Bekas Perampok Jadi Ulama?
Posted on June 27, 2011 by Situs islam: www.almanhaj.or.id , www.alsofwah.or.id , www.muslim.or.id
Dialah Fudhoil bin ‘Iyaadh. Nama lengkap beliau adalah Fudhoil
bin ‘Iyaadh bin Mas’uud bin Bisyr At-Tamimi Al-Yarbuu’iy. Kunyah beliau
adalah Abu ‘Ali, seorang ulama dan muhaddits besar yang hidup pada abad
kedua, dan beliau wafat pada tahun 187 H
Banyak ulama besar yang mengambil ilmu dan meriwayatkan hadits dari beliau. Diantaranya adalah Ibnul Mubaarok, Yahyaa bin Sa’iid Al-Qotthoon, Sufyaan bin ‘Uyainah, Abdurrohman bin Mahdi, dan Imam As-Syafi’i.
Bagiamanakah kisah taubat beliau?
Abu ‘Ammaar Al-Husain bin Huraits berkata, “Aku mendengar Al-Fadhl bin Muusaa berkata, “
“Al-Fudhail bin ‘Iyadh dulunya adalah seorang perampok yang menghadang orang-orang di daerah antara daerah Abiwarda dan dan daerah Sarkhos. Sebab beliau bertaubat adalah beliau pernah terpikat dengan seorang wanita, maka tatkala beliau tengah memanjat tembok untuk menemui wanita tersebut, tiba-tiba saja beliau mendengar seseorang membaca friman Allah:
Banyak ulama besar yang mengambil ilmu dan meriwayatkan hadits dari beliau. Diantaranya adalah Ibnul Mubaarok, Yahyaa bin Sa’iid Al-Qotthoon, Sufyaan bin ‘Uyainah, Abdurrohman bin Mahdi, dan Imam As-Syafi’i.
Bagiamanakah kisah taubat beliau?
Abu ‘Ammaar Al-Husain bin Huraits berkata, “Aku mendengar Al-Fadhl bin Muusaa berkata, “
“Al-Fudhail bin ‘Iyadh dulunya adalah seorang perampok yang menghadang orang-orang di daerah antara daerah Abiwarda dan dan daerah Sarkhos. Sebab beliau bertaubat adalah beliau pernah terpikat dengan seorang wanita, maka tatkala beliau tengah memanjat tembok untuk menemui wanita tersebut, tiba-tiba saja beliau mendengar seseorang membaca friman Allah:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah (QS Al-Hadid : 16).
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah (QS Al-Hadid : 16).
Maka tatkala beliau mendengar lantunan ayat tersebut maka beliau
langsung berkata: “Tentu saja wahai Rabbku. Sungguh telah tiba saatku
(untuk tunduk hati mereka mengingat Allah).” Maka beliaupun kembali, dan
beliaupun beristirahat di sebuah bangunan rusak, tiba-tiba saja di
sana ada sekelompok orang yang sedang lewat. Sebagian mereka berkata:
“Kita jalan terus,” dan sebagian yang lain berkata: “Kita istirahat saja
sampai pagi, karena si Fudhail berada di arah jalan kita ini, dan ia
akan menghadang dan merampok kita.”
(Mendengar hal ini) Fudhoilpun berakta “Kemudian aku merenung dan
berkata: ‘Aku sedang melakukan kemaksiatan di malam hari (yaitu ia
berusaha untuk mengintip sang wanita-pent) padahal sebagian dari kaum
muslimin di sini ketakutan kepadaku (karena menyangka Fudhoil sedang
menghadang mereka, padahal Fudhoil sedang mau mengintip wanita-pent),
dan menurutku tidaklah Allah menggiringku kepada mereka ini melainkan
agar aku berhenti (dari kemaksiatan ini). Ya Allah, sungguh aku telah
bertaubat kepada-Mu dan aku jadikan taubatku itu dengan tinggal di
Baitul Haram’.” (lihat biografi beliau di Siyar A’laam An-Nubalaa 8/421
dan Tahdziib At-Tahdziib dgn tahqiq ; ‘Adil Mursyid 3/399)
Demi Allah sesungguhnya hidayah hanyalah ditangan Allah semata….,
lihatlah Fuhdoil, ia dahulu adalah seorang perampok yang ditakuti oleh
para pedagang. Ternyata beliau mendapat hidayah tatkala sedang hendak
melakukan kemaksiatan dengan melampiaskan kerinduannya kepada sang
wanita. Namun Allah malah memberi hidayah kepadanya dan menggerakkan
hatinya untuk bertaubat. Sama sekali tidak ada usaha dari Fudhoil untuk
bertaubat… Namun hidayah menyapa beliau, semata-mata karunia dari Allah
Ta’aalaa.
Marilah para pembaca budiman renungkan…, betapa banyak diantara kita
yang mendapatkan hidayah sehingga mengenal sunnah dengan tanpa kita
sadari…, tanpa kita sengajai.., tanpa ada sedikitpun usaha dan campur
tangan kita…akan tetapi semata-mata hidayah adalah karunia Allah.
Sungguh betapa banyak orang yang dahulunya tenggelam dalam kenisataan kemudian diberi hidayah oleh Allah sehingga akhirnya berubah 180 derajat menjadi seorang yang sholeh, bahkan menjadi ustadz??, bahkan… menjadi seorang syaikh yang tersohor…??, bahkan menjadi ulama…??. Sungguh penulis telah bertemu dengan semisal orang-orang tersebut.
Kita berucap sebagaimana ucapan para penghuni surga :
Sungguh betapa banyak orang yang dahulunya tenggelam dalam kenisataan kemudian diberi hidayah oleh Allah sehingga akhirnya berubah 180 derajat menjadi seorang yang sholeh, bahkan menjadi ustadz??, bahkan… menjadi seorang syaikh yang tersohor…??, bahkan menjadi ulama…??. Sungguh penulis telah bertemu dengan semisal orang-orang tersebut.
Kita berucap sebagaimana ucapan para penghuni surga :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
“Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki Kami kepada (surga) ini. dan Kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi Kami petunjuk. (QS Al-A’raaf : 43)
“Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki Kami kepada (surga) ini. dan Kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi Kami petunjuk. (QS Al-A’raaf : 43)
Namun sungguh menyedihkan tatkala perkaranya berbalik…!!, Bukankah
ada seseorang yang dahulunya adalah orang yang sholeh taat beragama
lantas berubah total menjadi pelaku maksiat…!! Oleh karenanya sungguh
benar sebuah ungkapan “Lebih baik menjadi bekas perampok dari pada bekas ustadz”.
Di antara petuah-petuah emas Fuhoil bi ‘Iyaadh adalah sebagai berikut:
لَوْ أَنَّ لِي دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً مَا جَعَلَتُهَا إِلاَّ فِي إِمَامٍ فَصَلاَحُ الِإمَامِ صَلاَحُ الْبِلاَدِ وَالْعِبَادِ
“Kalau seandainya aku memiliki sebuah doa yang mustajab
(dikabulkan) maka aku akan mendoakan untuk kebaikan Imam
(pemimpin/presiden) karena baiknya imam merupakan kebaikan bagi negeri
dan masyarakat” (As-Siyar 8/434)
بَلَغَنِي أَنَّ الْعُلَمَاءَ فِيْمَا مَضَى كَانُوْا إِذَا تَعَلَّمُوا
عَمِلُوا وَإِذَا عَمِلُوا شُغِلُوا وَإِذَا شُغِلُوا فُقِدُوا وَإِذَا
فُقِدُوا طُلِبُوا فَإِذَا طُلِبُوا هَرَبُوا
“Telah sampai berita kepadaku bahwasanya para ulama dahulu jika mereka menuntut ilmu maka mereka mengamalkannya, dan jika mereka beramal maka mereka menjadi sibuk (beramal), dan jika mereka sibuk maka mereka tidak nampak, dan jika mereka tidak nampak maka merekapun dicari-cari, dan jika mereka dicari-cari maka merekapun lari menghindar” (As-Siyar 8/439-440)
“Telah sampai berita kepadaku bahwasanya para ulama dahulu jika mereka menuntut ilmu maka mereka mengamalkannya, dan jika mereka beramal maka mereka menjadi sibuk (beramal), dan jika mereka sibuk maka mereka tidak nampak, dan jika mereka tidak nampak maka merekapun dicari-cari, dan jika mereka dicari-cari maka merekapun lari menghindar” (As-Siyar 8/439-440)
يَا مِسْكِيْنُ أَنْتَ مُسِيءٌ وَتَرَى أَنَّكَ مُحْسِنٌ وَأَنْتَ
جَاهِلٌ وَتَرَى أَنَّكَ عَالِمٌ وَتَبْخَلُ وَتَرَى أَنَّكَ كَرِيْمٌ
وَأَحْمَقَ وَتَرَى أَنَّكَ عَاقِلٌ أَجَلُكَ قَصِيْرٌ وَأَمَلُكَ طَوِيْلٌ
“Wahai sungguh kasihan engkau, engkau adalah orang yang buruk namun engkau merasa bahwa engkau adalah orang yang baik, engkau bodoh namun engkau merasa seorang alim, engkau pelit namun engkau merasa dermawan, engkau dungu namun engkau merasa cerdas. Sesungguhnya ajalmu pendek sementara angan-anganmu panjang” (As-Siyar 8/440).
“Wahai sungguh kasihan engkau, engkau adalah orang yang buruk namun engkau merasa bahwa engkau adalah orang yang baik, engkau bodoh namun engkau merasa seorang alim, engkau pelit namun engkau merasa dermawan, engkau dungu namun engkau merasa cerdas. Sesungguhnya ajalmu pendek sementara angan-anganmu panjang” (As-Siyar 8/440).
Al-Imam Adz-Dzahabi mengomentari perkataan Fudhoil ini dengan berkata :
إِيْ وَاللهِ صَدَقَ وَأَنْتَ ظَالِمٌ وَتَرَى أَنَّكَ مَظْلُوْمٌ
وَآكِلٌ لِلْحَرَامِ وَتَرَى أَنَّكَ مُتَوَرِّعٌ وَفَاسِقٌ وَتَعْتَقِدُ
أَنَّكَ عَدْلٌ وَطَالِبُ الْعِلْمِ لِلدُّنْيَا وَتَرَى أَنَّكَ
تَطْلُبُهُ لله
“Demi Allah, sungguh benar perkataan Fudhoil. Engkau orang yang
dzolim namun engkau merasa bahwa engkaulah yang terdzolimi, engkau
memakan hasil haram namun engkau merasa engkau adalah orang yang wara’,
engkau seorang yang fasiq namun engkau meyakini bahwa dirimu adalah
orang yang bertakwa, engkau menuntut ilmu karena mencari dunia namun
engkau merasa bahwa engkau menuntut ilmu karena Allah.”
Firanda berkata, “Demi Allah, sungguh benar perkataan Fudhoil dan
Ad-Dzahabi. Engkau orang yang mutasyaddid (keras) namun engkau merasa
engkau adalah orang yang mu’tadil (tengah). Engkau sedang berlezat-lezat
bergibah ria memakan bagkai daging saudara-saudaramu para dai namun
engkau merasa telah membela sunnah dengan mentahdzir saudara-saudaramu
tersebut. Engkau berakhlak buruk dan bermulut kotor namun engkau merasa
bahwa engkau berakhlak mulia dan bertutur kata baik….Wallahul
Musta’aan…”
http://firanda.com/index.php/artikel/6-sirah/68-bekas-perampok-jadi-ulama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar