipesan supaya suka kepada orang-orang miskin dan mendekati mereka
•    Saya dipesan supaya selalu melihat kepada orang-orang yang dibawahku dan tidak melihat pada orang-orang yang diatasku
•    Saya dipesan supaya tetap menghubungi kaum kerabat meskipun mereka jauh dan memutuskan hubungan
•    Saya dipesan supaya memperbanyakkan membaca: Laa haula walaa quwwata illa billahi, kerana itu sebagai perbendaharaan kebaikan atau tabungannya
•    Saya dipesan supaya jangan minta apapun dari sesama manusia
•    Saya dipesan supaya jangan takut didalam melaksanakan hukum Allah s.w.t. dari cela (ejekan) orang-orang yang mengejek
•    Saya dipesan supaya selalu berkata benar meskipun pahit dan berat
                        Dan adanya Abu Dzar jika jatuh pecut dari tangannya sedang ia diatas kenderaannya, maka tidak suka minta tolong kepada orang untuk mengambilkannya.
                         Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Al-A'masy dari Khaitsamah berkata: "Malaikat  berkata: "Ya Tuhan, hambaMu yang kafir itu Engkau lapangkan dunianya dan Engkau jauhkan daripada bala." Jawab Allah s.w.t.: "Kamu buka tempat siksanya." Dan ketika dilihat oleh malaikat mereka berkata: "Ya Robbi, tidak berguna apa yang mereka dapat dari dunia itu." Lalu malaikat itu berkata: "Ya Tuhan, hambaMu yang mukmin Engkau jauhkan daripadanya dunia dan Engkau hidangkan kepada bala." Allah s.w.t. berfirman:" Bukalah tempat pahalanya." Maka jika telah dilihat oleh malaikat, mereka berkata: "Tidak apalah bagi mereka apa yang mereka derita didunia."
                         Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Dzar Alghifari r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (Yang berbunyi): "Almuktsirun humul asfalun, illa man qaala bilmaali hakadza wahaa kadzaa waha kadza wahaa kadza wa qaliilun maahum." (Yang bermaksud): "Orang-orang yang banyak hartanya itu kelak yang paling bawah tempat mereka kecuali yang menggunakan harta itu begini dan begini dan begini dan begini dan begini (Yakni sedekah kekanan, kekiri, kemuka, kebelakang) Dan sedikit yang sedemikian."
                         Abul Laits berkata: "Orang kaya itu tempatnya dibawah orang yang miskin baik disyurga atau dineraka, kecuali orang yang selalu sedekah kekiri kanan, depan belakang dan sedikit sekali yang sedemikian sebab syaitan laknatullah merintangi mereka untuk sedekah."
                         Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Syaitan laknatullah berkata: "Orang kaya tidak dapat selamat dari tiga macam iaitu:
•    Saya perhias didalam pandangannya sehingga tidak dikeluarkan kewajipannya atau
•    Saya ringankan tangannya sehingga dikeluarkan tidak pada tempatnya atau
•    Saya cintakan dalam hatinya sehingga ia berusaha mendapatkannya walau tidak halal
                        Abud-Dardaa r.a. berkata: "Ketika Nabi Muhammad s.a.w. diutuskan, sedang saya ingin akan menghimpun antara dagang dengan ibadat, maka tidak dapat, maka saya tinggalkan dagangan dan tetap melakukan ibadat. Demi Allah yang jiwaku ada ditanganNya, saya tidak ingin mempunyai toko didekat masjid sehingga tidak ketinggalan sembahyang jamaah dan mendapat untung tiap harinya empat puluh dinar untuk bersedekah fisabilillah." Ketika ditanya: "Mengapakah tidak suka itu?" Jawabnya: "Kerana beratnya perhitungan hisab pada hari kiamat."
                         Abuhurairah r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (Yang berbunyi): "Allahumma man ahabbani farzuqhul afafaa walkafaafa, waman abghadhani faaktsir malahu wawaladahu." (Yang bermaksud): "Kefakiran itu sukar disunia senang diakhirat dan kekayaan itu kesenangan didunia dan kerosakan diakhirat."
                         Anas bin Malik r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (Yang berbunyi): "Inna likulli ahad hirfah, wahirfati itsnataan: Alfakru wal jihad, faman ahabbahuma faqad ahabbani waman abghadhahuma faqad abghadhani." (Yang bermaksud): "Tiap orang ada kesukaannya (pekerjaannya) dan kesukaanku fakir dan jidah, maka siapa suka pada keduanya bererti suka kepadaku dan siapa membenci keduanya itu bererti benci kepadaku."
                         Abul Laits berkata: "Seharusnya seorang muslim suka kepada orang fakir meskipun ia kaya, sebab cinta kepada orang fakir itu bererti cinta kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan juga Allah s.w.t. menyuruh Nabi Muhammad s.a.w. supaya cinta kepada orang-orang fakir miskin sepertimana firman Allah s.w.t. (Yang berbunyi): "Wasbir nafsaka ma alladzina yad uuna robbahum bil ghadaati wal asyiyi yuriduuna wajhahu." (Yang bermaksud): "Dan sabarkan dirimu berkumpul dengan orang-orang yang selalu berdoa kepada Tuhan pagi dan petang semata-mata kerana mengharap keridhoaanNya." (Surah Alkahfi ayat 28)
                        Sebab turun ayat ini kerana Uyainah bin Hishin Alfazari tokoh Bani Fazarah masuk ketempat Nabi Muhammad s.a.w. sedang disitu ada Salman Alfaritsi. Shuhaib bin Sinan Arrumi dan Bilal Alhabasyi dan lain-lainnya dari kaum dhu'afaa' (yang lemah lembut), mereka dengan pakaian yang jelek dan berbau peluh mereka, maka Uyainah berkata: "Kami ini adalah bangsawan dan mempunyai harga diri, maka bila kami masuk kepadamu, maka keluarkan orang-orang itu sebab mereka mengganggu kami dengan bau dan berilah kepada kami waktu sendiri duduk bersamamu." Maka Allah s.w.t. melarang Nabi Muhammad s.a.w. mengusir mereka dan diperintahkan supaya sabar berkumpul dengan orang-orang yang tidak meninggalkan sembahyang lima waktu kerana mengharap keridhoanNya. Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): "Walaa ta'du ainaka anhum turiidu ziinatal hayatidduniya, wakaana amruhu furutha." (Yang bermaksud): "Dan jangan engkau palingkan pandanganmu dari mereka kerana menginginkan kemewahan dunia, dan jangan menurut kepada orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari peringatan (ajaran) Kami, dan hanya menurutkan hawa nafsunya, maka semua urusan halnya sia-sia belaka." (Surah Alkahf ayat 28)
                        Dan perintah kepada Nabi Muhammad s.a.w. ini berlaku kepada semua kaum muslimin sampai hari kiamat, kerana itu seharusnya tiap muslim harus suka dan baik kepada orang fakir miskin, serta  berbudi kepada mereka kerana mereka orang-orang terkemuka disisi Allah s.w.t. dan dapat diharapkan syafaat mereka.
                         Alhasan berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Pada hari kiamat kelak akan dihadapkan seorang hamba, lalu Allah s.w.t. berkata lunak kepadanya sebagaimana seorang yang minta maaf kepada kawannya, maka Allah s.w.t. berfirman: "Demi kemuliaan dan kebesaranKu, Aku tidak menyingkirkan dunia daripadamu kerana hinamu dalam pandanganKu, tetapi kerana Aku telah menyediakan untukmu kemuliaan dan kurnia. Keluarlah hai hambaKu kebarisan-barisan itu dan lihatlah siapa yang dahulu pernah memberi makanan atau pakaiannya kepadamu dengan ikhlas keranaKu." Maka peganglah tangannya dan ia hakmu, maka berjalanlah ia ditengah-tengah manusia yang sedang tenggelam dalam peluhnya, lalu melihat orang yang dahulu pernah berbuat baik kepadanya lalu dipegang tangannya dan dimasukkan kesyurga."
                         Alhasan berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Perbanyaklah kenalan orang-orang fakir miskin dan berbudilah kepada mereka kerana mereka kelak akan mendapat kekuasaan." Sahabat bertanya: "Apakah kekuasaan mereka, ya Rasulullah?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Bila tiba hari kiamat maka dikatakan kepada mereka: "Perhatikan siapa yang dahulu pernah memberimu makanan atau minuman seteguk atau pakaian sehelai baju, maka peganglah tangannya dan tuntunlah kesyurga."
                         Abul Laits berkata: "Ketahuilah bahawa bagi orang fakir miskin itu akan mendapat lima kemuliaan iaitu:
•    Pahala amalnya lebih dari pahala amal orang-orang yang kaya dalam sembahyang, sedekah dan lain-lainnya
•    Jika ingin sesuatu dan tidak tercapai dicatat baginya pahala
•    Mereka lebih dahulu masuk syurga
•    Hisab mereka diakhirat lebih ringan
•    Kemenyesalan mereka sangat kurang sebab orang-orang kaya ingin seperti orang fakirdiakhirat sedang orang fakir tidak ingin seperti orang yang kaya.
Dan semua keterangan ini ada keterangannya dari hadis-hadis.
                        Zaid bin Aslam berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Satu dirham untuk sedekah lebih afdal dari seratus ribu." Ditanya: "Bagaimana yang demikian, ya Rasulullah?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w. "Seorang mengeluarkan dari kekayaannya yang sangat banyak seratus ribu dirham dan disedekahkan dan lain orang yang mengeluarkan satu dirham dari miliknya yang hanya dua dirham tiada ada yang lain dengan senang hati, maka orang yang mengeluarkan satu dirham lebih afdal dari yang seratus ribu dirham."
                         Alhasan r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. ditanya oleh seorang sahabat: "Jika kami menginginkan sesuatu dan tidak dapat mencapainya, apakah kami mendapat pahala?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w. "Dengan amalan yang manakah kamu akan mendapat pahala jika tidak mendapat dalam keadaan itu?"

                        Adhdhahhak berkata: "Siapa yang masuk pasar lalu melihat sesuatu yang diinginkannya lalu ia sabar dan mengharap pahala dari Allah s.w.t., maka yang demikian itu lebih baik baginya daripada sedekah seratus ribu dinar fisabilillah."
                         Abul Laits berkata: "Dalil atas kelebihan orang fakir itu ialah ayat (Yang berbunyi): "Wa aqimus shalata wa atuzzakata wa athi urrasula la allakum turhamun." (Yang bermaksud): "Tegakkan sembahyang dan keluarkan zakat dan taatlah kepada Rasulullah supaya kamu diberi rahmat."
                         Didalam ayat ini Allah s.w.t. meletakkan hak orang fakir langsung sesudah hak Allah s.w.t.. Dan juga orang fakir miskin sebagai doktornya orang kaya, sebab jika ia sakit disuruh sedekah kepada fakir miskin, juga sebagai penyucinya sebab bila sedekah kepada fakir miskin maka ia dibersihkan dari dosa-dosanya, juga membersihkan hertanya, juga sifakir itu sebagai pesuruhnyanya, sebab bila ia akan bersedekah untuk ayah bondanya yang telah meninggal, ia pergi kepada fakir miskin dan memberikan sedekah kepada mereka, juga menjaga kekayaannya, sebab harta yang dikeluarkan zakat dan sedekahnya terpelihara dari bencana."
                         Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Sukakah saya beritahu kepadamu tentang raja-raja disyurga?" Jawab mereka: "Ya, baiklah ya Rasulullah." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Mereka orang-orang yang terhina dan teraniaya, yang tidak diterima untuk mengahwini wanita-wanita bangsawan dan hartawan dan tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu yang tertutup, mati seseorang dari mereka sedang hajatnya masih didalam dadanya belum tercapai tetapi sekiranya sungguh-sungguh minta kepada Tuhan pasti Allah s.w.t. akan memberi padanya."
                         Ibn Abbas r.a. berkata: "Mal'un (terkutuk) siapa yang menghormat kerana kekayaan dan menghina kerana kemiskinan."
                         Abud Dardaa' r.a. berkata: "Kami tidak adil terhadap saudara-saudara yang kaya sebab mereka makan, kami juga makan, dan minum, kami juga minum, dan mereka mempunyai kelebihan harta yang selalu mereka lihat-lihat dan kami juga melihat harta itu bersama mereka, tetapi mereka bakal dihisab (dituntut) dan kami bebas dari tuntutan."
                         Syaqiq Azzahid berkata: "Orang-orang miskin memilih tiga dan orang-orang kaya juga memilih tiga iaitu:
Orang-orang miskin memilih
•    kesenangan jiwa dan
•    kekosongan hati dan
•    ringannya hisab
Sedang orang-orang kaya memilih:
•    Sibuknya hati
•    Penatnya fikiran
•    Beratnya hisab
                        Hatim Azzahid berkata: "Siapa yang mengakui empat tanpa empat, maka is dusta dalam pengakuannya iaitu:
•    Siapa yang mengaku cinta kepada Allah s.w.t. tanpa meninggalkan yang haram
•    Siapa yang mengaku cinta kepada syurga tanpa mengeluarkan harta untuk taat kepada Allah s.w.t., maka ia dusta
•    Siapa yang mengaku cinta kepada Rasulullah tanpa mengikuti sunnaturrasul maka ia dusta
Siapa yang menginginkan darjat yang tinggi tanpa bersahabat kepada orang-orang fakir miskin, maka ia dusta
                        Seorang cendikiawan berkata: "Empat macam siapa yang ada didalamnya maka ia haram dari kebaikan iaitu:
•    Orang yang sombong kepada bawahnya
•    Orang yang derhaka terhadap kedua orang tuanya
•    Orang yang menghina orang-orang gharib (asing)
•   
Orang yang menghina orang-orang miskin kerana kemiskinannya
                        Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Allah s.w.t. tidak mewahyukan kepadaku supaya mengumpulkan harta dan menjadi pedagang tetapi Allah s.w.t. mewahyukan kepadaku supaya bertasbih dan tahmid kepada Tuhan dan selalu bersama-sama orang-orang yang sujud dan ibadatlah kepada Tuhanmu sehingga mati (mencapai keyakinan yang sesungguhnya.)."
                         Abul Laits berkata: "Abu Ja'far meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Said Alkhudri r.a. berkata: "Ya Allah, matikan aku sebagai orang fakir miskin dan jangan dimatikan aku kaya dan kumpulkan aku dimahsyar dalam rombongan orang-orang miskin pada hari kiamat, maka sesungguhnya yang amat celaka ialah orang yang miskin didunia dan tersiksa diakhirat."
                         Umar bin Alkhattab r.a. ketika disampaikan kepadanya hasil ghinamah (hasil perang) Qadissiyah, ia memeriksanya dan melihat-lihatnya lalu menangis. Abdurrahman Bin Auf berkata: "Mengapakah engkau menangis, ya amirul mukminin, padahal hari ini hari gembira dan senang?" Jawabnya: "Benar, tetapi suatu kaum yang diberi ini melainkan terjadi kebencian dan permusuhan diantara mereka."
                         Ibn Abbas r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Tiap ummat ada fitnah (ujiannya) sendiri-sendiri, dan ujian ummatku adalah harta kekayaan."
                         Abdullah bin Umar r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya makhluk yang sangat dikasikhi oleh Allah s.w.t. ialah orang yang fakir miskin sebab manusia yang amat dikasihi oleh Allah s.w.t. ialah para Nabi, maka Allah s.w.t. menguji mereka dengan kefakiran kemiskinan."
                         Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Alhasan Albashri berkata: "Allah s.w.t. telah mewahyukan kepada Nabi Musa bin Imran a.s: Ada seorang kekasihKu dari seorang hambaKu dibumi akan mati, maka pergilah engkau kepadanya dan mandikan serta kafankan dan kuburkan." Maka dicari oleh Nabi Musa a.s. dikota tidak bertemu dan didusun juga tidak bertemu, lalu ia melihat tukang-tukang menggali tanah, maka ia bertanya: "Apakah kamu ada melihat orang sakit atau mati?" Jawab mereka: "Disini ditempat yang rosak ini ada seorang sakit mungkin itu yang engkau maksudkan." Jawab Nabi Musa a.s.: "Ya benar." Maka ia pergi kesana. tiba-tiba ada seorang yang sedang sakit menggeletek diatas tanah berbantal batu merah, dan ketika ia sedang menghadapi sakaratulmaut jatuh kepalanya dari batu merah itu. Maka berdiri Nabi Musa a.s. sambil menangis dan berkata: "Ya Robbi, inilah kekasihMu, dari hambaMu menderita sakit dan tidak ada seorangpun yang merawatnya." Maka Allah s.w.t.
menurunkan wahyu: "Hai Musa, Aku jika kasih kepada seorang hambaKu, Aku singkirkan dunia daripadanya."
                        Abbas Bin Katsir dari Alhasan berkata: "iblis laknatullah mengambil pertama wang emas (dinar) yang dibuat diatas bumi lalu diletakkan antara ketua matanya sambil berkata: "Siapakah yang cinta kepadamu, maka ia hambaku."
                        Abul Laits dari Idris dari Wahb bin Munabbih berkata: "iblis laknatullah datang kepada Nabi Sulaiman dan Daud a.s. berupa orang tua lalu ditanya oleh Nabi Sulaiman: "Beritakan kepadaku apa yang akan engkau perbuat terhadap ummat Nabi Isa bin Maryam a.s?" Jawab iblis laknatullah: "Saya akan menganjurkan kepada mereka supaya menggunakan dua Tuhan selain Allah s.w.t." Lalu apakah yang akan engkau perbuat terhadap ummat Nabi Muhammad s.a.w.?" Jawab iblis laknatullah: "Saya akan iming-imingkan kepada mereka kepada dinar dan dirham (mas dan perak) sehingga itu lebih mereka inginkan daripada Laa ilaha ilallah." Nabi Sulaiman a.s. berkata(Yang berbunyi): "A udzu billahi minka." (Yang bermaksud): "Saya berlindung kepada Allah s.w.t. daripadamu." Tiba-tiba ia sudah tidak ada.
                         Abul Laits berkata: "Kewajipan seorang fakir ia harus mengerti terhadap kurniaan Allah s.w.t. kepadanya, bahawa Allah s.w.t. menghindarkan dunia daripadanya kerana mulianya disisi Allah s.w.t., yang mana Allah s.w.t. telah memuliakannya sebagaimana memuliakan para Nabi-nabiNya dan para Wali, dan mengucap Alhamdulillah dan tidak baginya dari dunia dan andaikan kefakiran tidak mempunyai kelebihan selain sekadar mengikuti kehidupan Nabi Muhammad s.a.w. nescaya itu saja cukup besar."
                         Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Thawwus dari Ibn Abbas r.a. berkata: "Ketika Nabi Muhammad s.a.w. duduk bersama Jibril a.s., tiba-tiba Jibril berkata: "Ini ada Malaikat yang turun dari langit yang belum pernah turun, dan ia minta izin kepada Tuhan untuk berziarah kepadamu." Maka tidak lama datanglah malaikat itu dan memberi salam: "Assalamu alaikum, ya Rasulullah s.a.w" Jawab Nabi Muhammad s.a.w. "Wa alaikum salam." Lalu malaikat itu berkata: "Allah s.w.t. telah menyuruh engkau memilih antara diberi kunci dari segala sesautu dan diberi kekayaan yang belum pernah diberikan kepada seorang sebelummu dan tidak akan diberikan kepada seorang sesudahmu, tanpa mengurangi apa yang telah disediakan bagimu diakhirat atau dikumpulkan bagimu semua diakhirat (dihari kiamat)." Jawab Nabi Muhammad s.a.w. "Supaya dikumpulkan semua itu bagiku dihari kiamat sahaja."

                        Shafwan bin Saliem dari Abdul Wahhab bin Bajid berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Telah ditawarkan kepadaku dataran Mekkah ini berupa emas perak, maka saya berkata: "Ya Tuhan, lebih baik saya kenyang sehari dan lapar sehari, maka memujiMu jika kenyang dan minta kepadaMu jika lapar."

FADHILAH GERAKAN SHALAT

... FADHILAH GERAKAN SHALAT ...


Bismillahir-Rahmanir-Rahim ....

Shalat adalah amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh) seorang muslim. Namun, pernahkah terpikirkan manfaat masing-masing gerakan? Sudut pandang ilmiah menjadikan shalat gudang obat bagi berbagai jenis penyakit!

Rangkaian gerakan sholat yang dicontohkan oleh Rasulullah saw sarat akan hikmah dan manfaat bagi kesehatan. Sebab, setiap gerakan sholat merupakan bagian dari olahraga otot-otot dan persendian tubuh. Sholat dapat membantu menjaga vitalitas dan kebugaran tubuh tetapi dengan syarat semua gerakan sholat dilakukan dengan benar, tuma’ninah (perlahan dan tidak terburu-buru), dan istiqomah (konsisten/terus menerus).

Saat seorang hamba telah cukup syarat untuk mendirikan salat, sejak itulah ia mulai menelisik makna dan manfaatnya. Sebab salat diturunkan untuk menyempurnakan fasilitasNya bagi kehidupan manusia. Setelah sekian tahun menjalankan salat, sampai di mana pemahaman kita mengenainya? Mari kita lihat satu persatu dari gerakan sholat dan manfaatnya …

Sholat dengan berdiri ...

Wajibnya sholat adalah berdiri bagi yang mampu, ternyata berdiri pada waktu sholat mengandung hikmah yg luar biasa yaitu dapat melatih keseimbangan tubuh dan konsentrasi pikiran.

TAKBIRATUL IHRAM ....

Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.

Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

RUKUK ....

Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.

Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.

[Rukuk dilakukan dengan tenang dan optimal dapat merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai saaraf sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk pun dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat di punggung, pinggang, paha dan betis belakang. Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran saraf, memori dapat terjaga kelenturannya dengan rukuk. Kelenturan saraf memori dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata menatap ke tempat sujud.].

I'TIDAL .....

Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak dengan mengangkat kedua tangan setinggi telinga.

Manfaat: I’tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar. Selain itu, darah dari kepala akan turun ke bawah sehingga bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga sistem saraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah terjadinya pingsan secara tiba-tiba.

SUJUD .....

Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.

Manfaat : Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak, termasuk mata, telinga, leher pundak dan hati. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma'ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan, selain itu Cara seperti ini efektif untuk membogkar sumbatan pembuluh darah pada jantung sehingga resiko terkena jantung koroner dapat diminimalisir.

DUDUK DIANTARA DUA SUJUD ....

Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (Tahiyyat/ Tasyahud awal) dan tawarruk (Tahiyyat/ Tasyahud akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.

Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha (lipatan paha dan betis bertemu) yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Gerakan ini juga dapat mengaktifkan kelenjar keringat sehingga dapat mencegah pengapuran dan mengoptimalkan kaki sebagai penopang tubuh kita.
Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi.Gerakan ini lebih baik dari gerakan bersila. Berguna untuk membongkar pengapuran pada cekungan kaki kiri agar saraf keseimbangan yang berhubungan dengan saraf mata akan terjaga dengan baik sehingga konsentrasi akan meningkat dan terjaga.

Variasi posisi telapak kaki pada iffirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.


[Cara duduk di antara dua sujud dapat menyeimbangkan sistem kerja elektrik serta saraf keseimbangan tubuh kita. Selain itu, gerakan ini dapat menjaga kelenturan saraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki. Kelenturan saraf ini dapat mencegah penyakit prostat, diabetes, sulit buang air kecil dan hernia.]

SALAM .....

Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.

Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala, menjaga kekencangan kulit wajah, juga menjaga kelenturan urat leher. Pada leher terdapat banyak urat saraf yang sangat penting untuk dijaga, seperti urat saraf paru-paru dan jantung. Sebab kalo kering dapat menyebabkan kematian.

***
Subhanallah, Allah Maha Hikmah, segala yg dititahkan-Nya memberikan manfaat yang luar biasa bagi hamba Nya. Semakin banyak rakaat yang dikerjakan, semakin banyak hikmah yang diperoleh dari gerakan-gerakan tersebut untuk tubuh kita.

PACU KECERDASAN ....

Gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?

Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak.

Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan.

Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry, AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud.


PERINDAH POSTUR ....

Gerakan-gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching). Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan salat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan.

Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan.
Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

MUDAHKAN PERSALINAN ....

Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).

PERBAIKI KESUBURAN ....

Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih.

Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.

AWET MUDA ....

Pada dasarnya, seluruh gerakan salat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar.

***

Dari pemaparan tentang fadhilah gerakan sholat bagi kesehatan, ada sebuah riwayat yang shahih dari Abu Hurairah ra, ia berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sebentang sungai di depan pintu salah seorang diantara kalian, ia mandi dari sungai itu setiap hari lima kali, apakah masih tersisa kotoran?' Para sahabat menjawab: 'Tidak!' Nabi Muhammmad SAW berkata, 'Maka demikianlah perumpamaan shalat lima waktu, denganya Allah menghapus semua kesalahan".

Mungkin kita bertanya-tanya `bagaimana seandainya ada seseorang berolahraga lima kali sehari, dengan melakukan gerakan-gerakan khusus yang menyehatkan fisik'. Apakah tidak mungkin ia akan menjadi orang yang paling sehat di dunia ini? Tentunya hal ini sangat mungkin sekali.

Jika shalat dilaksanakan secara tuma'ninah, tenang dan kontinyu, insya Allah sholat kita di samping sebagai penghapusan dosa dan kesalahan, juga bisa berfungsi sebagai penghapus segala penyakit.